PM, BANDA ACEH—Sejumlah penggagas pendirian Institut Seni dan Budaya Indonesia (ISBI) Aceh mengadakan silaturrahmi untuk pertama kali, Sabtu (24/10/2015) pada sebuah kafe di Banda Aceh.
Kegiatan itu dihadiri langsung pencetus pertama ISBI Aceh, Prof. Dr. Mahdi Bahar. Mantan Rektor ISI Padangpanjang ini memaparkan sejarah singkat riwayat pendirian ISBI Aceh yang dimulai saat ia diminta oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI kala itu untuk mengawal sekaligus memimpin pendirian ISBI Aceh.
“Sejarah pendirian ISBI Aceh sangat panjang berliku. Di saat-saat hampir gagal, terutama masalah lahan ketika itu, tiba-tiba datang lagi angin segar sehingga tim semangat kembali. Karenanya, saya patut mengucapkan banyak terima kasih kepada tim pendiri ISBI Aceh dan juga Pemerintah Kabupaten Aceh Besar yang telah menyediakan lahan untuk ISBI Aceh,” ujarnya.
Dalam perjalanan ISBI Aceh yang kini didirikan di Jantho, Aceh Besar, tiba-tiba saja nama Mahdi Bahar hilang dari tim.
“Saya sudah sempat datang ke Jantho beserta keluarga. Saya kira saya sudah jadi pindah ke ISBI Aceh karena sempat diminta mengemudikan ISBI Aceh. Dua hari setelah saya di Jantho, tiba-tiba ada orang lain sudah ditetapkan sebagai pemimpin ISBI Aceh. Saat itu, saya kira saya tidak mungkin lagi bertahan di Aceh, nanti dikira saya menjadi penghalang orang lain. Makanya saya kembali ke Padang,” kata guru besar ISI Padangpanjang itu.
Sejak saat itu pula, nama Mahdi hilang dari tim pendirian ISBI Aceh. Dalam diskusi itu, hadir pula Mukhlis Mukhtar yang sempat terlibat pada awal-awal pembahasan dokumen pendirian ISBI Aceh.
“Saya sempat diintervensi oleh seseorang. Katanya, kok ada saya dalam tim ini. makanya sejak itu, saya tahu diri, tidak mau lagi terlibat, tapi saya tetap berharap Aceh memiliki institusi seni,” kata pengacara itu.
Salah seorang dosen ISBI Aceh yang juga tim pembahasan dokumen pendirian ISBI Aceh, Teuku Kemal Fahsya, mengatakan kondisi ISBI Aceh sekarang sudah memprihatinkan. Roda institusi mulai tampak ada masalah sehingga mahasiswa yang awal-walnya ramai, kini perlahan mulai menyusut. Untuk itu, Kemal berharap ada pengawalan bersama dari tim pendiri awal ISBI Aceh agar institusi itu tidak tutup padahal belum ada yang diwisuda satu angkatan pun.
Silaturrahmi perdana para pendiri ISBI Aceh ini turut dihadiri perwalikan Pemkab Aceh Besar, tim perumus dokumen awal, dan tim finalisasi dokumen pendirian ISBI Aceh.[]
Belum ada komentar