PM, GAZA – Brigade MartirAbu Ali Mustafa melansir sejumlah operasi melawan pasukan pendudukan Israel diGazahari ini. Laporan itu menandai masih hadirnya pejuang Marxis yang ikut melawan penjajahan Israel.
Palestine Chronicle melansir, brigade tersebut mengumumkan bahwa unit roketnya menargetkan pertemuan militer Israel di timur gubernuran pusat dengan serangan roket kaliber 107. Mereka juga menargetkan situs militer baru Israel di poros Philadelphi di Jalur Gaza selatan dengan serangan roket.
Selain itu, kelompok tersebut menargetkan markas komando dan kendali tentara Israel di poros Netzarim dengan serangan roket kaliber 107 lainnya.
Brigade Martir Abu Ali Mustafa mengambil nama mereka dari seorang pejuang Palestina yang menjabat sebagai sekretaris jenderal Front Populer untuk Pembebasan Palestina (PFLP) pada Juli 2000. Dia kemudian dibunuh oleh Pasukan Israel dalam operasi pada 27 Agustus 2001.
Seturut kematian itu, sayap militer PFLP yang mulanya bernama Pasukan Perlawanan Populer mengubah namanya menjadi Brigade Martir Abu Ali Mustafa. Ideologi kelompok ini adalah Marxisme, dan sebagian besar beroperasi di Tepi Barat dan Jalur Gaza.
Dengan pecahnya Intifada Al-Aqsa pada 2000, aktivitas Pasukan Perlawanan Populer sebagian besar terfokus pada serangan terhadap pasukan pendudukan Israel, meledakkan bom rakitan dan menyerang pos pemeriksaan militer Israel. Pada 2001, 40 hari setelah Abu Ali Mustafa dibunuh, brigade itu membunuh menteri pariwisata Israel yang ekstremis, Rehavam Ze’evi.
Sepanjang Intifada Al-Aqsa, brigade itu menjadi aktif dalam menghadapi pendudukan Israel dan melakukan beberapa pertempuran melawannya, yang paling terkenal adalah pertempuran di kamp Al-Ain.
Aktivitasnya di Gaza menjadi sorotan selama perang Israel di Jalur Gaza pada 2008-2009. Sejak itu, mereka terus memainkan peran penting dalam melawan serangan militer Israel dan perang di Jalur Gaza yang terkepung.
Dalam perang Israel yang sedang berlangsung dan genosida di Gaza, Brigade Martir Abu Ali Mustafa mengembangkan kemampuan perlawanannya lebih jauh, sampai-sampai para pejuangnya melakukan beberapa operasi dalam sehari, baik secara mandiri atau bersama-sama dengan kelompok perlawanan lainnya, termasuk Hamas dan Jihad Islam.
Sumber: Republika.co.id
Belum ada komentar