PM, Meureudu – Waled Munir Kiran mengungkapkan bahwa dalam memilih pemimpin, harus yang profesional, dan hal tersebut dianjurkan oleh agama.
“Dari dua pasangan calon gubernur Aceh yang bertarung dalam pilkada kali ini, pasangan Bustami-Syech Fadhil yang kita lihat cukup klop dan profesional. Maka calon gubernur yang profesional itu adalah Bustami, nomor urut 1,” kata Waled Munir Kiran.
Pernyataan ini disampaikan oleh Waled Munir Kiran, Pimpinan Dayah Babul Ilmi Syafi’iyah, Kiran Dayah, Jangka Buya, Pidie Jaya, dalam majelis pengajian yang mengangkat tema politik dan pemimpin masa depan Aceh, di dayah setempat pada Senin (11/11/2024).
Turut hadir dalam pengajian tersebut seribuan jamaah, di antaranya Cagub Bustami, Abu Abdullah Ibrahim (Abu Tanjong Bungong, alumni tertua Dayah Tanoh Mirah Bireuen), Tu Bulshairi Tanjongan, Abiya Anwar, Tu Bulqaini Tanjongan, Tgk Muzammil Yusuf A Wahab (putra almarhum Tu Sop), Wakil Calon Bupati Pidie Jaya Hasan Basri, dan sejumlah tokoh Pidie Jaya.
Menurut Waled Munir Kiran, profesionalisme dalam Islam dapat dimaknai dengan tiga syarat yang harus dimiliki seorang pemimpin, yaitu kafa’a, himmatul amal, dan amanah.
Kafa’a adalah kemampuan. Kemampuan ini dilihat berdasarkan pengalaman dan pendidikan yang dimiliki oleh seorang calon pemimpin.
“Kalau kita lihat dari dua calon gubernur yang bertarung dalam pilkada kali ini, pasangan Bustami-Syech Fadhil memenuhi syarat kafa’a,” ungkapnya.
Dilihat dari pengalaman, Bustami berasal dari latar belakang birokrasi, pernah menjadi Kepala Badan Pengelolaan Keuangan Aceh (BPKA), dan kemudian menjabat sebagai Sekretaris Daerah (Sekda) Aceh. Kariernya pun berkembang hingga menjadi Penjabat (Pj) Gubernur Aceh.
Dari segi pendidikan, Bustami Hamzah merupakan lulusan Sarjana Ekonomi Universitas Syiah Kuala (USK) Banda Aceh, dan meraih gelar master di bidang ekonomi dari Universitas Padjadjaran, Jawa Barat.
“Kalau dilihat dari pengalaman dan pendidikan, saya kira tidak perlu diragukan lagi kemampuan Bustami dalam memimpin Aceh ke depan,” katanya.
Himmatul amal adalah etos kerja. Bustami memiliki etos kerja yang sudah terbukti. “Kalau etos kerjanya buruk, tidak mungkin kariernya baik. Seorang Bustami mampu mencapai puncak karier sebagai eselon I di pemerintahan. Ini menandakan etos kerjanya tidak diragukan lagi,” ujar Waled.
Menyangkut soal amanah, lanjut Waled Munir Kiran, Bustami juga memiliki sifat amanah. “Semoga nanti bila terpilih, beliau amanah dan tetap memperhatikan rakyat kecil. Apalagi beliau sudah bertekad ingin membawa perubahan untuk Aceh ke depan. Maka saya harap kita memilih nomor satu untuk gubernur,” pintanya.
Dalam kesempatan yang sama, Tu Bulqaini menjelaskan mengapa dukungan dan pilihannya jatuh pada pasangan calon nomor urut 1, Bustami-Fadhil. Menurutnya, calon ini adalah perpaduan umara dan ulama.
“Di belakang calon ini ada dukungan dari ulama Aceh. Kalau ulama sudah mendukung, apa kita masih ragu atau tidak ikut bersama ulama? Lagi pula, Cawagub Syech Fadhil adalah orang yang memiliki ilmu agama yang tinggi, lulusan Kairo, Mesir,” tandas Tu Bulqaini, pimpinan Dayah Markaz Islah Al-Aziziyah, Lhung Bata, Banda Aceh.
Cagub Bustami menyatakan, jika Allah SWT mengizinkan dirinya memimpin Aceh, langkah awal yang akan ia lakukan adalah membangun dan menyelesaikan infrastruktur dasar yang belum tuntas.
“Dengan selesainya pembangunan infrastruktur, maka dapat dipastikan peningkatan dan pertumbuhan ekonomi akan terjadi. Hal ini akan mampu menekan angka kemiskinan lebih besar. Kalau rakyat sudah sejahtera, segala masalah akan terselesaikan,” katanya.
Belum ada komentar