Pengabdian Mahasiswi Cantik untuk Anak Penderita Kanker

Pengabdian Mahasiswi Cantik untuk Anak Penderita Kanker
Silvira Nazzai

Cantik dan enerjik, calon dokter yang satu ini ikhlas mendedikasikan hari-harinya untuk merawat anak-anak penderita kanker.

“Saya memulainya dari riset film tentang kanker.”  Begitu ucap Silvira Nazzai, 20 tahun, mahasiswi Kedokteran Universitas Abulyatama, memulai ceritanya sebagai dokter muda di rumah singgah kanker anak Aceh, C-Four.

Children Cancer Care Community (C-Four) adalah sebuah rumah singgah untuk anak-anak penderita kanker yang diasuh oleh Ratna Eliza.
Sebenarnya, dokter muda adalah panggilan Ratna kepada Silvira karena dia merupakah satu-satunya mahasiswi kedokteran yang mendedikasikan diri untuk merawat anak-anak kanker di tempatnya.

Vira, panggilan akrabnya, sejak akhir tahun 2016 sudah mulai berkontribusi untuk menjadi relawan di C-Four. Awalnya ia hanya ingin membuat riset untuk produksi film kanker yang hendak digarapnya. Untuk kebutuhan tersebut, Vira rajin ke C-Four.

Setiap harinya ia berinteraksi dengan anak-anak penderita kanker. “Karena rutinitas itu pula saya jadi ingin menjadi relawannya,” kata Vira kepada Pikiran Merdeka, Jumat (2/2).

Keprihatinannya terhadap anak-anak kanker juga menjadi alasan utama Vira untuk menjadi relawan kanker di tengah masa mudanya. “Anak-anak kanker ini secara tidak langsung kan sudah menerima surat kematian dari Tuhan. Nah, saya mau di sisa hidup mereka ada saya untuk mendampingi mereka,” ucap Vira.

“Selain itu, saya juga bisa mengaplikasikan ilmu saya kepada mereka. Ilmu kedokteran yang saya pelajari di Kampus itu juga tidak akan sia-sia,” timpal gadis asal Matangglumpangdua, Kabupaten Bireuen ini.

Diakuinya, mengurus anak-anak kanker memang bukanlah hal yang mudah. Ketika ia sudah sangat dekat dengan anak-anak tersebut, satu per satu mereka pulang dipanggil sang pencipta. Kisah paling mengharukan ialah ketika Saldi, pasien kanker yang sudah dianggap sebagai adiknya meninggal dunia.

“Seminggu sebelumnya, kami dan Saldi salat berjamaah di Mesjid Oman. Kala itu almarhum sempat mendoakan kesehatan semua orang yang ada di rumah singgah. Namun, setelah itu saya mendengar kabar bahwa Saldi meninggal. Waktu itu saya sangat terpukul,” cerita Vira, mengenang kematian Saldi.

Selama kurang lebih satu setengah tahun Vira di C-Four, ia sudah mendampingi sekira 20-an anak penderita kanker. Banyak cerita menarik dari massing-masing mereka. Namun bagi Vira, merawat Saldi adalah yang paling berkesan. “Saldi adalah adik yang sangat baik, semoga dia tenang di surga,” lirih Vira.

Vira yang akan melakukan co-ass (co asistant doctor) pada tahun ini mengaku sudah dapat mengaplikassikan ilmunya sejak di rumah singgah. “Kanker ini kan berhubungan dengan kesehatan, jadi saya juga bisa mengaplikasikan ilmu saya selama di sana,” ujar dia.

Selama di rumah singgah, Vira membantu perawatan pasien-pasien kanker seperti mengganti perban, mengatur kandungan gizi makanan yang harus disediakan dan segala bentuk perawatan lainnya. Dalam mengganti perban, misalnya, Vira tidak pernah menggunakan penutup mulut.

“Itu yang paling berat sih. Saya harus menahan bau dari luka anak-anak itu. Mereka sudah seperti keluarga, saya tidak mau menyinggung perasaan mereka dengan menutup mulut saat mengganti perban mereka,” kata dia.

Sambung Vira, “Pernah waktu itu saya pakai masker saat merawat mereka, terus salah satu dari mereka tanya, kak Vira kenapa pakai masker, bau ya. Saya langsung buka maskernya dan sejak saat itu saya tidak pernah lagi memakai masker ketika mengganti perban mereka,” cerita Vira.

Ketegaran dan semangat bertahan hidup anak-anak kanker juga membuat Vira bertahan di sana. Ia bangga melihat anak-anak yang kuat di tengah penderitaan yang dihadapinya. “Semangat mereka yang membuat saya bertahan di sana,” kata Vira.

Selain di C-Four, Vira juga aktif di komunitas lainnya. Saat ini Vira bergabung dalam komunitas Film Aceh Documentary. Di tengah jadwalnya yang sibuk, setiap harinya ia meluangkan waktu untuk pergi ke rumah singgah.

“Ke sana setiap hari sih, walaupun kadang-kadang cuma duduk-duduk aja sama mereka. Tidak ada yang perlu dirawat,” ucap Vira.

Selama menjadi relawan kanker, Vira juga tidak kehabisan waktu untuk bersama dengan teman-temannya. “Seperti biasa, saya juga masih punya banyak waktu untuk teman-teman,” ungkapnya.

Dokter muda ini juga termotivasi untuk mendirikan rumah singgah kelak setelah resmi menyandang predikat dokter. “Tidak hanya rumah singgah, saya juga bercita-cita mendirikan rumah sakit onkologi,” tutup Vira.[]

Belum ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait

LP Lhokseumawe Bobol Lagi
Petugas LP Lhokseumawe menunjukan dinding yang dipanjat napi untuk kabur. [Pikiran Merdeka | Fahrizal Salim]

LP Lhokseumawe Bobol Lagi