Pat Gulipat Proyek Moubiler Disdik Aceh

Pat Gulipat Proyek Moubiler Disdik Aceh
Pat Gulipat Proyek Moubiler Disdik Aceh

Pengadaan moubiler senilai puluhan miliar rupiah di Dinas Pendidikan Aceh disinyalir sarat permainan. Menggunakan siasat lama untuk memenangkan rekanan tertentu.

 

Unit Layanan Pengadaan (ULP) Pemerintah Aceh melelang 16 paket moubiler di Dinas Pendidikan Aceh di laman Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE). Besaran anggaran masing-masing paket beragam, dari ratusan juta hingga miliaran rupiah.

Total anggaran yang diplot pada 2007 untuk 16 paket moubiler itu mencapai Rp40 miliar. Paket berupa kursi dan meja itu memenuhi kebutuhan belajar mengajar di SMA dan SMK seluruh Aceh, serta kebutuhan kantor di bawah instansi tersebut.

Informasi dikumpulkan Pikiran Merdeka, sejauh ini baru sebagian paket yang sudah dilelang. Selebihnya belum diketahui kapan proses tendernya dilaksanakan.

Proyek pengadaan mobiler semacam ini memeng sudah menjadi agenda rutin Disdik Aceh. Setiap tahun, anggaran yang diplot untuk memenuhi kebutuhan furniture kantor dan sekolah di seluruh Aceh itu mencapai belasan hingga puluhan miliar rupiah.

Dalam pengadaan paket itu, Disdik Aceh selalu mengarahkan pada satu produsen furniture yaitu Informa, perusahaan furnishing asal China. Sehingga, produk Informa banyak menghiasi sekolah dan perkantoran di lingkup Disdik Aceh dalam beberapa bulan terakhir.

Dalam dokumen lelang, langsung dicantumkan pengadaan mobiler dengan merk Informa. Akibatnya, tidak semua rekanan bisa ikut berkompetisi dalam proyek pengadaan tersebut.  Misalnya dalam 16 paket yang baru-baru ini dilelang, selain singkatnya jadwal lelang, spesifikasi produk juga sudah ‘dikunci’ pihak PPTK.

“Lelang moubiler ini sudah dimonopoli, dari produk hingga perusahaan pemenangnya,” ujar seorang rekanan di salah satu warung kopi di kawasan Lampineung, Banda Aceh, pekan lalu.

Rekanan yang tidak mau ditulis namanya ini menyebutkan, pelaksaanan 16 paket pengadaan mobiler itu sarat kejanggalan. “Waktu yang disediakan Pokja ULP Pemerintah Aceh sangat singkat, ini kan bertentangan dengan Pepres Nomor 54 Tahun 2010 tentang pengadaan barang dan jasa,” katanya.

Dia merincikan, jadwal pengumuman prakualifikasi ditayangkan hari libur dan tengah malam, yaitu Minggu, 23 April sekitar pukul 23.00 WIB sampai 26 April sekitar 23.59 WIB. “Artinya, waktu yang disediakan untuk melengkapi persyaratan perusahaan hanya tiga hari,” sebutnya.

Rekanan lain yang ditemui Pikiran Merdeka juga menyatakan hal serupa. “Memang sudah dikondisikan, pengumuman ditayang pada tanggal 23 April, satu jam menjelang tanggal 24 April. Itu pun dari Minggu beralih ke Senin yang juga bertepatan libur nasional,” sebut Jasrinal, Direktur CV Mitra Pendidikan, pekan lalu.

Dia menduga, hal itu untuk menghambat rekanan lain mendapatkan dukungan produsen furniture. “Kalau hari libur kan kantor Informa tidak melayani aktifitas administrasi, termasuk mengeluarkan dukungan produk untuk perusahaan peserta lelang,” katanya.

Menurut Jasrinal, waktu disediakan Pokja bertolak belakang dengan aturan Perpres 54 Tahun 2010 pasal 60 ayat 1 butir (a),  penayangan pengumuman prakualifikasi paling kurang 7 hari kerja.

Siasat lelang dengan tujuan memenangkan perusahaan tertentu diduga mulai diatur dari penyusunan spesifikasi oleh Pejabat Pembuat Teknis Kegiatan (PPTK) Disdik Aceh. Menurut rekanan tersebut, Informa sebagai produk langganan Disdik Aceh sejak beberapa tahun terakhir, sudah diarahkan dalam spesifikasi dokumen lelang. “Ini kan konspirasi antara pihak Infoma, PPTK, Pokja, dan rekanan yang nantinya menang,” kata Jasrinal.

Dia menambahkan, Informa sebagai produsen moubiler ikut menjegal perusahaan lain ikut dalam lelang dengan memberi diskon kecil, yakni 15 persen. Dengan diskon produk sekecil itu rekanan pun mundur satu persatu karena tidak ada untung.

“Begitulah cara mereka mendesainnya agar kita mundur. Bagaimana bisa kita kerja dengan diskon sebesar itu, belum lagi pemotongan PPN dan PPH 11,5 persen. Lalu buang penawaran dan biaya pengangkutannya. Jikapun kita paksa, itu namanya cari rugi,” katanya.

Seorang rekanan lain yang tidak mau ditulis namanya mengungkapkan, permainan lelang di Dinas Pendidikan Aceh khususnya untuk proyek pengadaan moubiler memang sudah membudaya. Meski Kepala Dinas Pendidikan Aceh sudah menjabat yang baru, kata rekanan itu, pemainnya masih orang sama. Dia bahkan menyebut nama seseorang yang selama ini menjadi rekanan langganan proyek pengadaan moubiler Informa.

“Inisialnya Z. Bukan rahasia lagi, semua rekanan di Disdik tahu itu. Dia orang di balik semua perusahaan yang memenangi proyek moubiler Disdik sejak tiga tahun terakhir,” jelasnya.

Menurut sumber tadi, Z merupakan rekanan lama pada saat Disdik Aceh dipimpin Anas M Adam hingga Hasanuddin Darjo. Dia ditengarai mampu membangun hubungan baik dengan pejabat di dinas terkait hingga Kadisdik Aceh dijabat Laisani. “Makanya tidak heran, moubiler Informa mampu dipasok ke Disdik Aceh puluhan miliar rupiah setiap tahun. Semuanya dikerjakan Z,” ungkapnya.

Adanya dugaan monopoli produk dan rekanan tertentu di Disdik Aceh dibantah Laisani. Kepala Dinas Pendidikan yang beberapa bulan lalu dilantik Plt Gubenur Aceh Soedarmo ini mengatakan spesifikasi moubiler yang dicantumkan dalam dokumen lelang sangat terbuka.

“Tidak ada mengacu ke produk tertentu, moubiler ini malah bisa ditempa asal sesuai dan memnuhi spesifikasi yang kita minta,” kata Laisani kepada Pikiran Merdeka, Rabu pekan lalu.

Laisani menginginkan moubiler yang diadakan untuk kebutuhan belajar dan mengajar siswa di Aceh harus berkualitas tinggi dan tahan lama. Hal ini untuk menghemat anggaran negara dalam mengadakan program yang sama setiap tahunnya.

“Merk apa saja boleh, asalkan sesuai model yang kami inginkan. Jadi, tidak ada monopoli merk tertentu,” jelas mantan Kadis Pendidikan Pidie itu.[]

 

 

 

 

 

 

 

Belum ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait