Banda Aceh—Lembaga lingkungan WWF Indonesia meminta kepada pihak berwajib untuk mengusut tuntas kematian gajah yang diduga diracun di Kecamatan Aceh Jaya, Provinsi Aceh, agar hal serupa tidak terulang lagi.
“Kami berharap pihak berwajib dan instansi terkait segera melakukan penyelidikan kematian gajah betina di Aceh Jaya dan mengusut siapa pelakunya,” kata Program Leader WWF-Indonesia, Dede Suhendra di Banda Aceh, Rabu (2/5).
Seekor gajah betina berusia 18 tahun ditemukan mati di perkebunan kelapa sawit Desa Krueng Ayon, Kecamatan Sampoiniet, Kabupaten Aceh Jaya, yang diduga akibat diracun.
Dede menyatakan, penyelidikan tersebut perlu dilakukan untuk memastikan kematian binatang yang dilindungi itu, apakah benar akibat racun atau tidak.
“Apabila penyebabnya sudah diketahui dan dinyatakan positif akibat diracun, maka pihak berwajib melakukan pengusutan siapa pelakukanya untuk ditindak, sehingga kejadian serupa tidak terulang kembali,” ujarnya.
Ia memperkirakan kematian binatang berbadan besar itu akibat konflik berkepanjangan antara satwa dan manusia di daerah itu yang belum ada penyelesaiannya.
Satwa liar, khususnya binatang yang dilindungi, seperti gajah, harimau dan orangutan, kini mulai terjepit dari habitatnya, karena penebangan hutan secara besar-besaran.
Akibatnya, lanjut Dede, binatang-binatang tersebut turun ke pemukiman penduduk yang akhirnya mengganggu dan merusak lahan-lahan pertanian serta ternak milik warga.
Ia menyatakan, konflik antara satwa dan manusia harus segera diakhiri, sehingga satwa-satwa yang dilindungi itu bisa kembali ke hutan.
Untuk itu, semua pihak, khususnya pemerintah membuat terobosan bagaimana binatang dilindungi itu tidak lagi turun ke pemukiman penduduk, katanya.
Komandan Ranger CRU Sampoiniet Muchtar mengatakan, kematian binatang berbelalai panjang yang diduga tiga hari lalu itu akibat makan racun.
Dia mengatakan, satwa yang berbadan besar itu ditemukan tewas di atas badan jalan lintas SP Empat dan SP Lima yang merupakan kawasan transmigrasi.
Gajah itu juga telah memiliki anak jantan berusia sekitar 1,5 tahun yang hingga saat ini masih berkeliaran di lokasi tewas induknya.
Muchtar mengatakan, ciri fisik gajah itu saat ditemukan tim ranger antara lain badannya berwarna biru, dari dubur keluar usus, dan darah, serta dari mulut mengeluarkan busa, sehingga kemungkinan besar binatang tersebut tewas akibat racun.[ant]
saya berharap kasus kematian gajah ini segera di usut dan bagi pemerintah setempat agar segera memberikan penyluhan kepada warga setempat tentang arti kesinambungan hidup antara manusia dan hewan disekitar