PM, LHOKSUKON—Warga Desa Hagu, Kecamatan Matangkuli, Aceh Utara menolak didirikan posko pengungsi, Senin (8/2/2016). Selain merasa sudah terbiasa dengan banjir, mereka juga mengaku lebih aman mengungsi ke Masjid dan musholla. Sementara di Kecamatan Lhoksukon, banjir mulai meluas ke Desa Meunasah Krueng, KM V.
Danramil Matangkuli, Kapten Inf M Nur kepada Pikiran Merdeka menyebutkan, banjir merendam 20 desa. Di antaranya Desa Hagu, Tanjong Haji Muda, Tanjong Teungku Ali, Tanjong Teungku Kari, Teungoh Seulemak, Parang Sikureng, Meuria, Lawang, Mee, Blang, Ceubrek Pirak, Siren, Alue Thoe dan lainnya.
“Masyarakat menolak saat hendak didirikan posko, mereka lebih memilih mengungsi ke Masjid dan musholla. Ketinggian air berkisar antara 30 centimeter hingga 1 meter. Sejauh ini belum diperlukan perahu karet,” ujarnya.
Hal itu dibenarkan Geuchik Desa Hagu, Muhammad Nasir. Secara terpisah ia mengatakan, warga merasa lebih aman mengungsi di masjid dan musholla, dari pada harus mengungsi ke posko.
“Hingga saat ini belum ada dapur umum. Semalam air sempat surut, tapi tadi pagi naik lagi. Cuaca hari ini cukup cerah semoga air surut kembali,” ucapnya.
Camat Lhoksukon, Saifuddin mengatakan, banjir menggenangi Kota Lhoksukon sejak kemarin dengan ketinggian air antara tumit hingga lutut.
“Banjir juga mulai merendam Desa Meunasah Krueng, KM V. Di Desa Dayah dan Beringen ada beberapa rumah juga yang terendam,” ucapnya.
Sementara itu, Camat Pirak Timu H Tarmizi menambahkan, terdapat 14 desa yang terendam banjir. Di antaranya Desa Bungong, Pange, Asan Krueng Kreah, Alue Bungkoh dan lainnya.
“Di Desa Pange ketinggian air di badan jalan berkisar 70 centimeter. Warga menggunakan rakit sebagai alat transportasi,” tukasnya.[]
Belum ada komentar