Lengkap sudah penderitaan masyarakat Kota Madani. Setelah gelap, air bersih tak mengalir.
Bukan hanya persoalan pemadaman listrik yang semakin intens oleh PLN, layanan air bersih bagi warga Kota Banda Aceh juga sering seret dan berlumpur. Padahal, saban hari air Krueng Aceh disedot oleh mesin transmisi yang dialirkan ke Instalasi Pengolahan Air (IPA) milik PDAM Tirta Daroy Kota Banda Aceh di Desa Lambaro dan Desa Siron, Kecamatan Ingin Jaya, Aceh Besar.
Sejatinya, keberadaa PDAM Tirta Daroy sangat penting bagi ketersediaan air untuk wilayah ibu kota provinsi sejak tahun 1975. Perusahaan itu harus memenuhi kebutuhan air bersih bagi 268.648 jiwa ber-KTP Banda Aceh.
Rata-rata nasional, kebutuhan air per orang mencapai 120 liter/hari. Hingga awal 2016, pelanggan PDAM Tirta Daroy sudah mencapai 43.700 orang. Karena itu, perusahaan tersebut harus produksi air bersih sebesar 20 kubik untuk setiap KK (kepala keluarga) per bulannya.
Dihitung setiap KK rata-rata terdiri atas 5 jiwa. Sehingga air bersih yang harus disuplai untuk Banda Aceh sekitar 105 juta kubik per bulan. Selama ini, kapasitas produksi PDAM Tirta Daroy mampu memenuhi kuota pelanggannya.
Namun, jaringan distribusinya belum optimal menyuplai air ke seluruh pelanggan. Terutama untuk pelanggan di daerah baru, seperti di pinggiran kota yang di antaranya Alue Naga, Lampulo, Meuraxa, dan Ulee Lheue.
Terpaut sekitar 14 km dari IPA PDAM Tirta Daroy di Lambaro, Mukhtaridha (32) sehari-hari membutuhkan 600 liter air bersih untuk membilas cucian pelanggan usaha laundry-nya di Gampong Punge Juroeng, Kecamatan Meuraxa, Banda Aceh. Sebulan ia harus membayar sebesar Rp900 ribu.
Namun ia mendapati suplai air bersih dari PDAM Tirta Daroy kerap macet semenjak ia buka usaha itu pada 2012. “Kalau lancar dua jam saja sudah penuh ke dalam penampungan. Kalau tidak, biasanya kami harus menunggunya hingga malam hari sampai airnya stabil,” tutur pria itu.
Ia harus menggali sumur bor sebagai antisipasi kekurangan stok air. “Kalau tidak ada sumur bor itu, pasokan airnya tidak akan mencukupi,” ujar anggota Asosiasi Pengusaha Laundry Aceh (APLA) itu, kepada Pikiran Merdeka pekan lalu.
Mukhtar pun melihat, permasalahan air PDAM akan terus berpolemik bagi publik. Diduganya, sengkarutnya distribusi air di Banda Aceh akibat ulah oknum-oknum tertentu yang terus membiarkan masalah itu terjadi. “Ya, kan, kalau masalahnya sudah kelar semua, mereka (pihak PDAM) tidak mendapat pekerjaan lagi,” ucapnya.
Belum ada komentar