Setelah Islam, Tetap Rukun Serumah dengan Orangtua

Setelah Islam, Tetap Rukun Serumah dengan Orangtua
Setelah Islam, Tetap Rukun Serumah dengan Orangtua

SUFIA NABILA, itulah nama yang dipilih gadis keturunan Tionghoa ini setelah memeluk Islam. Ia memutuskan memeluk Islam sejak 21 September 2015 lalu. Ia bersyahadat di Masjid Agung Sultan Jeumpa.

Bagi Nabila, merupakan hidayah terbesar dalam hidupnya ketika jiwanya terpanggil mengucap syahadat. Hanya disaksikan  seorang guru,  beberapa sahabat, dan orang dekatnya, Nabila mengikrarkan dua kalimat syahadat dalam Masjid Sultan Jeumpa dengan panduan imum syik Tgk H Muhammad Ishak.

Selain itu, keislaman Nabila turut disaksikan  beberapa pengurus masjid tersebut. Sebelum masuk Islam, gadis yang kini berusia  18 tahun itu menganut agama Budha. Nama yang ia gunakan saat itu adalah Bella Selvia.

Etnis Tionghoa yang menetap di Bireuen ini kemudian menyatakan dirinya masuk Islam dan mengubah nama menjadi Sufia Nabila. Sebagai muallaf, Nabila mengaku  punya keinginan bisa lebih dekat dengan Allah. Katanya, ia ingin sekali berkomunitas dengan Allah swt. lewat doa-doa yang ia panjatkan selepas salat.

Gadis yang baru saja menamatkan SMA di Bireuen ini dalam keseharian  masih tetap berteman dengan  gadis-gadis keturunan Tionghoa lain. Baginya, pertemanan tetaplah teman, soal akidah, ia sudah mantap di Islam.

Nabila mengaku tertarik dengan Islam saat-saat terakhir di bangku SMA. Ketika itu ia bergaul lebih banyak dengan teman-teman muslim dibandingkan teman-teman agama lain di sekolahnya.

Ia mulai sering berinteraksi dengan teman-teman muslim sebab mayoritas di sekolahnya memang penganut Islam. Dari sanalah, hampir tiap hari ia mendengar kisah-kisah nabi zaman dahulu, kisah yang menurut Nabila menginspirasi dan luar biasa.

Dalam interaksi sekali dua kali, Nabila   terkesan menyaksikan ketekunan teman-teman muslim dalam beribadah.

“Sahabat-sahabat saya di sekolah semua beragama Islam dan sangat taat terhadap ajaran agama yang mereka anut. Itu yang membuat saya kagum dengan Islam,” kata Nabila.

Meski telah menjadi Islam, hingga kini Nabila masih tinggal di rumah orangtuanya yang berlainan akidah dengan Nabila. Di rumah itu juga ada kedua adik lelaki Nabila yang masih beragama Budha.

Kendati berbeda keyakinan, Nabila dan ibunya sert adik-adiknya tampak hidup rukun dan akur. Dalam praktik ibadah, orang-orang di rumah itu tetap menghargai cara beribadah Nabila.

Saat ditemui di rumahnya, Nabila mengatakan dalam beribadah, ia menggunakan kamarnya sendiri. “Sesekali saya ke rumah tetangga untuk salat. Ini saya lakukan demi menjaga tempat ibadah saya,” katanya.

Nabila mengaku tak menemui halangan berarti untuk terus mempelajari agama barunya. Hal ini karena pihak keluarganya menganut paham demokratis.

“Keluarga saya menghargai keputusan ini, saya tidak perlu sembunyi- sembunyi menjalankan salat dan membaca Alquran. Saya bisa mengaji di rumah,” tuturnya.

Selama ini, Nabila belajar mengaji pada Ibu Yus, seorang guru pengajian di kawasan jalan Musalla, Kota Juang. Kepada Yus, Nabila juga belajar cara menunaikan salat dan pengetahuan lain tentang Islam.

Orangtua Nabila, AC (diminta dirahasiakan namanya) tidak melarang kalau anak gadisnya itu berpindah keyakinan ke agama lain, meski sebelumnya AC sempat tersinggug. AC rersinggung bukan apa-apa, sebab ketika Nabila hendak masuk Islam, ia tidak diberitahukan.

“Saya tidak melarang kalau dia memeluk Islam, buktinya sekarang ia saya anjurkan agar salat dan tetap berbakti pada orangtua. Apa pun ia tetap masih anak saya,” kata AC.

Menurut AC, tak hanya Nabila yang sudah masuk dan pindah ke agama Islam, ada beberapa saudara dekat mereka sudah duluan memeluk Islam. Bagi AC, semua agama mengajarkan kebaikan, karena itu ia tidak melarang anaknya pindah agama. Ia hanya khawatir kalau anaknya kelak jadi pengemis untuk menyambung hidup.

“Selama ini, banyak yang terpaksa harus membanting tulang dan meminta-minta setela beralih agama, karena tidak ada perhatian dari pemerintah daerah,” ujarnya.

Kekhawatiran AC berdasarkan berita yang ia baca. Rata-rata mualaf harus menerima kenyataan pahit. Meski setiap tahun dana bantuan untuk mereka yang diplot melalui APBK dan APBA luar biasa besar, tetapi kenyataan di lapangan, dana itu tercecer dan tidak tepat sasaran. Terlepas dari itu, Nabila mengaku sudah mantap hati tetap di Islam. Baginya, rezeki sudah diatur oleh Allah swt.[]

Belum ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait

turun khalili
Baliho Cabup Bireuen dari Partai Aceh, Khalili, diturunkan, untuk digantikan dengan baliho bergambar Cabup Bireuen terbaru hasil keputusan Partai Aceh. FOTO: Rizanur

Pendukung Ruslan Turunkan Baliho Khalili

Teladani Rasulullah, Iskada Santuni Anak Yatim
Ketua Umum Iskada Aceh, Tgk Marwidin Mustafa menyerahkan santunan kepada Yayasan Rumah Anak Yatim Banda Aceh sebesar Rp 1 Juta yang diterima Ustadh Maman Surahman pada peringatan maulid dan Hari Jadi 43 Iskada, Sabtu (6/2). Foto IST

Teladani Rasulullah, Iskada Santuni Anak Yatim