Produksi Kelapa di Aceh Menurun

Produksi Kelapa di Aceh Menurun
Sekda Aceh Drs. Dermawan, MM, menanam kelapa secara simbolis saat membuka kegiatan Pencanangan Gerakan Masyarakat (Germas) Menanam Kelapa Tahun 2014, yang dipusatkan di Ladong Kecamatan Mesjid Raya, Aceh Besar, Kamis (3/4/2014). [foto Ist

Sekda Aceh Drs. Dermawan, MM, menanam kelapa secara simbolis saat membuka kegiatan Pencanangan Gerakan Masyarakat (Germas) Menanam Kelapa Tahun 2014, yang dipusatkan di Ladong Kecamatan Mesjid Raya, Aceh Besar, Kamis (3/4/2014). [foto Ist
Sekda Aceh Drs. Dermawan, MM, menanam kelapa secara simbolis saat membuka kegiatan Pencanangan Gerakan Masyarakat (Germas) Menanam Kelapa Tahun 2014, yang dipusatkan di Ladong Kecamatan Mesjid Raya, Aceh Besar, Kamis (3/4/2014). [foto Ist
Banda Aceh – Gubernur Aceh dr. H. Zaini Abdullah mengemukakan ada kecenderungan produk kelapa Aceh menurun seiring berkurangnya lahan dan mulai minimnya semangat rakyat menanamnya. Padahal, sejak dulu Aceh sudah dikenal sebagai salah satu daerah produsen kelapa terbesar di Indonesia.

“Karena itulah, mengingat semakin tingginya kebutuhan kelapa bagi masyarakat, hari ini kita perlu membangkitkan lagi semangat menanam kelapa di kalangan masyarakat Aceh,” kata Zaini Abdullah dalam sambutannya yang dibacakan Sekda Aceh Drs. Dermawan, MM, saat membuka kegiatan Pencanangan Gerakan Masyarakat (Germas) Menanam Kelapa Tahun 2014 yang dipusatkan di Ladong, Kecamatan Mesjid Raya, Aceh Besar, Kamis (03/04/2014).

Ia menjelaskan, banyak alasan mendorong Aceh untuk menggelorakan kembali semangat menanam kelapa, yaitu selain sebagai penguatan ekonomi dan menyediakan makanan dan gizi masyarakat, juga untuk menyukseskan gerakan penghijauan.

“Gerakan ini penting, selain pelestarian lingkungan juga untuk membuat suasana lebih sejuk dan bersih,” tambahnya.

Lebih lanjut gubernur mengatakan, berdasarkan data Kementerian Pertanian RI, Indonesia merupakan negara yang memiliki lahan perkebunan kelapa terluas di dunia, dengan luas areal mencapai 3,79 juta hektar atau 31,2% dari total areal kelapa di dunia. Aceh, ujarnya, menyumbang 107.394 hektar dari total luasan areal kelapa Indonesia tersebut, dengan produksi mencapai 62.992 ton.

“Sebagian besar perkebunan kelapa di Aceh merupakan perkebunan rakyat. Diperkirakan ada sekitar 160 ribu kepala keluarga yang terlibat dalam pengelolaan perkebunan kelapa di daerah ini,” imbuhnya.

Yang menjadi masalah, kata gubernur, selama ini pengelolaan perkebunan kelapa di Aceh masih menggunakan pola tradisional, sehingga produk kelapa Aceh relatif masih rendah. Idealnya, pertanian kelapa bisa menghasilkan produk sebanyak 2 ton/ hektar per tahun. Namun di Indonesia produktivitas baru mencapai rata-rata 1 ton per hektar.

“Sedangkan kita di Aceh berkisar 0,82 ton per hektar. Ini tentunya menjadi tantangan kita bersama. Oleh sebab itu, dengan pencanangan ini, kita akan mengembangkan cara menanam yang baik agar produksi kelapa Aceh lebih meningkat dari sebelumnya,” katanya.

Ke depan, tambah gubernur, Aceh juga akan mengundang investor untuk mengembangkan perkebunan kelapa dalam skala yang besar, sekaligus mendirikan industri pengolahan buah kelapa di Aceh. Dengan demikian, kelapa tidak hanya sekedar buah tradisional, tapi juga sebagai bahan industri untuk mendukung ekonomi masyarakat.

Sementara Bupati Aceh Besar Mukhlis Basyah menyambut baik program Germas yang dipusatkan di Kabupaten Aceh Besar. Ia mengatakan akan melanjutkan penanaman kelapa dengan masyarakat seluas 30 hektar.

“Di Aceh Besar, tanaman kelapa umumnya ditanami di daerah pantai, dengan luas areal 14.401 hektar dengan produksi 9.025 ton. Rata-rata produktivitasnya 1, 100 ton/Ha. Ke depan, kami akan melanjutkan penanaman kelapa dengan masyarakat seluas 30 hektar,” jelasnya.

Ia mengaku, tanaman kelapa sudah mulai berkurang jumlahnya. Sebagian besar, jelas Muklish Basyah, akibat diterjang Tsunami di daerah pesisir dan sebab lainnya adalah sudah banyak mati karena telah mencapai umur (tua).

“Dan juga akibat pertambahan penduduk yang tidak mungkin kita bendung, maka dengan sendirinya menggunakan kebun kelapa untuk pembangunan rumah dan fasilitas umum lainnya,” jelas Bupati.

Ia juga mengatakan, permasalahan yang mendasar selama ini dalam mengembangkan tanaman kelapa oleh masyarakat, antara lain rendahnya harga ditingkat petani, sehingga masyarakat memilih panen muda karena harganya lebih tinggi dibanding panen setelah tua. [rel] 

 

Belum ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait

IMG 20201215 WA0006
Gubenur Aceh, Nova Iriansyah, saat bertemu dengan Wakil Ketua DPR-RI Koordinator Bidang Politik dan Keamanan M. Azis Syamsuddin, di Ruang Wakil Ketua, Gedung Nusantara III DPR-RI, Senayan, Jakarta Pusat, Selasa, (15/12/2020). (Foto/Ist)

Angka Kemiskinan Masih Tinggi, Dana Otsus Diharapkan Tetap Berlanjut