PT KKA Masuk Daftar 4 BUMN yang Masih Terlilit Hutang

PT KKA Masuk Daftar 4 BUMN yang Masih Terlilit Hutang
Foto: ist

Perusahaan Pengelola Aset (Persero) atau PPA merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang diberi mandat oleh negara untuk merestrukturisasi dan merevitalisasi bisnis perusahaan pelat merah yang sakit atau diambang kebangkrutan. Saat ini, pihaknya tengah melakukan pembinaan terhadap 11 perusahaan plat merah.

Melansir okezone.com, Direktur Utama PPA Henry Sihotang mengaku dari 11 perusahaan tersebut, ada yang memang ditugaskan oleh pemerintah dan ada pula yang memang datang dan meminta PPA untuk merestrukturisasi bisnisnya.

Adapun 11 perusahaan itu yakni PT PAL (Persero), PT Dirgantara Indonesia (Persero), PT Nindya Karya (Persero), PT Boma Bisma Indra (Persero), PT Industri Kapal Indonesia (Persero), PT Survai Udara Penas (Persero), PT Industri Sandang Nusantara (Persero), PT Iglas (Persero), PT Keras Leces (Persero), PT Kertas Kraft Aceh (Persero), dan PT Merpati Nusantara Airlines (Persero).

Menurutnya, dari 11 perusahaan yang direstrukturisasi oleh PPA, beberapa di antaranya sudah menunjukkan perbaikan. Namun, tinggal empat BUMN yang dianggapnya sangat berat untuk direstrukturisasi karena beban utang yang lebih besar dari aset yang masih dimiliki perusahaan.

Empat perusahaan yang paling berat penanganannya yaitu PT Iglas (Persero), PT Keras Leces (Persero), PT Merpati Nusantara Airlines (Persero), dan terakhir PT Kertas Kraft Aceh (Persero) yang bertempat di Aceh.

Riwayat PT KKA

Seperti dikutip dari berbagai sumber, sejak Desember 2007, PT Kertas Kraft Aceh berhenti produksi karena ketiadaan perolehan bahan baku dan gas. Empat tahun berselang, KeDeputian Restrukturisasi dan perencanaan strategis BUMN mengagendakan penyelamatan PT KKA. Pihaknya memutuskan bahwa pengoperasian kembali PT KKA akan ditempuh dengan sinergi BUMN dengan dukungan dana Restrukturisasi dan Revitalisasi.

Pada tahun 2012, mencuat pembahasan tentang rencana pengoperasian pembangkit listrik di KKA dalam rangka program KSO (kerjasama operasi) antara KKA dengan PLN. Pembahasan tersebut berdampak pada dua tahun kemudian, dimana PT KKA resmi menyuplai listrik ke PLN. Dengan tenaga 2 turbin uap, listrik yang mampu disuplain mencapai 20 sampai 24 MW.

Upaya ini belum mampu memberi tanda baik bagi PT KKA. Perusahaan ini masih terjebak di jajaran 4 BUMN yang terlilit hutang.

“Hari ini kami masih menangani baik karena penugasan restrukurisasi, maupun BUMN merasa agen PPA yang melakukan restrukturisasi, jadi ada juga yang langsung datang ke kami tanpa penugasan bu Menteri,” katanya saat berbincang dengan media di Jakarta belum lama ini, seperti dilansir dari okezone.com, Senin (18/6).

“Apa yang kami lakukan dari waktu ke waktu sudah banyak yang menunjukkan hasil dan akhir-akhir ini yang sangat berat tinggal 4. Tapi yang empat itu tetap kami yakin bisa dituntaskan,” imbuh dia.

Bahkan, Henry mengaku kerap jenuh untuk menangani bisnis dari empat perusahaan negara tersebut. Sebab, mereka sudah tidak memiliki aset lagi dan kegiatan bisnisnya sudah berhenti. Menurutnya, sebagian di antara mereka akan beralih dari bisnis awalnya dan mengubah bisnis baru. Namun, hal tersebut pun membutuhkan waktu yang tidak sebentar dan harus mencari investor yang benar-benar berminat berpartisipasi.

“Tentunya ini butuh waktu ketika memang kita betul-betul andalkan restrukturisasi yang memungkinkan ada investor yang mau berpartisipasi. Kalau mengharapkan PMN sudah tidak mungkin, utang Merpati misalnya mencapai Rp10,7 triliun, sementara aset pesawatnya sudah tidak layak terbang. Sekitar 90% yang sudah tidak layak. Tapi kami yakin akan bisa terselesaikan,” pungkasnya. []

Belum ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait

Masyarakat Galang Dana Untuk Nuraini
Lembaga swadaya Koalisi Rakyat Bersatu (LSM-KRB) saat penggalangan dana untuk makwa Nuraini

Masyarakat Galang Dana Untuk Nuraini