Said Akram: Penduduk Pulo Aceh Tidak Pernah Makan Daging Kurban

Said Akram: Penduduk Pulo Aceh Tidak Pernah Makan Daging Kurban
Pelukis asal Aceh, Said Akram, dan salah satu lukisannya. belumbasi.blogspot.com

PM, Banda Aceh – Masyarakat penghuni Pulo Aceh (Pulo Breueh dan Pulo Nasi), Aceh Besar tidak pernah memotong kurban dan tidak pernah menerima kurban dari masyarakat dari luar pulau tersebut. Hal itu karena selain terpencil, sekira lima ribu (5000) orang penduduk di sana berada dalam keadaan miskin.

Pelukis ternama di Aceh, Said Akram, Rabu (23/09/2015), dalam sebuah pembicaraan ringan di Banda Aceh, mengatakan, penduduk Pulo Aceh bersedih ketika mendengar berita tentang pembagian daging kurban di Aceh daratan.

“Tahun lalu mereka pernah datang ke kantor gubernur, namun tidak diberikan dengan alasan terlambat dilaporkan,” kata Said Akram

Pembicaraan tentang kurban di Pulo Aceh mencuat saat mendengar kabar ada orang Turki yang menetap di Jerman, ingin memotong hewan kurban di Bitai, Emperom, Kampung Pande di Banda Aceh, dan beberapa gampong lain di Aceh seperti Bireuen, dan Sungai Iyu Tamiang yang penghuninya ada berturunan Turki.

“Sebaiknya kurban dihadiahkan kepada penduduk Pulo Aceh saja, kita bisa beli di sana hewannya, lebih murah. Kalau ke sana, saya bersedia membantu dengan suka rela, akan saya tinggalkan pekerjaan lain dan ikut ke sana. Kalau itu terjadi, alangkah bahagia mereka, itu akan luar biasa,” kata Said Akram.

Dalam diskusi yang dihadiri aktivis Mapesa (Masyarakat Peduli Sejarah Aceh) Mizuar Mahdi dan Afrizal, serta aktivis PuKAT (Pusat Kebudayaan Aceh dan Turki) Thayeb Loh Angen, Said Akram menegaskan masyarakat Pulo Aceh lebih membutuhkan daging kurban daripada orang Banda Aceh sehingga fahala orang yang berkurban akan lebih banyak apabila diberikan ke  Pulo Aceh.

Sebagaimana diketahui, Said Akram adalah sarjana seni lulusan Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta tahun 1994. Dari tahun 1989 hingga 2011 ia telah mengikuti ratusan pameran, mulai pameran bersama mahasiswa di kampus hingga pameran berkelas internasional di Jakarta, Teheran, dan Malaysia.

Pada tahun 2008 Said Akram mengadakan pameran tunggal tingkat internasional di Galeri Nasional RI. Ia butuh waktu sekitar satu tahun untuk menyiapkan pameran tunggal ini. Sekitar 80 karya lukis kaligrafi ia pamerkan di situ dalam jangka sepuluh hari.

Lukisan kaligrafi Said Akram telah menyebar dan dikoleksi oleh banyak orang di Indonesia dan luar negeri. Tatkala Tri Sutrisno masih menjabat wakil presiden RI dia ikut mengoleksi karya seni Said Akram. Karya-karyanya juga dikoleksi oleh Yusril Ihza Mahendra, Mba’ Tutut, Ali Alatas, MS Kaban, Akbar Tanjung, Fuad Bawazier, hingga petinggi Kerajaan Malaka termasuk Sanusi Juned.

Terkait usulan Said Akram, Thayeb Loh Angen mengakatan hal usulan disampaikannya pada aktivis yang lebih senior dalam kepengurusan PuKAT. Thayeb mengharap, apabila dermawan Turki nantinya jadi menghadiahkan kurban, semoga Pulo Aceh dimasukkan dalam daftar.

“Ini baru rencana. Sebagai penyampai pesan, saya meminta bantu pada Mizuar yang merupakan penduduk Bitai untuk menghubungkan dengan tokoh gampong tersebut, apabila nantinya rencana iin terlaksana. Mungkin kita ke Pulo Aceh, dan di kampung-kampung Turki di Banda Aceh dan lainnya boleh diberikan secara simbolis. Semua tergantung takdir Alllah,” kata Thayeb.

[PM005]

Belum ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait

Karyawan PT JAM Di-PHK Tanpa Prosedur
Sukahar didampingi sejumlah rekan memperlihatkan SK pengangkatan resmi dirinya sebagai karyawan PT JAM di Balai PWI Abdya. (Foto Syahrizal)

Karyawan PT JAM Di-PHK Tanpa Prosedur

Wisata Puncak Genting
Objek Wisata Puncak Genting dengan spesial hidangan kopi luak. FOTO: Anuar Syahadat/Pikiran Merdeka

Genting, Tempatnya Ngopi Luak Berselimut Awan