PM, Banda Aceh – Sebanyak 353 kilogram narkoba jenis sabu diamankan Kepolisian Daerah (Polda) Aceh. Pihaknya juga menangkap 11 orang terkait penyelundupan tersebut.
“Penyelundupan terjadi di Bireuen, pelakunya terlibat jaringan Timur Tengah, Malaysia dan Aceh,” ujar Kapolda Aceh, Irjen Pol Wahyu Widada dalam konferensi pers di Mapolda Aceh, Kamis (11/2/2021).
Bermodal informasi awal dari masyarakat, Polda Aceh bekerja sama dengan Direktorat Tindak Pidana Narkoba Bareskrim Polri, Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea Cukai Aceh dan Polres Bireuen menggelar operasi untuk menggagalkan penyelundupan tersebut.
Adapun pelaku berinisial KM (37 tahun), MU (23), ED (35), MA (36), SI (50), SU (53), IZ (40), KR (23), MR (25), SY (63) dan SB (41). Mereka ditangkap secara terpisah di kawasan Bireuen.
Sebelum penangkapan, tim memperoleh informasi akan ada kapal motor berisi ratusan kilo narkoba yang masuk ke kawasan Pandrah, Bireuen. Tim lalu melakukan pemantauan di lokasi pendaratan kapan tersebut.
Namun ternyata kapal didapati dalam keadaan tanpa penumpang, namun di dalamnya ada 300 kilo lebih sabu-sabu. Kejadian pada 27 Januari lalu ini sempat menghebohkan masyarakat.
Usai menyita narkoba tersebut, polisi segera melakukan pengembangan. Berselang beberapa waktu, tim berhasil meringkus tiga orang, yakni tekong kapal, kapten kapal dan seorang pengendali. Berturut-turut penangkapan lainnya menyusul. Awal Februari lalu, tim kembali membekuk sejumlah tersangka lainnya.
Wahyu mengaku prihatin atas pengungkapan ratusan kilo narkoba tersebut. Kasus ini menunjukkan peredaran narkoba di Aceh masih sangat marak dan rentan menghancurkan generasi muda.
Perlu Kerja Sama Internasional
Di samping itu, Dirtipid Narkoba Bareskrim Polri Brigjen Pol Krisno Halomoan Siregar juga menambahkan, sebenarnya tim telah menerima informasi sejak pertengahan Desember. Setelah itu mereka langsung membentuk tim dan melibatkan pihak Bea Cukai, karena modus mereka menggunakan jalur laut.
Ia menjelaskan, negara penghasil narkoba terbesar saat ini adalah Meksiko, Myanmar, dan Negara Timur Tengah yaitu Afganistan. “Nantinya kami juga akan bekerja sama dengan kawan luar negeri dan agensi penegak hukum internasional,” ucapnya.
Ia meminta semua pihak bekerja sama, karena kejahatan narkoba tingkat internasional dilakukan dengan sangat terorganisir.
“Maka kita juga harus terorganisir untuk memberantasnya,” pungkas Krisno. (*)
Belum ada komentar