Putroe Sambinoe Meutuah mengikuti jejak ayahnya, Irwandi Yusuf. Ia menobatkan diri sebagai wanita Aceh pertama yang menjadi pilot.
Peribahasa ‘buah jatuh tak jauh dari pohonnya’ mungkin layak untuk menggambarkan sosok Putroe Sambinoe Meutuah (19), putri ketiga dari pasangan Irwandi Yusuf dan Darwati A Gani. Bagaimana tidak, kini Putroe mengikuti jejak sang ayah yang juga memiliki hobi menerbangkan ‘elang besi’.
Berbeda dengan gadis lain seusianya, Putroe lebih memilih untuk masuk ke sekolah penerbangan ketimbang sekolah umum lainnya. Ia kini melanjutkan pendidikan dan kariernya di Bandung Pilot Academi.
Padahal, sebelumnya putri Gubernur Aceh ini telah dinyatakan lewat undangan di Tehnik Geo Fisika. Beruntungnya lagi, Putroe mendapat dukungan dari kedua orang tuanya untuk melanjutkan pendidikan di sekolah kedirgantaran itu.
Dukungan dari orang tua tidak disia-siakan oleh remaja putri berusia 19 tahun ini. Pada 28 April 2016 lalu, Putroe membuktikan kemampuan dan ilmu didapatnya selama mengikuti pendidikan. Putroe berhasil melakukan terbang tanpa didampingi oleh pelatih (solo flight) di Aerodrome Nusawiru, Pangandaran, Jawa Barat.
Keberhasilan Putroe mendaratkan pesawat dalam latihan tersebut, membuat sejarah baru. Ia kini tercatat sebagai wanita Aceh pertama yang manjadi pilot.
Bisa menerbangkan pesawat dengan baik, tentunya tidak semudah membalikan telapak tangan. Terlebih bagi wanita belia. Selain karena bakat, tentu butuh kerja keras dan motivasi belajar yang tinggi.
Kepada Pikiran Merdeka beberapa hari lalu, Putroe mengatakan, keinginannya untuk menjadi pilot telah ada sejak dirinya masih berumur 4 tahun. Cita-citanya tersebut, sambung Putroe, tak lepas dari motivasi sang Ayah.
“Waktu masih kecil dulu, mungkin umur 3 atau 4 tahun, papa selalu bilang, nanti kalau sudah besar harus jadi pilot pesawat tempur. Jadi, sejak kecil sudah disuntik motivasi untuk jadi pilot. Sejak itulah cita-cita saya tidak pernah berubah hingga sekarang,” kisah Putroe.
Meski mendapat dukungan dari kedua orang tuanya, namun keinginan untuk menjadi penerbang diakui Putroe sempat membuatnya galau dan pesimis. “Dulu cita-cita untuk jadi pilot sempat redup dan pesimis, masa iya cewek jadi pilot?” sambung Putroe.
Namun, saat duduk di kelas 3 SMA, dirinya kembali membulatkan tekatnya untuk menjadi pilot. Ini setelah ia mengetahui sudah banyak perempuan Indonesia yang berprofesi sebagai pilot.
“Saat SMA, saya pikir waktunya untuk merancang masa depan dengan lebih serius. Lalu saya mencari tahu apakah ada pilot wanita di Indonesia. Dan ternyata sudah banyak. Sejak saat itu juga cita-cita saya menjadi pilot tumbuh lagi. Alhamdulillah, saya sudah di tahapan pencapaian cita-cita tersebut,” ujar alumni SMAN 10 Fajar Harapan ini.
Meski sang ayah dikenal sebagai pilot dan memiliki pesawat pribadi, namun saat masuk ke sekolah penerbangan Potroe tidak memiliki ilmu atau pengalaman menerbangkan pesawat. Pun demikian, selama dalam menjalani pendidikan, ia selalu menjadi siswa yang aktif dan dominan dari siswa lainnya.
“Belum pernah menerbangkan pesawat. Bahkan pengetahuan saya mengenai penerbangan masih nol saat baru memasuki sekolah pilot,” ucapnya.
Usai menyelesaikan pendidikan kedirgantaraan, Putroe memestikan dirinya akan bekerja di maskapai penerbangan. “Pengennya sih kerja di maskapai. Mohon doanya ya,” pinta Potroe.
Keberhasilan Putroe menjadi penerbang perempuan pertama di Aceh tentunya menjadi motivasi bagi putroe-putroe Aceh lainnya. Putroe mengaku memiliki harapan besar kepada Pemerintah Aceh. Dirinya berharap, Pemerintah Aceh dapat melanjutkan kembali program pilot training bersubsidi, agar anak-anak Aceh yang bercita-cita menjadi pilot dapat terwujut.
“Untuk teman-teman saya di Aceh, teruslah belajar yang giat agar cita-cita menjadi pilot menjadi bukan sekedar impian, tapi menjadi kenyataan,” ajaknya, memotivasi.
Tak hanya itu, dirinya juga berharap semoga lebih banyak lagi bandara perintis yang dibuka di Aceh, agar para investor datang ke Aceh.
“Karena, jika Aceh memiliki fasilitas seperti bandara perintis, pariwisata akan naik, urusan administrasi dan lain-lain akan semakin mudah. Dengan demikian, investor akan datang dan perekonomian masyarakat akan meningkat. Pastinya, harga tiket pesawat ke seluruh Aceh menjadi murah, sehingga wisatawan lokal maupun mancanegara tertarik untuk datang ke Aceh,” tutupnya.
![](https://www.pikiranmerdeka.co/wp-content/uploads/2017/08/13413068_1749196951969893_1154355926360465359_n.jpg)
KEBANGGAAN KELUARGA
Keberhasilan Putroe menjadi perempuan Aceh pertama yang menerbangkan pesawat membuat bangga kedua orangtuanya, Irwandi Yusuf dan Darwati A Gani.
Kebanggaan orang nomor satu di Aceh ini kerap diposting dalam media sosial seperti facebook dan instagram pribadinya. Selain rajin mengunggah foto, Irwandi dan Darwati kerap menulis caption dukungan dan harapannya kepada Putroe.
Irwandi Yusuf, dalam akun Facebooknya beberapa waktu lalu menuliskan kesuksesan anaknya. “Kadet pilot. Hari ini PSM memulai Solo Flight, yaitu latihan terbang tanpa didampingi pelatih dan ini adalah saat yang menegangkan sekaligus melegakan.” Tulis pemilik pesawat Eagle One berlabel “Hanakaru Hokagata” tersebut.
Rasa bangga juga diungkapkan oleh Darwati A Gani. First lady Aceh ini mengaku bangga dengan capaian yang diraih oleh anak ketiganya tersebut.
Di akun media sosialnya, Darwati sering memposting foto dan video saat anaknya menjalani latihan di sekolah penerbangan di Bandung. Tak hanya mendukung, Darwati juga kerap memotivasi anaknya untuk menjadi pilot yang hebat.
“Terbang tinggilah neuk, gapai cita-citamu, jadilah hebat. InsyaAllah kamu bisa. Tapi tetaplah menjadi Putroe yang biasa, selalu merendah, peduli dan semakin saleha. Kami bangga memilikimu sayang,” tulis Darwati dalam akun instagramnya.[]
Belum ada komentar