Tiga Puluh Persen Warga Gayo Lues Petani Sere Wangi

Tiga Puluh Persen Warga Gayo Lues Petani Sere Wangi
Kabid Perindustrian Disprindakop Gayo Lues, Drh. Juraida.

PM, BLANGKEJEREN –  Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindagkop) Gayo Lues mencatat, sebanyak 30 % warga daerah tersebut berprofesi sebagai petani sere wangi. Mereka menggantungkan hajat hidup dengan menanam sere wangi.

Hal itu dikatakan Kabid Perindustrian Disperindakop, Drh. Juraida kepada Pikiran Merdeka, Rabu (13/1/16). Berdasarkan data yang dimiliki Disperindagkop, saat ini petani sere wangi berjumlah 2.941 kepala keluarga (KK) yang tersebar di sebelas kecamatan.

“Jika kita hitung, jumlah penduduk Gayo Lues berjumlah 8.000 lebih, sedangkan petani sere wangi berjumlah  2.941. Maka kita kalkulasikan sekitar 30 % lebih warga adalah petani sere wangi, sedangkan sisanya ada yang PNS, petani dan pedagang,” jelasnya.

Menurut Juraida, warga menanam sere wangi diantara pohon pinus dan di lereng perbukitan Gunung Louser. Tanaman ini dipilih warga karena dalam sekali tanam dapat dipanen ratusan kali. Sedangkan masa panen sere wangi mencapai tiga hingga empat bulan.

Dijelaskannya, dalam 1 Ha kebun, penghasilan yang dapat  diperoleh petani mencapai Rp15 Juta hingga Rp25 Juta. Penghasilan itu sangat bergantung pada lokasi perkebunan dan cara penyulinganya. Sebab, dalam satu ketel sere wangi mampu menghasilkan 6 ons hingga 1 Kg.

“Jumlah petani sere wangi yang paling banyak adalah masyarakat Kecamatan Blangkejeren, disusul dengan masyarakat Dabun Gelang. Itupun lokasi perkebunanya ada yang di kecamatan lain, karena kita melakukan pendataan jumlah KK yang menanam sere dengan jumlah lokasi saja. Sedangkan tempat tinggal warga di Blangkejeren tetapi berkebun di Pantan Cuaca tidak kita masalahkan,” ujar wanita yang akrab disapa Buk Ju ini.

Harga jual minyak atsiri jenis sere wangi saat ini kata Juraida dijual petani ke agen penampung resmi dengan harga Rp150 ribu hingga Rp180 ribu per Kg. Harga tersebut sangat bergantung dengan kualitas minyak dan harga pasaran yang dijual agen ke Medan yang seterusnya diekspor ke luar negeri.

“Kedepan memang harus ada terobosan (pemda) supaya harga sere wangi ini terus meningkat, sehingga kesejahtraan masyarakat semakin terasa. Karena menyuling sere wangi itu butuh tenaga dan modal juga, bukan mudah seperti yang kita bayangkan,” pungkasnya. [PM004]

 

Belum ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait