[quote]Oleh Muhammad Hidayat[/quote]
Masyarakat yang berdiam di sepanjang pulau Sumatera, Rabu sore lalu, kembali dikejutkan oleh gempa bumi berkekuatan 8,5 SR dan disusul oleh beberapa kali gempa setelahnya. Lagi-lagi, hentakan bumi ini terjadi di dekat area gempa yang dulu pernah menimbulkan tsunami besar dan merenggut nyawa ratusan ribu saudara-saudara kita, pantai barat Aceh.
Tidak hanya di Aceh, gempa ini juga dirasakan oleh masyarakat di sepanjang pantai barat Sumatera yang membentang hingga provinsi Lampung. BMKG pun bertindak cepat dengan mengumumkan peringatan potensi tsunami pasca gempa, hingga akhirnya peringatan ini dicabut pada malam harinya.
Pun bukan hanya Indonesia, pemerintah Thailand dan India juga mengeluarkan peringatan yang sama. Ini menandakan bahwa gempa kembar Aceh itu juga menjadi ancaman bagi penduduk di beberapa negara Asia.
Masyarakat Sumatera selaku objek dari bencana gempa ini segera mengevakuasi diri ke tempat yang tinggi guna menghindari bahaya tsunami. Mereka baru kembali ke rumah masing-masing setelah BMKG mencabut peringatan tsunami. Benar-benar gempa yang besar.
Lalu, apakah gempa ini hanya dianggap bencana tahunan biasa tanpa mampu mengambil pelajaran darinya? Sungguh, di antara hamba Allah yang bijak ialah mereka yang dapat mengambil pelajaran dari setiap kejadian yang ada.
“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS. Ali-Imran ayat 191).
Gempa merupakan bagian dari aktivitas bumi. Ini sebagai tanda bahwa bumi itu “hidup” dan senantiasa bergerak, selain bergerak pada poros tentunya. Gempa juga sebagai bukti nyata bahwa bumi ini tidak bergerak dengan sendirinya, melainkan ada Dzat yang Maha Sempurna yang sanggup menggerakkannya.
Maha Agung Allah, mungkin Allah ingin mengingatkan kita agar segera bertaubat dan kembali ke jalan yang lurus, yaitu Islam, menjalankan syariat-Nya, menerapkan Islam yang kaaffah dan menjadi Diin ini sebagai mindset dalam kehidupan, tidak sekedar embel-embel di KTP semata.
Bukankah telah jelas firman Allah dalam surat Adz-Dzaariyaat ayat 56 yang artinya, “Dan Aku (Allah) tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.”
Pada ayat tersebut Allah tidak menentukan waktu dan tempat dalam beribadah. Artinya, perintah ini bersifat umum tanpa dibatasi waktu dan tempat. Ini berarti, 24 jam waktu kita dapat bernilai ibadah, kalau kita mengetahui dan memikirkannya.
Kemudian, gempa ini juga sebagai nasihat bagi kita agar jangan mau kalah dengan bumi. Bukankah manusia telah diciptakan Allah dengan sebaik-baik rupa? “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” (QS. At-Tiin ayat 4).
Jadi, kalau bumi saja selalu bergerak, maka apa yang menyebabkan kita sering menghabiskan waktu dengan berdiam diri, tanpa melakukan apa-apa? Jangan mau kalah dengan bumi, bergeraklah, lakukan perubahan yang baik (kalau kita tidak mau dikatakan mati).[erm/*]
Belum ada komentar