PM, Banda Aceh – Innalillahi wa innailaihi raji’un. Salah satu guru besar Universitas Islam Negeri (UIN) Ar Raniry dikabarkan meninggal dunia pada Sabtu, 14 Agustus 2021 sekitar pukul 14.30 WIB.
Kabar meninggalnya Prof Farid beredar luas di grup Whats App. Belum diketahui penyakit apa yang diderita mantan Rektor UIN Ar Raniry tersebut. Namun, selentingan kabar menyebutkan dia sempat dirawat di Rumah Sakit Umum Meuraxa karena dalam kondisi kurang sehat.
Almarhum sebagai Ketua Majelis Adat Aceh (MAA) sebelum meninggal juga dijadwalkan menepungtawari Kapolda Aceh yang baru, Irjen Pol Ahmad Haydar di Bandara Sultan Iskandar Muda. Akan tetapi proses peusijuk diganti lantaran almarhum menderita sakit dan kemudian dirujuk ke RSU Meuraxa.
Farid Wajdi merupakan putra Aceh kelahiran Rukoh, Aceh Besar pada 5 Maret 1961 lalu. Dia merupakan salah seorang sejarawan yang sudah cukup makan asam garam di Aceh.
Pendidikan formal pria ini dimulai dari salah satu madrasah ibtidayah negeri yang ada di Aceh. Kemudian mengenyam pendidikan di PGAN selama enam tahun, dan melanjutkan study di Strata-1 Jurusan Bahasa Arab Fakultas Tarbiyah IAIN Ar Raniry Banda Aceh.
Mantan Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Ar Raniry ini juga pernah mengenyam pendidikan S-2 pada Pascasarjana IAIN Ar Raniry. Selanjutnya menempuh pendidikan S-3 di University Sains Malaysia dan tamat tahun 2000.
Pada tahun 2004, Farid Wajdi juga sempat mengikuti program Post Doktoral di Al Azhar University, Cairo Mesir.
Editor buku “Aceh Bumi Srikandi” terbitan Pemerintah Aceh itu dikenal aktif menulis. Beberapa karyanya yang dipublikasi adalah “Negara-negara Syiah dalam Lintasan Sejarah (Suatu Kajian dari Perspektif Sosio-Historis), serta “Orientalisme dan Sikap Umat Islam”.
Sebagai akademisi, Farid Wajdi Ibrahim juga aktif menulis di beberapa jurnal dan koran, baik terbitan lokal maupun nasional.
Di masa hidupnya, Prof Farid pernah menyebutkan bahwa Covid-19 bukanlah hal yang baru bagi spesies manusia, sebagai ummat Islam dan juga sebagai ummat Nabi Muhammad SAW. “Malah Allah mengatakan, ‘sungguh-sungguh Kami menguji kamu semuanya sedikit saja dari rasa takut’,” kata Prof Farid Wajdi dalam pengajian rutin yang digelar Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI) di Studio Kantin SMEA Banda Aceh, Rabu, 9 September 2020 malam. Pengajian tersebut mengangkat tema “Arah Global Masa Pandemi dan Peran Cendikiawan Songsong Kebangkitan Islam”
Firman Allah yang disampaikan Prof Farid Wajdi tersebut termaktub dalam QS Al Baqarah ayat 155, yang selengkapnya berbunyi, “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.”
Hingga saat ini belum ada keterangan resmi dari pihak civitas akademika UIN Ar Raniry terkait kabar berpulangnya sang guru besar di kampus tersebut. Informasi yang diterima awak media hanya menyebutkan, jenazah Prof Farid dimandikan dan dishalatkan di RSU Meuraxa dengan menerapkan protokol kesehatan.
Beberapa kabar di grup Whats App juga mengonfirmasi bahwa almarhum sempat menjalani swab antigen guna mengikuti acara tepung tawar Kapolda Aceh yang baru, dan terkonfirmasi positif. Akan tetapi kabar tersebut dibantah oleh salah seorang akademisi UIN Ar Raniry, Hermansyah. “Sejauh lon teupu kon (Covid) bang. Karna padum.uroe ka u likot mantong di barat selatan. Mungkin kelelahan,” kata Herman.
Informasi yang diterima wartawan mengatakan, jenazah almarhum dikebumikan di Gampong Rukoh, Aceh Besar, tempat kelahirannya. “Jenazah almarhum kembali dishalatkan di Gampong Rukoh,” kata Herman lagi.
“Kematian itu ibarat segelas minuman, dan semua orang pasti meminumnya, dan kubur ibarat sebuah pintu dan semua orang pasti memasukinya.” Selamat jalan Prof Farid, redaksi Pikiran Merdeka turut berduka atas kepergian tokoh intelektual Aceh yang dikenal kritis tersebut. []
Belum ada komentar