PM, TAPAKTUAN – Komando Distrik Militer (Kodim) 0107 Aceh Selatan akan mewajibkan setiap Koramil di daerah itu menanam 1.000 batang pisang hasil pembibitan koloning serta durian monthong Thailand hasil dari pembibitan sambung pucuk di atas lahan seluas 1.000 hektar yang dipersiapkan oleh masing-masing Koramil.
Program ini akan diluncurkan pada tahun anggaran 2016 mendatang. Sebagai persiapan untuk menyukseskan program tersebut, seluruh Danramil dan Babinsa sedang dilatih teknik pembibitan pisang secara koloning dan pembibitan durian monthong Thailand dengan sistem sambung pucuk oleh tenaga ahli dari Dinas Pertanian dan Peternakan Aceh Selatan di Balai Benih Utama (BBU) Kecamatan Labuhanhaji Barat.
“Di Kabupaten Aceh Selatan terdapat 13 Koramil, jika masing-masing Koramil terdapat lahan seluas 1.000 hektar, maka nantinya di Kabupaten Aceh Selatan akan ada pengembangan pisang baik jenis kepok, barangan, ayam maupun jenis lainnya seluas 13.000 hektar ditambah durian monthong yang pembibitannya dengan sistem sambung pucuk sedang dikembangkan sebanyak 2.600 batang,” kata Dandim Aceh Selatan, Letkol Inf Hasandi Lubis SIP kepada wartawan saat meninjau pelatihan teknik pembibitan pisang dan durian di BBU Labuhanhaji Barat, Kamis (10/12).
Didampingi Kadis Pertanian dan Peternakan Aceh Selatan, Yulizar SP dan tokoh masyarakat Labuhanhaji Raya, Azmir SH, Hasandi Lubis menjelaskan, tanaman pisang hasil pembibitan koloning mempunyai karakteristik yang jauh berbeda dengan tanaman pisang yang ditanam secara tradisional.
Sebab, selain memiliki bibit unggul yang diolah secara koloning (kolonal) juga cepat berproduksi atau panen yakni antara 8 – 10 bulan. Menariknya lagi, untuk generasi selanjutnya pisang ini mampu berproduksi kurang dari 8 bulan. Bibitnya pun tergolong mudah dan simple untuk di kembangkan karena dari satu bongkahan bibit pisang biasa, bisa diolah menjadi puluhan bibit unggul karena setiap tunasnya dipotong-potong menjadi bagian kecil lalu diolah secara koloning.
Sistem pengolahan bibit, papar Dandim, dilakukan dengan cara setelah tunasnya dipotong menjadi bagian – bagian kecil, lalu di rendam dalam air yang sudah dicampur dengan obat bactoplos. Langkah ini, kata Dandim, bertujuan untuk mensterilkan bibit pisang dari gangguan penyakit. Sebelum bibit pisang tersebut ditanam dalam polybag, tanahnya juga direndam terlebih dulu dalam air yang sudah dicampur obat, guna mensterilkan bakteri yang terkandung dalam tanah sehingga tidak mengganggu pertumbuhan bibit pisang.
Sedangkan terhadap bibit durian monthong thailand, sambungnya, juga dilakukan pembibitan dengan sistem sambung pucuk. Maksud teknik sambung pucuk ini, menurut Dandim, pembibitan durian dilakukan dengan cara bibit durian biasa yang dipotong kemudian disambung dengan pucuk durian monthong sehingga akan menjadi bibit durian unggul.
“Durian monthong ini sangat strategis dikembangkan di wilayah Aceh Selatan yang memiliki kultur tanah subur dan beriklim trofis. Durian dengan tinggi maksimal 2 meter ini mampu berproduksi atau panen dalam usia antara 4 – 5 tahun,” sebutnya.
Dandim Hasandi Lubis memprediksi, jika program ini sukses terlaksana nantinya, maka akan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat. Sebab berdasarkan estimasi pihaknya, dengan harga jual per tandan pisang dipasaran saat ini mencapai Rp 40.000 dengan perkiraan perbatangnya mampu berproduksi beberapa tandan, maka jika di kali 13.000 hektar pisang yang akan dikembangkan, maka diperkirakan mencapai ratusan juta rupiah uang yang akan beredar ditengah-tengah masyarakat Aceh Selatan perbulannya.
“Program pengembangan pisang seluas 13.000 hektar dan 2.600 bibit durian monthong ini, merupakan pilot projek atau uji coba. Jika nantinya sukses maka kami akan mendorong masyarakat luas untuk mengembangkannya secara lebih luas melalui pemberian bibit secara gratis kepada petani yang benar-benar mau menggarap lahannya,” tegas Dandim.
Tokoh masyarakat Labuhanhaji Raya, Azmir SH, menyatakan pihaknya atas nama masyarakat menyambut positif gebrakan yang dilakukan Dandim Letkol Hasandi Lubis bekerjasama dengan pihak Dinas Pertanian dan Peternakan setempat.
Meskipun langkah yang sedang dilakukan itu baru sebatas pilot projek, kata Azmir, namun setidaknya imbas dari program itu akan membuka cakra wala atau wawasan berfikir rakyat Aceh Selatan terkait pengembangan sektor pertanian.
“Kami yakin, jika program ini sukses nantinya, maka kondisi masyarakat konsumen Aceh Selatan yang selama ini sangat tergantung dengan pasokan pisang dari luar daerah akan berkurang. Bahkan jika hasil produksinya melimpah, bisa-bisa konsumen dari luar yang akan menggantungkan pasokan bahan baku pisang dari Aceh Selatan nantinya,” tegas Azmir.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Aceh Selatan, Yulizar SP menyatakan, pihaknya sangat bergembira atas gebrakan yang akan dilakukan oleh Dandim 0107 yang berencana akan mengembangkan bibit pisang seluas 13.000 hektar pada tahun 2016 mendatang.
“Kami terus terang saja sangat bergembira, karena hasil inovasi dan kreatifitas yang kami olah selama ini telah mendapat sambutan oleh orang nomor satu di jajaran Kodim Aceh Selatan. Awalnya inovasi ini kami luncurkan hanya sebatas uji coba sebagai langkah pengenalan cara atau teknik baru,” papar Yulizar.
Terlepas dari program yang akan dilakukan oleh Kodim 0107 Aceh Selatan, ujarnya, pihak Pemkab Aceh Selatan juga berencana akan mengembangkan bibit pisang unggul tersebut secara lebih luas kepada masyarakat petani di daerah itu.
“Setelah inovasi pembibitan pisang dengan sistem koloning ini sukses, alhamdulilah Bupati Aceh Selatan telah meresponnya secara serius dengan telah mengganggarkan anggaran untuk pengembangan bibit pisang tersebut dalam APBK 2016,” tegas Yulizar. [PM004]
Belum ada komentar