Syarifah Marwati, Naik Haji Berkat Eforbia

Syarifah Marwati, Naik Haji Berkat Eforbia
Syarifah memeriksa daun Anthurium Gelombang Cinta, mengantisipasi adanya jamur yang dapat memperburuk kondisi daun. PIKIRAN MERDEKA/MAKMUR DIMILA

[dropcap]D[/dropcap]ari hobi, cinta, ke bisnis. Begitulah Syarifah Marwati memperlakukan tanaman hias atau kembang. Sampai-sampai, ia dan suaminya naik haji dengan uang dari hasil jual-beli bunga.

Syarifah mulai mengoleksi bunga pada tahun 2000. Rumahnya di Krueng Cut Lamnyong, Banda Aceh. Ia menyulap pekarangan rumah menjadi wadah pot dengan berbagai tanaman hias. Lambat laun usahanya berkembang.

Pada 2003, bunga euphorbia atau eforbia booming. Sebelum meledak di pasaran, kebanyakan warga Banda Aceh tak mengenal bunga yang mendompol dengan berwarna-warni itu. Baru setelah 17 Agustus 2003, bunga asal Madagaskar tersebut menjamur ke seluruh pelosok.

Hari itu, Dinas Pertanian Provinsi Aceh mengadakan expo di Blang Padang. Usaha Syarifah termasuk binaan dinas pertanian. Ia pun diminta mengisi stand di pameran tersebut. Suami Teuku Irwansyah ini hanya memamerkan bunga eforbia. Datang reporter TVRI Aceh ke pameran. Ibu satu putri ini diwawancara. Eforbia paling disorot.

Dan, pascapameran itu, bunga eforbia diburu peminat. Puncaknya, Pekan Kebudayaan Aceh IV pada Agustus 2004. Syarifah membuka stand tanaman hias, mengisi pameran bunga selama seminggu. Ia berharap, dari hasil menjaja bunga, bisa naik haji tahun itu pula. Eforbia modalnya.

Cita-citanya tercapai. Ia meraup Rp60-an juta. Eforbia yang saat itu langka dan mahal, laris manis. Momen itu terekam bagus di memeri Syarifah. Katanya sambil menyunggim senyum pada Pikiran Merdeka di Sabtu (31/3) pagi yang berkabut, “cukuplah untuk dua tiket naik haji saat itu.”

Syarifah memeriksa daun Anthurium Gelombang Cinta, mengantisipasi adanya jamur yang dapat memperburuk kondisi daun. PIKIRAN MERDEKA/MAKMUR DIMILA

Namun, empat hari menginjak kaki di Tanah Suci, tsunami menyapu semua tanaman hiasnya di Krueng Cut. Pulang dari Saudi, Syarifah membawa gelar hajah dan Irwansyah gelar haji, tapi harus menemui kenang-kenangan eforbia yang telah raib.

Pun begitu, Syarifah tak patah hati. Setelah menempati Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Neuheun Aceh Besar, ia kembali merajut bisnisnya. Sejak 2006, bunga-bunga ditata kembali di pekarangan rumahnya.

Dan pada Agustus 2009, Syarifah membuka Lilawadi Nursery di Jalan T P Nyak Makam Banda Aceh. Luasnya sekitar 1.000 m­­eter bujur sangkar. Di sinilah, ia, suaminya, dan putrinya Erna menjalankan bisnis tanaman hias.

“Saya suka koleksi bunga, karena ia menghasilkan (uang),” kata Syarifah. “Kalau bunga, semahal apapun kita beli, ia tetap menghasilkan, meskipun baru kembali modalnya butuh waktu sampai setahun,” sambungnya. Beda dengan hobi lain, yang hanya menghabiskan uang tapi minim pemasukan.

Ke depannya, Syarifah akan membuka kebun induk di Lampeuneureut, dengan luas areal yang sama dengan Lilawadi Nursery. Kebun induk itu untuk pembibitan bunga, proyek tanam, dan pembuatan pot.

Sebab, bilangnya, selama ini ia mendatangkan bunga (family biasa seperti anggrek) dari Medan, sementara sulit mendapatkan tenaga kerja yang punya skil merawat bunga.

Sudah bunga, pot juga didatangkan dari Medan. Dan kurang efektif. Misal, kata perempuan berusia 43 itu, jika ia memesan 50 pot dalam jangka sebulan, terkadang hanya bisa disiapkan 20 vas. “Ini pemborosan,” katanya.

Syarifah berpikir, solusinya adalah mengadakan kebun induk, di samping membantu pemerintah kurangi angka pengangguran di Aceh. “Paling kurang nyak-nyak (perempuan pekerja) bisa ngisi polibet,” katanya.

Saat ini, ada 10 family bunga terbaik di Lilawadi Nursery. Anthurium, aglaunema, bromelia, sensivera, begonia, kadaka bangkok, sikas, adenium, bougenvil, dan anggrek. Paling mahal, family anthurium, seperti anthurium gelombang cinta yang pernah laku Rp50 juta satu vas.  Termurah, bunga krokot yang hanya Rp1 ribu per polibet. Namun jika dibeli, bunga untuk taman itu bisa beribu polibet. Selain itu, harga bunga sangat ditentukan oleh jenis, ukuran pot, kecantikan, dan kualitas bunga.***

 Tips Merawat Bunga

Syarifah memberikan tips sederhana menanam dan merawat bunga atau tanaman hias, berikut ini.

Pertama, harus mengenal habit bunga. Kalau jenis bunga yang tumbuh di daerah gersang, maka bunga itu harus ditanami di daerah gersang. Jika tanaman berasal dari daerah lembab, maka ditanami pula di tanah lembab.

Dua, bunga yang ditanami harus dihidrasi terlebih dulu. Jangan terlalu banyak air. Secukupnya saja. Kemudian ditambahkan pupup bunga dan buah yang organik. Bagusnya merek D I Grow yang ramah lingkungan. Aman disentuh tangan setelah disemprot.

Tiga, mengganti media tanam di pot. Baiknya sekali dalam enam bulan. Mediam tanam biasanya terdiri dari tanah humus, pupuk kandang, dan cincangan pakis. Tergantung jenis bunga.

Empat, penyiraman dan pemupukan harus rutin. Dengan interval: bagusnya sekali dalam seminggu, paling lama sekali dalam sebulan.

Lima, mendeteksi penyakit pada tanaman. Dianjurkan minimal dua kali sehari memeriksa daun-daun, mendeteksi kemungkinan adanya jamur yang dapat merusak daun.

Enam, penyemprotan harus di punggung daun. Punggung daun memiliki stoma (mulut daun). Melalui stoma itu air semprotan masuk ke batang dan terserap ke akar. Ini lebih bagus dibanding disemprot pada akrnya yang harus naik lagi ke daun sebelum turun ke akar.[]

Makmur Dimila

Belum ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait

530 Peserta Ikuti Lomba Seni Gayo Lues
Bupati Gayo Lues H Ibnu Hasim, Kadis Dikbud Drs.M.Jamin dan kabid Kubadayaan Alimat S.Pdi bersama salah satu grup tari saman yang tampil dalam acara pembukaan.

530 Peserta Ikuti Lomba Seni Gayo Lues