PM, Banda Aceh—Pemberian ASI eksklusif belum begitu populer di masyarakat Kota Banda Aceh. Bahkan, banyak ibu melahirkan belum mengetahui pentingnya pemberian ASI eksklusif kepada bayinya.
Demikian disampaikan Kadis Kesehatan Banda Aceh dr Media Yulizar, MPH ketika membuka Lokakarya Hasil Analisa Situasi, Regulasi dan Perumusan Rekomendasi terkait Persalinan Aman, Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif yang digelar LPPM bekerjsama dengan KINERJA-USAID dan Pemerintah Aceh di Aula Bappeda Banda Aceh, Kamis (26/4).
“Masih banyak mayarakat Banda Aceh yang belum berperilaku sehat,” sebut Media Yuliza.
Media menjelaskan, rendahnya pemahaman masyarakat terkait ASI eksklusif karena pengaruh mitos yang sudah berkembang secara turun-temurun. Karenanya mitos bahwa cairan kuning dari susu ibu saat melahirkan bisa menyebabkan penyakit harus dihilangkan.
”Saat ini di Kota Banda Aceh masih dijumpai anak yang belum berusia enam bulan sudah diberikan makan pisang. Padahal, kami selalu menganjurkan agar tidak ada anak yang tidak mendapat ASI eksklusif hingga usia 6 bulan,” terangnya.
Sementara Direktur Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Masyarakat (LPPM) Aceh Saifullah Isky, menyebutkan berdasarkan baseline survey yang dilakukan pihaknya terhadap 120 responden di tiga kecamatan di Banda Aceh, yaitu Meuraksa, Banda Raya dan Kopelma Darussalam menunjukkan rata-rata masyarakat yang diwawancarai tidak mengetahui pentingnya ASI eksklusif dan Iniasiasi Menyusu Dini (IMD).
“Rata-rata ibu memberikan ASI 1 jam setelah melahirkan. Saat ASI belum keluar bayi diberikan susu formula,” kata Saifullah.
Menurut Saifullah, hanya 50 persen ibu melahirkan yang memberikan ASI eksklusif kepada anaknya. Selain itu, lanjutnya, IMD belum sepenuhnya terlaksana karena ketidaktahuan masyarakat. Petugas kesehatan juga tidak memberitahukan pentingnya IMD kepada ibu melahirkan.
“Hal ini terjadi karena rendahnya pemahaman soal ASI eksklusif oleh masyarakat, serta rendahnya komitmen para pihak dalam mempromosikan ASI eksklusif,” jelasnya.
Lebih lanjut kata Saifullah, praktik IMD dan menyusui secara eksklusif dapat menurunkan faktor kematian bayi sampai 22 persen, sementara dengan pemberian ASI saja hanya 13 persen.
”Banyak faktor yang terjadi kenapa program ASI dan IMD belum berjalan optimal di masyarakat, seperti belum adanya peraturan tentang persalinan aman, IMD dan ASI eksklusif di daerah,” ujarnya.[zal]
Belum ada komentar