PM, Banda Aceh – Almarhum Rusdi Sufi mendapat anugerah Bintang Mahaputra dari Presiden Joko Widodo, Kamis, 12 Agustus 2021. Bintang Mahaputra merupakan tanda kehormatan tertinggi yang diberikan pemerintah, kepada orang-orang yang dianggap berhasil menjaga keutuhan, keberlangsungan, dan kejayaan NKRI.
Rusdi Sufi semasa hidup mengabdikan diri sebagai akademisi, sejarawan dan peneliti yang banyak menerbitkan buku di Aceh. Beberapa buku yang paling terkenal adalah Aceh Menentang Penjajahan Asing (2006), Kerajaan-Kerajaan Islam di Aceh (2008), Aceh Bumi Iskandar Muda (2008), dan Cut Nyak Dhien Spirit Penguatan Peran Perempuan (2009).
Almarhum juga tercatat pernah menjabat sebagai Kepala Pusat Dokumentasi dan Informasi Aceh (PDIA) dan Direktur Poetjut, sebuah yayasan bersumber anggaran dari Ratu Belanda untuk mengelola kompleks makam Kherkhoff di Aceh.
Sebagai sejarawan, almarhum Rusdi Sufi juga dikenal akrab dengan awak media. Dia juga dikenal sebagai salah seorang dosen terbaik di jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Syiah Kuala (USK). Almarhum juga tercatat sebagai guru besar di USK dan terlibat penuh dalam mengambil kebijakan di Senat.
Pria kelahiran Banda Aceh 14 Agustus 1944 silam tersebut dikenal fasih berbicara dalam bahasa Belanda. Untuk itulah sosok almarhum dipercaya mengasuh mata kuliah sumber Belanda di Pendidikan Sejarah FKIP tersebut.
Almarhum juga pernah mendapat anugerah Heritage Awards pada HUT ke 809 Aceh tahun 2014. Beliau juga pernah mendapat Anugerah Budaya Meukuta Alam, pada Agustus 2018. Anugerah Budaya Meukuta Alam merupakan sebuah penghargaan tertinggi, yang diberikan kepada orang-orang yang telah berandil besar dalam membina, mengembangkan, dan melestarikan sejarah dan budaya Aceh.
Rusdi Sufi meninggap dunia dalam usia uzur pada November 2018 lalu. Jenazah almarhum disemayamkan di Gampong Pagar Air, Kecamatan Ingin Jaya, Aceh Besar.
Selain Rusdi Sufi, Presiden Joko Widodo juga memberikan Anugerah Bintang Mahaputra dan Tanda Jasa ke sejumlah tokoh lain. Mereka adalah almarhum Artidjo Alkostar, mantan Ketua Kamar Pidana Mahkamah Agung RI periode 2009-2018, almarhum I Gde Ardika, Menteri Kebudayaan dan Pariwisata pada 2000-2004.
Selanjutnya Antonius Sujata, Ketua Komisi Ombudsman Nasional Indonesia periode 2000-2011 dianugerahi tanda kehormatan Bintang Mahaputera Utama. Kemudian Prof dr HC Goldamar Johan Jorge Andreas, ilmuwan berkebangsaan Jerman, Dr Ishadi Sutopo Kartosaputro, komisaris Tansmedia.
Presiden Joko Widodo juga memberikan Tanda Jasa Bintang Utama untuk tokoh kontroversi Eurico Gutteres, seorang pejuang Timor Timur.[]
Belum ada komentar