PM, Medan – Di kolong jembatan Jalan Gatot Subroto, Kota Medan, tersebutlah Wakil Gubernur Sumatera Utara, Musa Rajeksah menemukan tiga keluarga asal Aceh yang hidup di kolong jembatan. Kejadian itu bermula saat Musa selaku Ketua Dewan Pimpinan Daerah Partai Golkar Provinsi Sumatera Utara (Sumut) berinisiatif membagi-bagikan paket sembako dan nasi bungkus kepada warga setempat, Sabtu, 31 Juli 2021 lalu.
Ketiga keluarga yang awalnya diidentifikasi berasal dari Sigli, Aceh, tersebut disebutkan hidup memprihatinkan. Pemerintah Provinsi Sumatera Utara pun menurut Musa, akan memberikan perhatian kepada mereka. Musa lantas berkoordinasi dengan Wali Kota Medan. Hasil koordinasi diketahui ketiga keluar tersebut tidak terdata di arsip kependudukan Sumatera Utara.
Setelah menelusuri lebih lanjut, ketiga keluarga itu belakangan diketahui berasal dari Bireuen. Mereka kemudian dipindahkan ke rumah singgah milik Dinas Sosial Medan, setelah sebelumnya sempat mendiami rumah singgah milik Pemko setempat.
“Kita berencana akan mengembalikan warga tersebut ke daerahnya (Bireuen),” kata Wali Kota Medan, Bobby Nasution, seperti dilansir Waspada, Selasa, 3 Agustus 2021.
Bobby menyebutkan, pihaknya telah menghubungi keluarga mereka di Bireuen. Mereka pun, menurut Bobby, bersedia kembali ke kampung halaman. “Sudah kita kontak juga Dinsos Bireuen, besok akan langsung kami antarkan ke Bireuen,” ujar menantu Presiden Joko Widodo tersebut.
Salah satu anggota keluarga yang hidup di kolong jembatan Jalan Gatot Subroto, Medan, tersebut bernama Fuad. Pria lajang itu berasal dari Gampong Pulo Panyang, Kecamatan Peusangan Selatan, Bireuen. Fuad sudah hidup di kota Medan sejak 2006 lalu. Dia memanfaatkan kolong jembatan sebagai tempat berteduh usai mengumpulkan botol dan barang bekas untuk menyambung hidup di perantauan.
Dari koordinasi yang dilakukan Dinas Sosial Aceh dengan pihak Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, tidak semua keluarga yang mengaku berasal dari Aceh itu berasal dari Bireuen. Hanya Fuad, seorang pria lajang, yang benar-benar berasal dari Pulo Panyang.
Sementara seorang wanita yang juga disebut-sebut hidup di kolong jembatan yang sama, menurut Kepala Dinas Sosial Aceh Yusrizal, bukan warga Aceh. “Kami sudah berkoordinasi dengan Dinas Sosial Sumatera Utara dan Kadinsos Medan. Berdasarkan penelusuran Tim TKSK Kota Medan, wanita tersebut bukan warga Aceh. Data yang diberikan sebagai orang Aceh adalah individu yang berbeda, yaitu hanya pria lajang yang memang telah tinggal di Medan sejak 2006. Asalnya dari Gampong Pulo Panyang Kecamatan Peusangan Selatan, Bireuen,” ujar Yusrizal dalam siaran pers yang diterima awak media, Selasa malam.
Khusus untuk Fuad, pihak Dinsos Aceh akan memfasilitasi pemulangannya ke Bireuen. Dia akan diantar ke kediamannya di Pulo Panyang oleh Tim Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK) Dinsos Aceh dan Dinsos Bireuen.
“Langkah berikutnya, Pemerintah Aceh akan mengumpulkan data dan informasi terkait saudara Fuad untuk kebutuhan administrasi dan menjadi prioritas dalam pemberian modal usaha ekonomi produktif,” pungkas Kadinsos Aceh.[]
Belum ada komentar