Pemekaran Aceh Singkil Dianggap Perlu, Ini Alasannya

Pemekaran Aceh Singkil Dianggap Perlu, Ini Alasannya
Suasana di Rimo, kecamatan Gunung Meriah. (Ist)

PM, Singkil – Kabupaten Aceh Singkil yang lahir pada tahun 1999 akan memasuki usia  20 tahun. Namun, pertumbuhan pembangunan di daerah tersebut dinilai sangat lambat. Hal itu pula yang memicu terbentuknya tim pemekaran Rimo Raya beberapa waktu silam.

Pembentukan Rimo Raya dianggap sebagai salah satu cara melakukan perubahan di sektor pembangunan dan ekonomi masyarakat di sana. Alasannya, ploting anggaran APBK dua daerah akan jadi lebih fokus karena wilayah yang diurus oleh Pemerintah Daerah bisa lebih kecil.

Berdasarkan data yang ada, Aceh Singkil memiliki sumber daya alam perikanan di lima wilayah yaitu,  Singkil, Singkil Utara, Kuala Baru, Pulau Banyak dan Pulau Banyak Barat. Tak hanya itu, pariwisata bertaraf internasional menjadi nilai tambah yang perlu dikembangkan bagi kabupaten ini.

Sementara Rimo Raya memiliki potensi perdagangan yang terletak di dua kawasan, Gunung Meriah dan Simpang Kanan. Sedangkan  4 daerah lainnya  seperti Danau Paris, Singkohor, Kotabaharu dan Suro merupakan wilayah perkebunan kelapa sawit.

Salah seorang pelaku dan pemerhati usaha di Rimo, Akhyar Abduh menilai Kabupaten Aceh Singkil dan Rimo Raya bisa berkembang dengan potensi yang dimiliki dua daerah itu.

“Singkil bisa berkembang melalui wisata dengan Pulau Banyak-nya sekelas Bali,” kaya Akhyar, Senin (8/7).

Untuk menghidupkan Pulau Banyak, menurut dia, Pemda harus berani ‘rugi’ selama satu atau dua tahun dengan menyewa kapal penyeberangan rutin yang akan hilir mudik dengan jadwal teratur Singkil-Pulau Banyak.

“Berisi ataupun kosong, setidaknya ada kapal bolak balik Singkil-Pulau Banyak dengan jadwal pasti dan tidak putus pulang pergi dalam sehari,” ujarnya.

Selain itu Pemda perlu mengontrak maskapai penerbangan untuk Bandara Syekh Hamzah Fansuri. Karena pengembangan Pulau Banyak membutuhkan akses jalan yang mudah dan pasti serta fasilitas wisata yang memadai, aman dan nyaman.

“Pemda harus berani promosi habis-habisan untuk itu,” kata Akhyar lagi.

Ia juga menambahkan, “jika saja sektor wisata bisa bergerak, akan banyak sektor-sektor lain yang ikut bergerak,  misalnya produksi rumahan seperti oleh-oleh khas Singkil, cenderamata,  kuliner, perhotelan dan lain-lain, sehingga uang pun akan berputar lebih banyak.”

Di sisi lain, Rimo Raya yang merupakan gabungan dari 6 Kecamatan berdiri dari sektor perdagangan, pusat bisnis dan perkebunan. Akhyar mengatakan, berdasarkan letak geografisnya, Rimo Raya akan menjadi daerah lintas seperti Subulussalam, yang nampak pesat setalah berpisah dengan Aceh Singkil.

Tak hanya datang Rimo, salah satu tokoh muda Singkil, Mansurdin mengaku sangat setuju dengan pemekaran Rimo Raya.

“Pemekaran hak setiap daerah,  tujuan untuk mempecepat laju pembangunan di segala bidang, dilihat dari segi potensi dan penduduk Rimo Raya sudah memenuhi syarat untuk dimekarkan,” kata Mansurdin.

Lahirnya Rimo Raya bagi Aceh Singkil, lanjutnya, bukanlah untuk saling bersaing, namun mempercepat pembangunan di kabupaten Aceh singkil yang sudah 19 tahun masih jalan di tempat.

“Aceh Singkil sudah lama menjadi sebuah kabupaten, namun tetap saja jalan di tempat, maka perlu dimekarkan demi pembangunan daerah,” katanya.

Secara politik, menurut Mansurdin, Aceh Singkil sebagai pusat ibukota diragukan putra daerahnya untuk bisa menduduki jabatan sebagai Bupati dan Wakil Bupati, hal ini dikarenakan faktor jumlah penduduk.

“Untuk itu, agar putra Singkil bisa menjadi Bupati, Rimo Raya harus dimekarkan terlebih dahulu,  karna sudah menjadi hukum alam siapa pun Bupatinya pasti lebih memperhatikan daerahnya dalam hal pembangunan,” kata dia. []

Reporter: Putra

 

Belum ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait