PM, TAPAKTUAN—Pembangunan gedung baru dan rehap ruang kelas, serta gedung laboratorium dan pustaka puluhan sekolah di Aceh Selatan dikhawatirkan tidak akan siap tepat waktu. Hingga kini proyek penunjang proses belajar mengajar tingkat SD, SMP dan SMA itu masih banyak yang belum dirampungkan.
Seharusnya, proyek bersumber dana Bansos Kementerian Pendidikan tahun anggaran 2015 yang dikelola langsung masing-masing kepala sekolah secara swakelola itu, telah selesai pada akhir tahun 2015. Namun, karena mayoritas proyek belum rampung dikerjakan kemudian diberikan kompensasi waktu paling lambat harus siap akhir Januari 2016.
Pantauan Pikiran Merdeka, Kamis (21/1), dari puluhan sekolah mulai SD sampai SMA yang mendapat kucuran dana Bansos tersebut untuk pembangunan gedung baru termasuk rehap ruang kelas, mayoritas realisasi pekerjaannya masih di bawah 50 persen. Sehingga, dengan sisa waktu sampai akhir Januari 2016 yang tinggal beberapa hari lagi, dapat dipastikan pekerjaan proyek tersebut tidak rampung secara tepat waktu.
Kepala Bidang Pendidikan Dasar pada Dinas Pendidikan Aceh Selatan, Mawardi SPd, kepada wartawan di Tapaktuan, Kamis (21/1), mengakui terlambatnya proses pekerjaan di lapangan maka dikhawatirkan realisasi proyek tersebut tidak akan siap secara tepat waktu.
“Sebenarnya, realisasi pekerjaan proyek Bansos ini akan berakhir pada 15 Januari 2016. Tapi karena mayoritas pekerjaan proyek di seluruh sekolah penerima Bansos belum siap, maka pihak Kementerian Pendidikan kembali memberi kompensasi waktu maksimal sampai akhir Januari 2016,” papar Mawardi.
Berdasarkan hasil amatan dan pantauan terakhir pihaknya, sambung Mawardi, dari keseluruhan sekolah penerima bansos tahun anggaran 2015, hanya beberapa sekolah lagi yang realisasi pekerjaannya masih sangat rendah. Sekolah-sekolah tersebut seperti SMPN 1 Labuhanhaji Tengah dan SDN 3 Asahan Cut, Kecamatan Kluet Utara.
“Kami mengkhawatirkan, akibat ulah beberapa sekolah tersebut yang terlambat menyelesaikan pekerjaan, akan berimbas ke seluruh sekolah lain di Aceh Selatan. Jika sampai batas waktu yang diberikan oleh Kementerian Pendidikan ternyata pekerjaan proyek juga tidak siap, maka tidak tertutup kemungkinan Pemerintah Pusat akan memberikan sanksi secara menyeluruh terhadap sekolah dalam Kabupaten Aceh Selatan,” sesalnya.
Mawardi menyebutkan, untuk pembangunan gedung baru maka per ruang yang dibangun Kementerian Pendidikan Nasional mengucurkan anggaran sumber dana Bansos Rp150 juta. Sementara untuk rehap sedang dan rehap berat dikucurkan anggaran antara Rp50 juta sampai Rp100 juta per ruang yang direhab.
Sementara itu, Kepala SMPN 1 Labuhanhaji Tengah Muchliar SPd mengatakan penyebab keterlambatan menyelesaikan pembangunan tiga ruang kelas belajar di sekolah yang dia pimpin karena faktor tenaga kerja, khususnya tukang yang bekerja membangun proyek itu.
“Faktor kendala utama karena tukang. Sesuai instruksi dari atas, karena pekerjaan proyek ini sistem swakelola, maka tenaga kerjanya harus diambil dari warga sekitar. Sementara sistem kerja warga pribumi, tidak totalitas karena banyak hari liburnya. Contohnya jika ada acara kenduri langsung libur kerja dan berbagai alasan-alasan lainnya,” beber Muchliar
Sedangkan untuk bahan material, kata dia, tidak ada kendala sebab sudah tersedia lengkap di lokasi.
Muklis SPd, Kepala SDN 3 Asahan Cut Kecamatan Kluet Utara, menyatakan penyebab pihaknya terlambat menyelesaikan proses pekerjaan rehap berat enam ruang kelas belajar di sekolah yang dia pimpin karena gedung sekolah yang dimiliki sekolah tersebut hanya enam ruang. Makanya, jika proses rehabilitasi berat dilakukan secara sekaligus, mengakibatkan muridnya harus libur sekolah dalam jangka waktu lama.
“Untuk menghindari terjadi persoalan tersebut, maka kami berinisiatif melaksanakan proses pekerjaan secara bertahap, yakni dengan cara merehab berat tiga ruang kelas belajar terlebih dulu, kemudian dilanjutkan dengan tiga ruang kelas belajar lagi. Jadi proses belajar mengajar terhadap murid di sekolah ini tetap bisa berjalan normal seperti biasa,” jelas Muklis.[]
Belum ada komentar