Polisi Belum Hentikan Pemerasan di Perbatasan Medan-Aceh

Polisi Belum Hentikan Pemerasan di Perbatasan Medan-Aceh
Polisi Belum Hentikan Pemerasan di Perbatasan Medan-Aceh

PM, Tapaktuan – Aksi pemerasan yang dilakukan oknum tertentu di lintasan jalan negara antara wilayah barat selatan Provinsi Aceh-Sumatra Utara kian meresahkan awak angkutan barang karena aksi itu terus berlanjut.

Ketua Kamar Dagang Dan Industri (Kadin) Aceh Selatan, Khaidir Amin, SE di Tapaktuan, Selasa (25/08/2015) mengungkapkan kecemasannya atas perilaku yang membuat takut awak angkutan, terutama awak angkutan barang, karena apabila dibiarkan berlanjut bisa berbuntut akan berpengaruh pada sistem perdagangan antar provinsi itu.

Dalam kaitan itu, dirinya mengharapkan kepada pihak berwajib segera mengambil tindakan tegas membasmi praktik yang tidak terpuji itu.

Dijelaskan, menurut laporan-laporan yang dia terima dari para supir, pemerasan itu sering terjadi di wilayah antara Pancur Batu–Sembahe, yang diperkirakan dilakukan oleh sejumlah free man (preman) dengan cara yang tidak etis. Khaidir Amin yang tidak mau mengungkapkan identitas para pelapor, demi keamanan, mengaku dirinya sebagai Ketua Kadin Kabupaten Aceh Selatan bertanggung jawab atas pemberian informasi tersebut.

“Di antara para korban, pernah ada yang diperas (diminta paksa) sehingga harus menyerahkan uang sebanyak Rp.700.000. Orang dimaksud adalah supir kendaraan angkut barang jenis pick up berasal dari Aceh Selatan,” ungkap pria yang juga menjabat Ketua Partai PKPI Aceh Selatan ini.

Dari informasi yang diterima melalui para awak angkutan barang, terindikasi permintaan sumbangan uang tersebut dilakukan dengan modus rada keras. Mereka tidak segan-segan melempar dengan batu apabila mobil yang distop tidak mau berhenti. Dalam melaksanakan operasinya, para pemeras juga dibekali senjata tajam, pisau.

“Ada juga yang diancam langsung. Mereka berikan tawaran tidak enak kepada sopir, untuk memilih batu kecil, batu besar, atau pisau, sehingga supir ketakutan dan terpaksa menyerahkan sejumlah uang,” kata Khaidir Amin mengutip keterangan awak angkutan.

Yang menjadi kekhawatiran dan kecemasan pihaknya, sebut mantan Wakil Ketua DPRK Aceh Selatan ini, perilaku tidak baik itu lama kelamaan akan mempengaruhi hubungan perdagangan antar kedua Provinsi itu. Karena Sumut dan Aceh saling ketergantungan di sektor pergadangan barang. Aceh memasok ke Sumut berupa bahan mentah, sementara Sumut merupakan kota dagang yang menjadi pusat orientasi bagi Aceh di sektor itu.

Ditambahkan, orang Aceh selalu berbelanja ke Medan, baik kebutuhan keluarga maupun untuk kebutuhan barang perdagangan. Seperti toko-toko, rata-rata mengharapkan pasokan barang dari Sumut, mulai konveksi, hingga elektronik dan suku cadang kendaraan bermotor. Dan warga Sumut juga tak sedikit yang datang ke Aceh Selatan untuk kegiatan perdagangan, mulai berjualan sayur mayur, buah-buahan, alat perabot, elektronik dan kebutuhan lainnya.

“Setidaknya, harga barang bisa melonjak di Aceh sebagai dampak cost tinggi dari awak angkutan akibat terus menerus di peras oleh oknum tertentu. Harmonisasi yang baik selama ini jadi terganggu,” kata Khaidir Amin mengungkapkan kecemasannya seraya mengharapkan aparat berjawib segera melakukan penertipan praktik buruk ini.

[PM005]

Belum ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait

Seminggu Menghilang, Kakek Lansia di Acut Ditemukan Membusuk di Kebun
Abdul Rahman (83), kakek asal Dusun Tanah Merah, Gampong Lubok Pusaka, Kecamatan Langkahan, Aceh Utara, yang dilaporkan hilang pada Minggu (10/9) petang, ditemukan membusuk tidak jauh dari kebunnya, Senin (18/9).(Pikiran Merdeka/IST)

Seminggu Menghilang, Kakek Lansia di Acut Ditemukan Membusuk di Kebun