Tradisi Buruk Kenaikan Harga Sembako

Pasar Tradisional Simpang Balek Bener Meriah. (Foto Pozan Matang)
Pasar Tradisional Simpang Balek Bener Meriah. (Foto Pozan Matang)

Menjelang Ramadhan, kenaikan harga barang mentradisi. Rakyat dicekik, pemerintah tak berkutik.

Gudang sembako DP 2 milik Kamaruzzaman (38) sudah berminggu-minggu kosong dari pasokan gula. Tidak semanis rasanya, harga gula pun mulai mencekik pedagang dan konsumen.

Ia menyebutkan, harga gula di pasaran sebelumnya berada pada angka normal, antara Rp600 ribu/sak atau Rp12 ribu/kg. Kini ia harus membeli gula per sak pada kisaran Rp650 ribu sampai Rp720 ribu.

Dia menduga, kenaikan harga itu diatur oleh pedagang besar di tingkat produsen atau distributor yang sudah dimulai semenjak awal bulan Mei. Nyaris sebulan di ambang bulan puasa Ramadhan.

“Tapi lucunya, barangnya hilang di pasaran. Barang boleh naik, tapi barangnya ada,” tutur Kamaruzzaman, pemilik grosir dan gudang DP 2 di Pasar Peunayong, Banda Aceh, Jumat (27/05/16).

Beberapa bulan yang lalu, para pedagang agak terbantu dengan adanya pasokan gula dari Sabang. Gula Sabang bahkan dijual cukup murah, menyentuh Rp500 ribu per sak. “Tapi katanya, itu ilegal,” tutur dia kepada Pikiran Merdeka.

Kepala Seksi Penindakan I Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea Cukai Aceh, Ahmad Rozi menerangkan, gula impor dari Thailand itu hanya bisa dikonsumsi dan diperjual-belikan di kawasan pelabuhan dan perdagangan bebas Sabang, karena belum ada izin pemasaran ke daratan Aceh.

“Sekarang gula Sabang pun tidak masuk lagi, makanya gula di gudang sudah sebulan kosong.” Kamaruzzaman menunjukkan gudang di seberang jalan dari depan toko grosirnya.

Kelangkaan barang di pasaran membuat pedagang harus menaikkan harga eceran. Kenaikan harga gula, menurutnya, sangat memicu naiknya harga barang penting lainnya, kecuali tepung.

“Harga ayam potong bahkan sudah mulai naik sejak dua bulan lalu,” ujar Erni (30), seorang pengusaha nasi goreng di Gampong Keuramat, Banda Aceh, saat berbelanja ayam potong di Pasar Ayam Peunayong, Sabtu (28/05/16).

Erni membeli tiga ayam potong pada Zakir (34), seorang pedagang ayam (broiler) potong di Pasar Ayam Peunayong. Harga per daging ayam potong saat ini mencapai Rp43 ribu dari harga biasanya Rp40 ribu.

“Kenaikan harga ini sudah biasa terjadi jika menjelang bulan Ramadhan, setiap tahun begini. Kami masyarakat sebenarnya sangat mengharapkan pemerintah bisa menstabilkan harga,” ujar Erni.

Pasar Ayam Peunayong per harinya memasok 5 ribu sampai 10 ribu ekor ayam potong. Di lapak Zakir, tergeletak hingga seribu ekor ayam potong setiap harinya. Kini harganya mencapai Rp20 ribu/kg daging ayam potong, dari normalnya Rp17 ribu/kg.

Zakir menyebutkan, kenaikan harga daging ayam itu dipengaruhi oleh penentuan harga dari pengusaha ayam potong. “Sementara Pemerintah Aceh tidak mampu kendalikan harga pasar,” ketusnya.

Kondisi itu merugikan pedagang dan masyarakat secara drastis. Penjual nasi seperti Erni tetap menjual nasi dengan harga normal per bungkus jika tidak ingin kehilangan pelanggan. Sementara pedagang semacam Zakir mengakui, meski sudah dijual dengan harga tinggi, penghasilan mereka malah cukup untuk biaya hidup sehari-hari.

“Jika pengusaha ayam menjual Rp17 ribu, mereka tidak mendapat untung,” ucapnya.

Dia pun menyebutkan, di Indonesia, sembako selalu naik menjelang Ramadhan atau hari besar Islam. Sementara di negara lain, pemerintah akan memberikan subsidi.

Soal intervensi pasar oleh pemerintah daerah, Kamaruzzaman mendongkol. Ia malah tidak lagi melayani ketika petugas dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Koperasi dan UKM (Disperindagkop dan UKM) Kota Banda Aceh turun ke pasar setiap awal bulan mengecek harga sembako dan barang penting lainnya.

“Kalau kamu datang dari Disperindag, saya tidak akan melayani,” ujarnya ke Pikiran Merdeka.

Disperindagkop UKM Banda Aceh maupun Disperindag Aceh, menurutnya, tidak bisa berbuat apa-apa, kecuali mengecek harga pasar setiap bulan. Mestinya kata dia, pemerintah bisa mengintervensi pasar menjelang Ramadhan.

“Di Selangor, Malaysia, setiap menjelang Ramadhan dan hari besar lainnya, harga barang malah diturunkan setiap tahunnya, dengan kebijakan kerajaan,” kata Kamaruzzaman. “Itu kata adik ipar saya yang berdagang di sana,” sambungnya.

SOLUSI DARI PUSAT

Disperindagkop dan UKM Kota Banda Aceh merilis informasi harga sembako per minggu keempat Mei 2016 pada Senin (23/05/16). Dari sembilan bahan pokok, data itu menyebutkan, hanya harga telur ayam broiler yang naik 9 persen. Tarifnya di grosir Rp1.100, sedangkan di eceran Rp1.200.

Sementara harga barang lainnya masih stabil. Rilis harga itu sangat jauh berbeda dengan realita di lapangan. Mungkinkah Erni, Zakir, dan Kamaruzzaman berbohong?

Belum ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait

e0564448 ae69 4d9c 85cb d512460045b1
Pj Gubernur Aceh Bustami msaat meresmikan Layanan CT-Scan pada Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Aceh, Kamis (4 7/2024).

RSIA Aceh Kini Miliki Layanan CT Scan