Perempuan Aceh Selatan Meraup Rupiah dari Sampah

Perempuan Aceh Selatan Meraup Rupiah dari Sampah
PARA pekerja Kelompok Usaha Rumah Limbah Pantee Naga di Desa Kutablang, Kecamatan Samadua, Aceh Selatan.

PM, TAPAKTUAN—Delapan orang perempuan Desa Kutablang, Kecamatan Samadua, Aceh Selatan, yang tergabung dalam Kelompok Usaha “Rumah Limbah Pantee Naga”, setiap beberapa hari sekali secara bersama-sama mengumpulkan sampah sisa makanan dan minuman yang dibuang oleh pengunjung dilokasi objek wisata Air Dingin (berjarak sekitar 3 Km dari desa Kutablang). Lalu sampah tersebut diolah menjadi berbagai produk bernilai jual.

Jenis limbah makanan dan minuman yang dimanfaatkan itu di antaranya untuk diolah menjadi celengan anak-anak, tempat jarum pentul dan bunga hiasan rumah tangga. Bahkan, limbah plastik makanan ringan diolah menjadi tas dan dompet, limbah biji salak dan kerang yang sudah dimakan isinya diolah menjadi bahan aksesoris perempuan seperti bross jilbab, termasuk pelepah petai china yang diolah menjadi kotak tempat tisu.

Untuk bros jilbab perempuan dibandrol dengan harga mulai dari Rp 2.000 sampai Rp 20.000. Tas dan dompet dibandrol dengan harga Rp 30.000 sampai Rp 50.000. Sedangkan tempat tisu yang terbuat dari petai china serta celengan yang terbuat dari limbah kardus dibandrol dengan harga mulai Rp20.000 sampai Rp25.0000.

“Usaha kerajinan rumah tangga ini sudah mulai kami rintis sejak tahun 2012 lalu. Hasil produknya tergolong sangat laris. Selain kami pasarkan terhadap kaum perempuan yang membutuhkan peralatan aksesoris, berbagai produk seperti celengan dan tempat pulpen juga kami pasarkan ke sekolah- sekolah mulai tingkat SD sampai SMA di Aceh Selatan,” kata Ketua Kelompok Usaha Rumah Limbah Pantee Naga, Nova Tristiana (30) saat disambangi wartawan di tempat usahanya, Minggu (17/1).

Guru honorer di SDN Batee Tunggai, Kecamatan Samadua ini menjelaskan, gagasan pertama mengolah limbah menjadi produk bernilai jual itu terinspirasi dari tayangan televisi yang menayangkan kreatifitas serta inovasi pasangan suami istri di Kalimantan yang memanfaatkan sampah Sungai Mahakam kemudian diolah menjadi produk bernilai jual.

Butuh Modal

Nova Tristiana menyatakan, pihaknya sangat ingin mengembangkan secara lebih luas lagi usaha pengolahan limbah menjadi produk bernilai jual tersebut. Selain mampu meningkatkan perekonomian anggota kelompok, juga bisa menampung para pekerja dalam jumlah banyak, sehingga mampu mengurangi angka pengangguran dan angka kemiskinan di Aceh Selatan.

Namun cita-cita tersebut, ujar Nova, belum mampu diwujudkan karena terhalang dengan ketiadaan modal yang cukup. “Keinginan untuk mengembangkan usaha ini menjadi lebih besar lagi minimal, sudah lama terpendam dalam hati saya. Namun cita-cita itu belum mampu kami wujudkan karena tidak ada modal yang cukup,” papar Nova.

Karena itu, pihaknya mengharapkan kepada Pemerintah Provinsi Aceh dan Pemkab Aceh Selatan melalui dinas terkait, agar dapat membantu modal usaha terhadap mereka sehingga usaha yang telah dirintis sejak tahun 2012  itu, bisa dikembangkan secara lebih luas lagi.[]

Belum ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait

Kue Pala Tapaktuan Dipasarkan Sampai Singapure
SURYATI, seorang pengusaha kue pala di Tapaktuan memperlihatkan produk kue pala yang dia hasilkan. Kue pala hasil produksi sendiri itu, selain dipasarkan di Aceh juga dipasarkan sampai Singapura.

Kue Pala Tapaktuan Dipasarkan Sampai Singapure

Danrem 012/TU Pimpin Sertijab Danyon 115 Macan Lauser
Komandan Korem 012/TU Kolonel ARH Ruruh A Setyawibawa SE MM sedang memasang tanda pangkat jabatan kepada Danyonif 115 Macan Lauser yang baru, Mayor Inf Alfian dalam prosesi Sertijab yang berlangsung di Mayonif 115/ML, Rabu (5/8).[ PikiranMerdeka | Hendrik Meukek]

Danrem 012/TU Pimpin Sertijab Danyon 115 Macan Lauser