PM, Banda Aceh – International Centre for Aceh and Indian Ocean Studies (ICAIOS) menggelar seminar internasional selama dua hari, Senin dan Selasa (15-16 Juli 2024), bertempat di Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala (USK) dan Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry. Acara ini diikuti oleh lebih dari 400 peserta dari berbagai kalangan, baik secara langsung maupun daring.
M. Riza Nurdin, peneliti senior ICAIOS, menyampaikan bahwa tujuan dari seminar ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran mahasiswa dan civitas akademika terhadap kondisi pengungsi yang berada di Aceh.
Seminar ini menghadirkan sejumlah narasumber ahli, termasuk Dr. Nyi Nyi Kyaw dari Research Chair on Forced Displacement in Southeast Asia, Chiang Mai University. Nyi Nyi Kyaw, yang berasal dari Myanmar, membahas krisis kemanusiaan yang dialami etnis Rohingya di Myanmar
“Para pengungsi Rohingya, jika dipulangkan kembali ke negara asal maka mereka akan dipersekusi. Ditambah tak semua negara meratifikasi konvensi 1951 tentang pengungsi. Meskipun yang mengelola Rohingnya adalah UNHCR dan IOM, mereka belum mampu menyakinkan banyak negara untuk menerima pengungsi dalam jangka waktu tertentu,” tuturnya.
Selain menghadirkan pembicara internasional, ICAIOS juga menghadirkan pembicara dari kalangan aktivis seperti Hendra Lawhan dari Jesuit Refugee Indonesia, tokoh agama yang diwakili Tgk. H. Faisal Ali, akademisi USK M.Yakub Aiyub Kadir, serta Melly Masni dari UIN Ar-Raniry.
Tgk. H. Faisal Ali, Pimpinan Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) yang menjadi pembicara di USK (15 Juli) menjelaskan bahwa masyarakat Aceh pada hakikatnya bersikap menerima dan menyambut setiap tamu yang datang. Apalagi jika melihat sudut pandang agama dan adat, menurutnya Islam memberikan nilai-nilai kemanusiaan. Hal ini dijalankan jika masyarakat berpegang teguh pada prinsip Maqasiq Al-Syari’ah.
Sebelumnya ICAIOS telah melaksanakan kegiatan seminar yang sama di Universitas Malikussaleh (Unimal) pada Kamis (27/6/2024) silam. Hingga saat ini antusiasme peserta kegiatan, baik di USK, UIN Ar-Raniry dan Unimal kurang lebih telah mencapai 600 orang peserta dengan harapan meningkatkan pemahaman masyarakat Aceh tentang pengungsi Rohingnya.
Belum ada komentar