Jakarta—Pengamat Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Siti Zuhro mengatakan, ada nilai positif pasca reformasi dan 67 tahun Indonesia merdeka, yaitu desentralisasi yang ditandai sistem otonomi daerah. Namun, pelaksanaannya dinilai belum berhasil.
“Namun, otonomi daerah masih terbilang gagal. Otonomi hanya dinikmati oleh elite daerah. Otonomi daerah gagal,” katanya di Jakarta, Sabtu (11/08).
Menurutnya, berhasil tidaknya otonomi daerah, berpengaruh terhadap stabilitas nasional dan kepuasan masyarakat daerah. Semantara, ada 127 daerah tertinggal dan ratusan kepala daerah masuk penjarah. Ini menunjukan, ternyata ada yang salah dalam otonomi daerah.
“Demokrasi kita elitis maka kita harus terus kawal proses demokrasi di daerah. Supaya menekan angka korupsi dan ‘bad governance’ di daerah,” kata Siti Zuhro.
Sementara itu, Budayawan Suparwan Parikesit berpendapat, peletakkan dasar kemandirian saja belum dilakukan. Cita-cita berdaulat politik, berdikari secara ekonomi, dan berkepribadian secara budaya dibabat habis oleh globalisasi.
“Kaum muda punya PR besar. Kemandirian kebudayaan Indonesia dikalahkan oleh neoliberalisme. Hedonisme memacetkan kebudayaan Indonesia,” katanya.
Ekonomi yang berjalan di Indonesia sudah lebih dari neoliberalisme. Bidang ekonomi hancur berantakan, semua impor. Bahkan, kecoa pun impor.
“Sebagian besar undang-undang pro asing. Bidang ekonomi dirampok, hutang bergelimpangan tak kunjung lunas. Saya hanya berharap pada pemuda,” pungkasnya.[gatra]
Belum ada komentar