PM, Sigli – Hujan deras yang mengguyur Kabupaten Pidie sejak Jumat malam, 22 November 2024, telah menyebabkan banjir di beberapa kecamatan, seperti Sakti, Tiro, Keumala, Kembang Tanjong, Delima, Glumpang Tiga, Mutiara Timur, Mutiara, Peukan Baro, Glumpang Baro, Padang Tidji, dan Pidie pada Sabtu, 23 November 2024.
Banjir musiman ini juga telah merendam sejumlah kawasan yang dekat dengan kantor pemerintahan di Kota Sigli, seperti di Gampong Cot Teugoh dan Cot Reng, Kecamatan Pidie.
Muhammad Nur, Sekretaris Jenderal TOMPi, dalam rilis yang dikirimkan ke media pada Sabtu, 23 November 2024, mendesak Pemerintah Kabupaten Pidie untuk segera melakukan normalisasi sungai di kedua desa tersebut. Sungai-sungai ini sering kali merendam Kota Sigli sebagai pusat pemerintahan di Pidie. Menurutnya, banjir yang terjadi telah merusak citra Pidie sebagai daerah yang tidak dikelola secara kolektif, kolegial, dan terukur, padahal di daerah ini terdapat lembaga-lembaga vertikal pemerintah yang tidak kalah pentingnya dibandingkan kabupaten/kota lain di Aceh.
Dijelaskan oleh Muhammad Nur, Krueng Teukah yang ada di Gampong Cot Teugoh merupakan salah satu anak sungai yang perlu segera dinormalisasi. Hal ini mendesak dilakukan tahun ini, mengingat debit air di aliran Sungai Krueng Baro yang berpusat di Keumala Dalam dan Tangse sudah melebihi kapasitas saat musim penghujan tiba. Selain itu, batu-batu besar yang selama ini berfungsi sebagai penahan air telah dikeruk oleh pelaku galian C selama belasan tahun.
Menurut Muhammad Nur, Krueng Teukah juga telah ditumbuhi banyak pohon nipah dan pepohonan lainnya yang tumbuh hingga belasan meter ke atas, sehingga menghambat aliran air. Ditambah lagi, sungai tersebut sudah sangat dangkal dan sempit. Akibatnya, saat hujan deras, air sering meluap ke pemukiman dan menyebabkan banjir di belasan desa serta kantor-kantor pemerintahan di Kota Sigli.
“Kami berharap seluruh anak sungai di Daerah Aliran Sungai (DAS) Krueng Baro dan Krueng Tiro di Pidie segera dinormalisasi. Ini adalah pekerjaan rumah utama bagi Bupati Pidie, karena puncak musim hujan biasanya terjadi pada bulan Januari. Kami berharap kantor-kantor pemerintahan, sekolah-sekolah, dan fasilitas publik lainnya tidak lagi berubah menjadi kolam ikan atau kolam renang setiap akhir tahun. Ini sangat memalukan,” ujar Muhammad Nur.
Akibat luapan sungai Krueng Teukah yang semakin parah, warga Cot Teungoh terpaksa mengungsikan hewan ternaknya.
Warga Cot Teungoh yang rumahnya terendam banjir cukup parah mengungkapkan bahwa luapan sungai Krueng Teukah kali ini sangat besar. Selain merendam perabotan rumah tangga, mereka juga terpaksa mengungsikan ternak ke tempat yang lebih tinggi.
“Sigo ie raya, sigo abeh anco barang-barang elektronik, ngon abeh mate ubena manok-itek kamoe,” kata Marni, salah seorang warga Cot Teungoh yang rumahnya terendam banjir cukup tinggi.
Belum ada komentar