Manajemen PDAM Tirta Daroy mengakui harus benahi internalnya. Namun ada banyak persolan teknis dan nonteknis lainnya yang harus segera ditangani.
PDAM Tirta Daroy, nama dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) di Kota Banda Aceh. Didirikan berdasarkan Peraturan Daerah Kota Madya Daerh Tingkat II Banda Aceh No. 2/1975, tanggal 24 February 1975 tentang pendirian perusahaan daerah air minum.
Kehadiran perusahaan itu diharapkan dapat memberikan pelayanan air minum bagi seluruh masyarakat secara adil, merata, dan terus- menerus. Di samping juga harus memenuhi syarat-syarat kesehatan dan meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD).
Pelayanan PDAM Tirta Daroy menurun drastis pascatsunami 2004. Kerusakan menggerogoti jaringan distribusi maupun instalasi produksi. Butuh waktu sekitar 5 tahun untuk memulihkan kondisinya dalam proses rehab-rekon. Jaringan distribusi telah direhabilitasi maupun ditambah dan instalasi produksi telah diperbaiki.
Namun proses perbaikan pascatsunami itu tidak terkontrol oleh pihak PDAM Tirta Daroy, sehingga menambah amburadulnya jaringan pipa distribusi air bersih di Kota Banda Aceh. (Berita Sebelumnya: Sengkarut Suplai Air Kota Madani)
“Seharusnya, saat itu pihak PDAM Tirta Daroy tidak membiarkan BRR perbaiki kerusakan pipa tanpa kontrol. Karena akan membuat amburadul jaringan distribusi air apalagi sistem distribusi air PDAM di Banda Aceh masih satu jalur,” ujar Ahmad Fareza Kasury, Ahli Hidrologi Teknik Sipil Unsyiah, kepada Pikiran Merdeka.
Namun, fiksasi jaringan PDAM tanpa kontrol pada masa itu bukan kesengajaan dari manajemen. “Bukan juga membiarkan. Yang namanya orang membantu saat itu,” ujar T Novizal Aiyub, Direktur Utama PDAM Tirta Daroy yang baru menjabat sejak pada 12 Mei 2015.
Pria yang akrab disapa Ampon Yub itu dilantik oleh Walikota Banda Aceh, Illiza Sa’aduddin Djamal, menggantikan Dirut sebelumnya, Junaidi. Usai dilantik, pria yang sempat 12 tahun menjabat Dirut PDAM Tirta Montala Aceh Besar itu menyerukan pembenahan manajemen perusahaan. Karena itu, ujarnya, “kita saat ini selain memperbaiki kerusakan sistem distribusi air pada periode lalu juga membenahi internal PDAM itu sendiri.”
Di lapangan, dia memang menemukan banyak pipa yang dipasang pada masa rehab-rekon tsunami oleh NGO tidak terkoneksi dengan jaringan PDAM yang sudah ada sebelumnya. Termasuk pula pipa bocor.
“Di setiap jalan itu, mungkin ada dua sampai tiga pipa di kiri dan kanan,” Ampon Yub menunjuk badan Jalan T Nyak Arief Lampineung, Banda Aceh, dari salah satu warung kopi tempat ia ditemui Pikiran Merdeka awal Mei lalu.
Seharusnya, kata dia, tidak lebih dari masing-masing satu pipa di kiri dan kanan jalan. Dulu masa rehab-rekon, warga kerap melapor ke BRR bahwa mereka tidak ada pipa air. Tanpa dicek, lekas saja pipa dipasangi sehingga warga dengan cepat disuplai air bersih. “Padahal pipanya sudah ada, tapi airnya yang tidak ada,” ujarnya.
Belum ada komentar