Jakarta – Kementerian Pertanian (Kementan) menilai masa kerja selama empat tahun masa pemerintahan Jokowi-JK, menghasilkan banyak peningkatan di sektor pertanian. Namun, hal itu tak terlepas dari berbagai persoalan yang telah dilalui, dan Kementan memiliki strategi berikut untuk mengatasinya.
“Sektor pertanian terbilang sangat ‘kinclong’, buah kerja keras dalam membangun sistem, komitmen dan kegigihan serta sinergi antar kelembagaan, baik di internal Kementan maupun di eksternal,” ujar Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan, Kuntoro Boga Andri dalam keterangan tertulis, Minggu (9/12/2018).
Menurut Kuntoro, sejak 2014 hingga 2018 kinerja pembangunan pertanian Indonesia merupakan salah satu sektor yang menjadi rujukan prestasi pemerintahan.
“Di bawah kepemimpinan Andi Amran Sulaiman inflasi bahan makanan atau pangan turun drastis dari 10,57% menjadi 1,26%,” kata Kuntoro.
Ekspor pangan, lanjut Kuntoro, juga mengalami lonjakan pesat sebesar 29,7% atau setara dengan Rp 1.360 triliun. Di sektor investasi, pertanian Indonesia menunjukkan lonjakan sangat besar hingga 110% atau setara dengan Rp 94,2 triliun.
“Bahkan dalam pendapatan domestik bruto (PDB) sektor pertanian berhasil menyumbang kenaikan hingga 47,2%,” jelasnya.
Geliat sektor pertanian Indonesia, lanjut Kuntoro, tidak terlepas dari komitmen penuh Kementan dalam keberpihakannya pada petani. Hal ini telah membawa seluruh energi pembangunan pertanian tanah air dan kebijakan yang menyertainya bermuara pada bagaimana meningkatkan kesejahteraan petani.
“Hasilnya memang luar biasa. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) demikian cemerlang. Di bawah komando Menteri Amran, Nulai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) dan Nilai Tukar Petani (NTP) bergerak naik. NTUP naik 5,39% sedangkan NTP naik 0,22%”, katanya.
Kuntoro menambahkan, kenaikan ini secara langsung berdampak pada tingkat kesejahteraan petani yang umumnya berada di pedesaan. Hal itu tercermin dari turunnya kemiskinan di pedesaan dari 17.74 juta orang menjadi 15,81 juta orang, di mana 70% disumbangkan dari sektor pertanian.
Agar berkelanjutan, menurut Kuntoro semua pencapaian ini harus dikawal oleh dengan Sumber Daya Manusia (SDM) yang mumpuni, cakap dan berintegritas sebagai satu cita-cita besar Kementan.
“Hal ini diwujudkan dengan melakukan trasformasi besar-besar di bidang Politeknik Pertanian dari STPP menjadi Polbantang,” imbuhnya.
Adapun salah satu yang menjadi penyebab sektor pertanian mengalami involusi dan stagnan selama ini adalah merajalelanya mafia pangan. Jadi, menurutnya, kemiskinan petani selama ini salah satunya disebabkan permainan harga yang dikendalikan mafia.
“Tapi sejak kepemimpinan Menteri Amran, kami melakukan gebrakan pemberantasan mafia pangan yang banyak diapresiasi. Tercatat dari gebrakan tersebut, ada 782 kasus mafia pangan yang telah dilaporkan dan menghasilkan 409 tersangka serta 21 perusahaan pangan di-black list,” katanya.
Untuk diketahui, Kementan telah mencabut 291 Permentan yang dinilai menghambat proses kinerja pertanian. Hal itu dilakukan untuk Efisiensi, transparansi dan akutabilitas kerja diperkuat. Hasilnya, untuk pertama kalinya dalam sejarah, Kementerian Pertanian memperoleh penilaian wajar tanpa pengecualian (WTP) dari BPK.
“Kementan juga meraih penghargaan keterbukaan informasi publik serta penghargaan TOP IT dan dianugerahi pengharhaan sebagai kementerian anti gratifikasi terbaik,” katanya.
Kementan juga telah meraih penghargaan pengadaan barang terbaik, penghargaan penjaga ketahanan pangan, penghargaan pengarusutamaan gender, penghargaan pengelolaan arsip terbaik dan penghargaan manajemen kepegawaian terbaik.
“Padahal di sisi lain, anggaran pertanian dari 34 triliun di tahun 2015 menjadi 22 triliun di tahun 2016 sampai dengan 2018. Ini membuktikan bila prestasi mampu diraih di tengah kondisi apa pun bila dibarengi dengan kencintaan dan kerja ikhlas di dalamnya,” tandasnya. [Akfa Nasrulhak/Detik]
Belum ada komentar