Haba Reza Mustafa, Mugee geulanceng, bergiat di komunitas kanot bu.
[hr]
PASAL yang paling sering diungkapkan seorang pemuda ketika ditanyai kenapa ia suntuk sampai harus memasang muka muram durja adalah gegara ditolak cinta gadis idaman. Ini berlaku di seantero dunia. Tidak hanya di Aceh saja.
Sebab ditolak cinta itupun macam-macam. Ada soalan tampang, ada juga gara-gara kurang isi tabungan. Yang jelas ketika cinta ditolak, petaka yang mengimbas pada pemuda biasanya bukan hanya masalah suntuk belaka. Lebih dari itu. Jika yang ditolak cintanya karena tampang, kedepannya barangkali akan didatangi penyakit caligynephobia (phobia akan perempuan cantik).
Jika yang ditolak cintanya sebab isi tabungan, besar kemungkinan si pemuda akan sangat sensitif kalau bicara harta. Bahkan sensitifnya ini kadang-kadang melebihi sensitivitas si gadis selagi kedatangan bulan. Pokoknya kata inferior atau merasa terbelakanglah yang sering terpikirkan, yang mengakibatkan seringnya lahir omongan seperti mengutuk diri.
Hal ini sebenarnya tidak bisa ditolerir bagi penganut paham jantanisme radikal. Adapun anutan utama paham ini adalah tak ada istilahnya kesetaraan betina dan pejantan. Ia merujuk kepada kodrat. Kodrat siapa pertama diciptakan salah satunya.
Oya, paham jantanisme radikal ini, konon lahir dari obrolan para jejomblo yang sering menghabiskan sabtu malam dan minggu siang di kedai kopi secara bergerombol. Biasanya, kalau para penganut paham ini sudah hadir, dua meja kedai kopi harus digabung jadi satu, berikut kursinya pula. Kalau sudah dibilang bergerombol pasti jumlahnya di atas empat jiwa. Begitulah.
Diulang lagi: Bagi penganut paham jantanisme radikal, keseteraan betina dan pejantan sama sekali tak berlaku dalam perkara cinta. “Apa lagi di Aceh,” sebut seorang penganut paham ini yang baru saja menyelesaikan masa magang kejombloannya karena sang mantan pacar tak mau balik lagi setelah dua bulan sebelumnya putus.
“Kalau di Padang mungkin ada budaya, cewek yang memilih cowok. Tapi di sini, di Aceh, itu tidak berlaku. Soal cinta, tetap cowok yang pilih cewek. Bukan sebaliknya,” kata si penganut lepas magang itu berapi-api suatu kali.
“Nah, kalau si cewek tetap meukreuh tidak mau juga pacaran sama kita gimana?” tanya seorang teman lain.
“Kau bilang saja sama dia: Meunyo han ka tem ngon lon, kakeuhlah Dek Nong. Hana raseuki kah nyoe meunan! Habis perkara,”jawabnya singkat.[]
Belum ada komentar