Kabar Wali Kota Banda Aceh, Mawardi Nurdin meninggal dunia tersiar luas. Awalnya saya tidak percaya, namun setelah memkonfirmasi langsung dengan beberapa teman dan orang-orang saya percaya dekat dengan almarhum saya benar-benar percaya ada kabar angin tersebut. Setelah seharian dirawat di ruang perawatan intensif (ICU) RSU Zainal Abidin, karena komplikasi penyakit tersebut sang penata kota itupun menghembus nafas terakhir.
Saya dengan beberapa teman-teman media sempat menjenguk ke rumah duka, Sabtu (8/2/2014) malam sekitar pukul 12:00 WIB. Disana terlihat para keluarga sedang baca yasin, terlihat juga Wakil Wali Kota Banda Aceh, Illiza Saaduddin Djamal. Di luar depan lapangan Blang Padang terlihat papan bunga dengan ucapan belasungkawa dari berbagi institusi.
Rasa sedih yang sama juga diungkapkan Thayeb, seorang warga Banda Aceh yang juga penulis yang sangat kenal dengan sosok almarhum. Ia mengaku ikut merasa kehilangan sosok Mawardi. Baginya Mawardi sangat bersahabat baik dengan jurnalis, maupun masyarakat.
“Dia orangnya banyak berbuat dibanding bicara, dan tidak suka membuat pencitraan,” ujarnya.
Mawardi yang juga mantan anggota Exco PSSI itu menghembuskan nafas terakhir seusai maghrib atau sekira pukul 19.40 WIB. Ia dilarikan ke rumah sakit sejak pagi tadi, karena penyakit kronis jantung dan ginjal. Sejak beberapa tahun terakhir penyakit tersebut menggerogoti tubuh Mawardi. Berat badannya ikut menyusut.
Jenazah Mawardi kini disemayamkan di Pendopo Wali Kota, kawasan Lapangan Blang Padang Banda Aceh. Sejumlah tamu terdiri dari pejabat, tokoh pemuda, politisi, akademisi, ulama dan masyarakat terus berdatangan ke rumah duka. Karena ramai pelayat, jalan di depan pendopo kini ditutup untuk di lalui kendaraan.
Informasi diperoleh pikiranmerdeka.com dari pejabat Pemko Banda Aceh, jenazah mantan Ketua Umum Persiraja itu akan disalatkan di Masjid Raya Baiturrahman dan dikebumikan di Lamteumen Barat, Banda Aceh, Minggu 9 Februari besok (Hari ini-red).
Mawardi Nurdin lahir di Sigli, 30 Mei 1954, 59 tahun silam. Ia menjabat sebagai Walikota Banda Aceh sejak 2007. Pada pemilihan kepala daerah 9 April 2012 lalu, Mawardy yang berduet dengan Illiza Sa’aduddin Djamal kembali terpilih untuk kedua kalinya.
Mawardi merupakan alumnus Institut Teknologi Bandung (1978). Pada 1990, suami Ir Nurshanti Adnan ini mengambil magister di University of New South Wales (UNSW) Sydney Australia dan meraih gelar Master Engineering (M.Eng).
Karirnya berawal di Inspektorat Pembangunan Jalan Departemen Pekerjaan Umum pada 1978. Sebagai teknokrat, ia malang melintang di Dinas PU, sebelum akhirnya ditugaskan di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Aceh (2000).
Setelah setahun bekerja di Bappeda, ia dipromosi menjadi Kepala Bappedalda Aceh pada 2001-2003, kemudian ditunjuk sebagai Kepala Dinas Perkotaan dan Permukiman Aceh.
Saat Banda Aceh luluh lantak dihantam tsunami akhir 2004, Mawardi ditunjuk sebagai Penjabat Wali Kota Banda Aceh. Setahun menjabat, ia bergabung dengan Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) dan terlibat dalam proyek-proyek pembangunan Aceh.
Karir politik Mawardi mentereng pada Pilkada langsung 2006. Mawardi yang berpasangan dengan Illiza Saaduddin Djamal, terpilih sebagai Wali Kota dan Wakil Wali Kota Banda Aceh. Keduanya diusung koalisi Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Bintang Reformasi (PBR), dan Partai Demokrat.
Mawardi adalah sosok pemimpin yang visioner. Setelah tsunami Mawardy berhasil mengubah wajah Kota Banda Aceh menjadi bak metropolitan dan kemajuan pembangunan di masa kepemimpinannya bisa dirasakan semua masyarakat di sana.
Saat pemerintah daerah lain masih berkutat dengan birokrasi berbelit-belit, Mawardi mampu mewujudkan pelayanan publik yang serba cepat di Banda Aceh melalui pelayanan satu atap terpadu.
Di tangan dinginnya, Banda Aceh beberapa kali meraih anugerah sebagai salah satu kota terbersih di Indonesia dan menjadi salah satu kota tujuan wisata. Mawardi sukses mewujudkan visit Banda Aceh pada 2011.
Keberhasilan demi keberhasil yang diwujudkan Mawardi membuatnya sangat dicintai rakyat. Dia pun kembali terpilih sebagai Wali Kota Banda Aceh untuk periode kedua dalam Pemilukada 2012, “duet maut” ini terpilih lagi.
Sayang dalam periode kedua ini, Mawardi tak segagah dulu. Disamping sibuk menjalankan tugas, ia juga harus berjuang dengan penyakit yang menggrogotinya. Mawardi akhirnya menghadap sang khaliknya.
[Zulfadli Kawom]
Belum ada komentar