PM, Banda Aceh – Sultanah Putroe Safiatuddin Cahaya Nur’alam, dinobatkan sebagai pewaris tahta kerajaan Aceh. Sebelumnya, Sultanah juga telah menerima plakat tanda jasa dan gelar pahlawan untuk Keumala Hayati di Istana Negara, Jakarta beberapa waktu lalu.
Penganugerahan tersebut ditandai dengan peusijuk (tepung tawar) oleh T.H Abdurrahman Kaoy kepada Sultanah Putroe Safiatuddin Cahaya Nuralam, Rabu (27/12).
Peusijuk sosok ahli waris kesultanan Aceh itu diselenggarakan di Komplek Makam Sultan Iskandar Muda. Kegiatan itu juga bertepatan langsung dengan peringatan Haul Sultan Iskandar Muda ke-381.

Kegiatan tersebut juga dihadiri oleh ketua pemuka adat Aceh, T.H. Abdurrahman Kaoy, Ketua Umum Satgas PPA Mustafa Abdullah, Ustaz Nur Arafah dan beberapa ulama kharismatik lainnya.
Sultanah Putroe Safiatuddin Cahaya Nur’alam adalah putri sulung dari Tuwanku Ibrahim atau cucu dari Sultan Alaidin Muhammad Daud Syah. Ia merupakan keturunan ke 45 dari kerajaan sultan Aceh.
Sultanah Putroe Safiatuddin Cahaya Nur’alam sendiri menghabiskan masa tuanya di Lombok Nusa Tenggara Barat (NTB), bersama putri bungsunya, Pocut Meurah Neneng yang bekerja di sana. Mereka pindah ke Lombok sejak 2008.
Sultanah Putroe lahir di Beureuneun, Pidie. Namanya diberikan langsung oleh sang kakek, Sultan Alaidin Muhammad Daud Syah. Ia ditetapkan sebagai sultanah pada usia 42 hari, masih bayi.
Dalam kegiatan tersebut Sultanah Putroe tampak anggun mengenakan kerudung berwarna ungu. Ia juga duduk dengan kursi rodanya diantara tamu undangan lainnya tepat di lokasi makam Sultan Iskandar Muda.()
Belum ada komentar