Huimin Jie di kota bersejarah ini menjadi destinasi favorit bagi turis muslim. Semua jajanannya dijamin halal.
Oleh Al-Zuhri
Salah satu yang dikhawatirkan ketika pelesiran ke negara minoritas muslim seperti Tiongkok adalah bagaimana dengan persoalan makanan halalnya bukan? Sebenarnya hal ini tak perlu ditanggapi terlalu berlebihan. Sekarang ada banyak negara menyuguhkan wisata islami guna memudahkan dan memberi kenyamanan bagi traveller (wisatawan) muslim.
Begitupun di daratan Tiongkok, soal perut tak perlu harus berpikir seribu kali. Huimin Jie di Kota Xi’an adalah lokasi wisata yang tepat untuk disambangi, terutama bagi pecinta kuliner. Lantaran di sini terdapat berbagai jenis makanan halal lagi sedap ala muslim Tirai Bambu.
Hampir di sepanjang jalan ini bertebaran kedai makanan halal yang tak pernah sepi dari penikmatnya. Sedikit berbeda ketika saya berwisata ke kota-kota Tiongkok umumnya dengan jumlah penduduk muslim yang sedikit, rumah makan halal berpencar-pencar. Antara satu rumah makan halal dengan lainnya tidaklah berdekatan.
Namun di Huimin Jie saya menemukan kenyataan sebaliknya. Tak perlu sangsi akan ketidakjelasan kehalalannya, sebab para penjual adalah muslim setempat dan pedagang muslim asal Xinjiang.
Sementara itu, di beberapa restoran halal terkadang mereka juga menjual minuman keras (miras). Saya pernah mendapati kondisi ini di beberapa rumah makan halal di kota seperti Beijing dan Tianjin ketika saya ke sana tahun lalu.
Ini pengalaman buruk yang pernah saya dapati. Dalih mereka menjual miras lantaran kebanyakan konsumennya adalah penduduk nonmuslim yang memiliki kebiasaan konsumsi minuman beralkohol ketika makan bersama. Walaupun ini terlihat negatif untuk diceritakan tapi saya rasa penting untuk disampaikan agar kita tahu bagaimana kondisi rumah makan halal di negara lain.
Namun bukan pula berarti seluruh rumah makan halal berkondisi sama. Kebetulan saja beberapa rumah makan yang sempat saya dapati dalam kondisi demikian.
Syukurnya saya tidak mendapati kondisi yang sama di Huimin Jie. Di sini benar-benar membuat suasana makan menjadi aman dan nyaman. Tempat ini bagaikan surga yang dirindukan bagi orang seperti saya yang sudah lama tidak melihat makanan halal melimpah ruah.
Jujur saja bila dibandingkan di tempat saya berkuliah, Kota Wuhan, Xi’an lebih mudah untuk memperoleh berbagai jenis makanan halal. Menu hidangan dan jajanannya juga banyak dan bervariasi. Dikarenakan di sini muslimnya lebih ramai bila dibandingkan Wuhan.
Huimin Jie adalah nama sebuah jalan di Kota Xi’an. Terkenal sebagai tempat berburu kuliner halal. Makanannya beraneka jenis meliputi nasi, mi, sate, seafood goreng, kebab, kentang, roti, kripik, kipang, tofu, manisan buah, teh, jus, ice cream, aneka jenis gorengan, aneka jenis cemilan, dan berbagai wujud makanan khas mereka. Rasanyapun bersahabat dengan lidah saya orang Indonesia.
Bagi pecinta ikan laut harus siap-siap berpuasa dulu, di sini agak sulit untuk memperolehnya karena Xi’an jauh dari bibir pantai. Begitupun bagi pecinta dan penikmat kopi, karena di sepanjang jalan ini mereka lebih tenar dengan tehnya yang tanpa dibubuhi gula. Sementara itu, untuk kebutuhan lauk-pauk mereka biasanya mengkonsumsi telur, daging sapi, kambing, dan ayam.
Kota Bersejarah
Tak hanya sekedar dapat menikmati makanan halalnya, di seputaran Huimin Jie juga ada tempat wisata lainnya seperti Zhonglou (Bell Tower) dan Gulou (Drum Tower) yang siap menyempurnakan sensasi wisata kuliner. Apalagi jika datang di malam hari, lampu dari bangunan historis ini mampu menambah anggun kekokohannya.
Selain itu, Xi’an juga mahsyur dengan Jalur Sutera yang menghubungkan beberapa negara dulunya, jalur pelayaran internasional yang terkenal oleh perjalanan Marco Polo. Karenanya ada sejarah panjang perjalanan para pedagang dari negara lain ke kota ini, termasuk para pedagang asal negara-negara Islam. Beberapa dari pedagang ketika itu ada yang menetap dan kemudian nikah dengan penduduk setempat. Dan berawal dari sanalah perjalanan paduan nilai dimulai.
Saat itu Kota Xi’an dikenal dengan nama Chang An yang berarti “Perpetual Peace” (kedamaian abadi). Kemudian masa Dinasti Ming, namanya diubah menjadi Xi’an.
Dalam bahasa mandarin Xi berarti barat dan An berarti kedamaian, sehingga bila digabung bermakna “Western Peace” (Kedamaian di barat). Secara konstektual, Xi’an bermakna tempat peristirahatan yang damai.
Nuansa kota kuno layaknya perkampungan masih terasa dari arsitektur bangunan di Xi’an. Hanya beberapa lokasi terlihat bangunan dengan arsitektur modern. Nilai historis itu dipertahankan di Xi’an untuk menjaga keindahan dan kelestarian budaya Tiongkok kuno.
Ibukota Provinsi Shanxi ini pernah menjadi pusat pemerintahan dari sepuluh dinasti Tiongkok yang paling berpengaruh. Bagi anda penyuka sejarah, Xi’an adalah tempat yang sangat tepat, sebab banyak sejarah yang bisa digali dan dipelajari dari tempat ini.
Selama berada di Xi’an saya tinggal di Shuyuan Youth Hostel yang terletak sangat strategis. Hostel ini berada dekat dengan beberapa lokasi wisata seperti Wall City. Dan yang paling penting adalah mudah akses ke stasiun kereta api, bis, dan subway-nya. Tempatnya terletak di dekat stasiun bis Nanmen dan agak masuk ke dalam lorong beberapa meter.
Bila kita berawal dari stasiun kereta api maka kita bisa menggunakan jasa bus untuk sampai ke tempat ini. Transfortasi umum di Tiongkok memang sangatlah mudah dan ini menjadi alasan bagi banyak orang untuk berwisata ke kota-kotanya.
Huimin Jie benar-benar membuat orang lupa untuk pulang. Bahkan orang-orang yang sudah pernah ke sini ingin kembali lagi. Begitulah ungkap teman-teman yang sudah pernah melampauinya. Kebetulan saat saya kesana masyarakatnya sedang menata kota menyambut tahun baru Imlek ketika itu. Jadi di jalanan tampak sedikit indah karena lampion merah sudah mulai dipasang. Anda harus mencoba kesini![]
Al-Zuhri adalah mahasiswa Master Communication Studies di Huazhong University Science and Technology (HUST) Cina asal Aceh.
Diterbitkan di Rubrik DONYA Tabloid Pikiran Merdeka edisi 118 (4 – 10 April 2016)
Belum ada komentar