PM, Jakarta – Nilai Bitcoin sempat meroket. Di 2017, nilai sekeping Bitcoin tercatat dari US$ 1.000 per koin nyaris hampir bergerak ke US$ 20.000 per koin dalam hitungan bulan saja.
Tepatnya pada 17 Desember 2017 lalu, nilai Bitcoin menyentuh level US$ 19.783 atau nyaris Rp 300 juta per keping dengan asumsi kurs [US$ 1 = Rp 15.000].
Tahun 2017 lalu menjadi tenar bagi Bitcoin karena sorotan publik cukup besar pertama dari lembaga keuangan dan bank sentral dunia untuk terlibat dalam cryptocurrency. Bahkan dua bursa AS, CME dan Cboe, menciptakan platform bagi pelanggan untuk memperdagangkan bitcoin futures. Banyak bank besar juga mengumumkan proyek yang melibatkan crypto, yang membantu mendorong gelembung yang meluas dengan cepat dalam harga bitcoin.
Gelembung itu mulai meledak tepat sebelum Natal – hanya beberapa minggu setelah masa depan diluncurkan – dan pada akhir Januari 2018, bitcoin telah jatuh dari sekitar US$ 20.000 per koin menjadi hanya US$ 10.000 per koin.
Penurunan itu didorong sebagian oleh meningkatnya kekhawatiran bahwa regulator berencana untuk menindak cryptocurrency.
Bitcoin terus menurun selama awal 2018, sebelum akhirnya stabil pada sekitar US$ 7.000 per koin. Ini tetap di kisaran US$ 6.000 hingga US$ 7.000 sejak Juni, dan volatilitas yang menandai pasar pada tahun 2017 dan awal 2018 menguap.
Pada peringatan 10 tahun, bitcoin diperdagangkan pada US$ 6,305 per koin atau Rp 96 juta per keping.
Bitcoin sudah 10 tahun eksis di dunia. Bagaimana proyeksi ke depannya?
“Beberapa katalis akan dapat mendorong Bitcoin lebih tinggi lagi,” kata Spencer Bogart, seorang rekanan di Blockchain Capital, kepada CNBC International.
Katalis-katalis tersebut, di antaranya ketegangan perdagangan global, kemungkinan dikeluarkannya reksa dana ETF Bitcoin, penguatan kurs mata uang, dan pengumuman terbaru Mastercard atas paten terbarunya yang dapat mengizinkan transaksi Bitcoin untuk kartu kredit.
“Bitcoin sekarang seperti sesuatu yang siap disulut dan menantikan alasan-alasan yang tepat sebelum melonjak lebih tinggi,” kata investor awal uang digital itu.
Di bulan Mei, ketika Bitcoin terus turun, Bogart mengatakan ini adalah satu-satunya mata uang kripto yang layak dibeli karena lebih banyak bank dan lembaga keuangan besar yang mulai menerima pembayaran menggunakan Bitcoin. Ia juga mengimbau investor jangka panjang untuk mulai berinvestasi.
Mata uang kripto lainnya, sambung Bogart, bisa saja tinggi namun tak seperti Bitcoin. Sementara itu, menurut Dia masyarakat sendiri hanya memiliki sedikit pilihan uang kripto yang berkinerja baik.
Ia mengatakan Bitcoin yang saat itu bernilai US$7.400 akan melemah sebelum akhirnya menguat lagi hingga paling tidak US$10.000 atau Rp 140 juta, hingga akhir tahun ini. Nilai uang virtual itu anjlok hingga di bawah US$6.000 bulan selanjutnya. | CNBC Indonesia
Belum ada komentar