Setelah Sadar Bencana, Pemerintah Aceh akan Bentuk Komunitas Sadar Api

Setelah Sadar Bencana, Pemerintah Aceh akan Bentuk Komunitas Sadar Api
Rapat Koordinasi Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan, di Ruang Serbaguna Setda Aceh, Rabu (7/8/2019).

Banda Aceh – Pelaksana Tugas Gubernur Aceh Nova Iriansyah berencana membentuk komunitas sadar api di desa atau gampong-gampong yang dekat dengan hutan dan lahan yang selama ini rentan terjadi kebakaran.

Jika berkolaborasi dengan Manggala Agni (Brigade Pengendalian Kebakaran Hutan Indonesia), komunitas ini diyakini mampu menjadi ujung tombak penanganan kebakaran lahan ditingkat tapak.

Hal tersebut disampaikan oleh alumni program Magister Teknil Arsitektur ITB dalam sambutannya pada Rapat Koordinasi Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan, di Ruang Serbaguna Setda Aceh, Rabu (7/8/2019).

“Pemerintah perlu membentuk komunitas masyarakat sadar api di desa-desa yang lokasinya dekat dengan hutan. Komunitas ini nantinya akan bekerjasama dengan Manggala Agni. Dua kekuatan ini kita harapkan mampu tampil sebagai ujung tombak upaya pencegahan karhutla (kebakaran hutan dan lahan) di tingkat tapak,” imbuh Nova.

Selain itu, langkah penegakan hukum bagi pelaku karhutla perlu dipertegas. Karena berdasarkan data, hampir 99 persen kasus karhutla di Indonesia merupakan tindakan yang disengaja.

Oleh karena itu, aparat keamanan harus menindaktegas pelaku karhutla agar menjadi pembelajaran sehingga tidak terjadi lagi di masa depan, imbuh Nova.

“Masyarakat harus diberdayakan dan terlibat dalam upaya pengendalian karhutla. Kita telah berhasil membentuk komunitas-komunitas sadar bencana yang berperan mensosialisasikan pengetahuan kebencanaan bagi masyarakat. Sementara untuk karhutla masih belum ada,” kata Nova.

Sebagaimana diketahui, sesuai Instruksi Presiden Nomor 11 Tahun 2015 tentang Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan, tercantum bahwa penanggulangan karhutla tidak hanya melibatkan aparat keamanan dan Badan Penanggulangan Bencana, tapi juga masyarakat.

Dengan kata lain, sumber daya untuk pengendalian karhutla mesti diperkuat. Nova menjelaskan, sebagai daerah dengan areal hutan yang cukup luas, Aceh dijuluki sebagai salah satu paru-paru dunia. Tentu tidak mengherankan jika di forum-forum dunia yang membahas perubahan iklim, hutan Aceh kerap menjadi perhatian.

Dunia sangat berharap, Indonesia memberi perhatian bagi upaya pelestarian hutan di Aceh. Merespon permintaan itu, Pemerintah tentu memiliki program khusus untuk pelestarian hutan di wilayah ini. Bahkan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah menetapkan hutan Aceh sebagai kawasan yang perlu mendapat pengawasan.

“Berdasarkan penelitian Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, setidaknya terdapat 100 ekor badak di seluruh hutan Sumatera. Dari jumlah tersebut, 50 ekor diantaranya berada di Aceh. Ini tentu harus menjadi perhatian kita bersama untuk melestarikan hutan Aceh agar keberadaan badak dan ekosistem lain tetap lestari,” imbau Plt Gubernur.

Namun, sambung Nova, tentu tidak mudah menjaga hutan Aceh yang begitu luas dari berbagai gangguan. Salah satu ancaman yang kerap mengintai adalah kebakaran yang sering terjadi setiap musim kemarau, baik yang terjadi karena kesengajaan maupun tidak, hal ini kerap terjadi tiap tahun.

“Karena itu, pertemuan ini diharapkan dapat memberikan masukan terkait penguatan tim, peralatan, sosialisasi, dan langkah-langkah preventif guna penguatan sumber daya manusia. Semoga pertemuan ini menghasilkan rumusan terkait langkah penanganan karhutla, sehingga fungsi hutan Aceh dapat kita pertahankan,” pungkas Nova.

 

Kelestarian Alam Jaga Keseimbangan Ekologis

Sementara itu, Letjen Doni Monardo selaku Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengungkapkan, bahwa kelestarian alam akan berimbas positif bagi kelestarian ekologis.

Oleh karena itu masyarakat diimbau untuk bersama menjaga kelestarian alam, salah satunya adaah dengan berhenti melakukan pembukaan lahan dengan cara membakar.

“Membuka lahan dengan cara membakar sangat merusak lingkungan dan keseimbangan ekologis. Ingat, jika kita membakar lahan, maka ekositem yang ada di dalamnya juga akan musnah, hal ini tentu sangat mengganggu keseimbangan ekologis,” ujar Doni.

Doni mengingatkan, bahwa kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di tahun 2015 mencapai 2,6 juta hektar, yang mengakibatkan kerugian sebesar Rp 221 triliun. Dengan langkah-langkah preventif, pemerintah akhirnya mampu menekan angka karhutla di tahun 2016, 2017 dan 2018.

“Tak hanya faktor kemarau, kasus karhutla 2015 juga dipengaruhi oleh El Nino. Sedangkan 3 tahun berikutnya kita sedikit terbantu dengan La Nina. Namun tahun 2019 ini El Nino relatif panjang. Hal ini akan berpengaruh dengan kemarau yang semakin panjang. Oleh karena itu, sekali lagi saya ingatkan kepada semua pihak agar menghentikan tradisi membuka lahan dengan membakar.”

Dalam kesempatan tersebut, Doni mengajak semua elemen masyarakat untuk menjadikan menanam pohon sebagai kegemaran baru.

“Banyaknya pohon akan memperluas tutupan lahan, sehingga berimbas pada menurunnya temperatur bumi. Banyaknya pohon akan memunculkan daerah tangkapan air yang akan turut meminimalisir banjir.

Doni juga mengajak masyarakat untuk mulai gemar menanam tanaman bernilai ekonomi. Lahan gambut dapat ditanami beberapa komoditas bernilai ekonomi tinggi seperti bawang, nenas, cabe, lidah buaya pinang, kopi liberica, ungkap Doni.

“Ada satu daerah yang dapat dijadikan sebagai contoh. Desa Sungai Tohor, Tebing Tinggi Timur, Kabupaten Meranti, Riau. Dahulu, desa ini merupakan daerah pengekspor asap. Kini, desa ini menjadi daerah pengekspor sagu. Kabupaten ini membuktikan bahwa perubahan dapat dicapai dengan komitmen, dukungan dan kesungguhan semua pihak,” pungkas Doni.[Rel]

Belum ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait

WhatsApp Image 2021 03 22 at 11 29 28 660x330 2
Gubernur Aceh Nova Iriansyah, mengukuhkan kepengurusan Dewan Pimpinan Forum Komunikasi Pemerintahan Kabupaten/Kota se-Aceh (KKA) Periode 2020-2025,di Anjong Mon Mata, Banda Aceh, Selasa (23/3/2021) malam. [Dok. Ist]

Pengurus Forum Komunikasi Pemda se-Aceh Dikukuhkan, Ini Tantangan ke Depan