Objek Wisata Perawan di Aceh Selatan

Objek Wisata Perawan di Aceh Selatan
Objek Wisata Perawan di Aceh Selatan

NAMANYA Pasir Setumpuk. Terletak di Gampông Lhok Reukam, Kecamatan Tapaktuan, Aceh Selatan. Kondisinya yang terkesan berupa setumpukan pasir, objek wisata itu kemudian diberi nama “Pasir Setumpuk” oleh penduduk setempat.

Belum banyak orang yang mengetahui lokasi wisata itu. Dapat dipastikan bahwa objek wisata di Negeri Tuan Tapa satu ini masih “perawan”. Masyarakat Lhok Reukam sendiri tidak terlalu sering menginjakkan kaki ke lokasi yang masih sangat asri itu. Padahal, letak Pasir Setumpuk dengan Gampông Lhok Reukam hanya terpaut 1 kilometer.

Selain cukup memanjakan mata pengunjung dengan keindahan alam yang mempesona, hembusan bayu yang sepoi-sepoi di lokasi ini cukup membuat siapa saja yang datang untuk tidak melupakan Pasir Setumpuk. Sekilas, suasana sejuk ditambah keindahan alam yang masih “perawan” sungguh mengesankan Pasir Setumpuk laksana surga dunia.

Siapa saja yang sedang jenuh atau ingin mencari suasana baru, tidak salah mencoba Pasir Setumpuk sebagai tujuan. Objek wisata ini juga bisa jadi pelepas penat para pegawai di akhir pekan.

Seperti namanya, Pasir Setumpuk terletak sedikit ke tengah laut. Ia muncul berupa tumpukan pulau. Untuk sampai ke lokasi, ada dua rute alternative. Rute pertama jalur laut dengan menggunakan perahu atau boat. Masa tempuh perjalanan sekitar 15 menit. Rute kedua bisa melalui jalur track dengan berjalan kaki mendaki gunung yang terjal dan berliku. Masa tempuh sekitar 45 menit.

Ketua Kelompok Sadar Wisata Lhok Reukam Tapaktuan Tourism Assosiation (LTTA), Ridho Vahlefi, mengatakan, objek wisata minat khusus dengan panjang garis pantai sekitar 400 meter serta luas sekitar 1 hektar itu, dinamakan Pasir Setumpuk karena di lokasi tersebut terdapat tumpukan pasir putih yang bersih. Pasir itu ditutupi oleh pohon-pohon yang tumbuh subur dan daunnya yang hijau sehingga menjadikan lokasi itu sebagai lokasi yang sejuk dan segar.

“Jika pengunjung menggunakan jalur laut, dalam perjalanan, pengunjung juga dimanjakan dengan pemandangan alam yang mempesona, termasuk bisa melihat batu-batu artefak peninggalan zaman dulu yang berdiri kokoh di sepanjang bibir pantai. Batu-batu itu menyerupai hewan buas purbakala yang disebut-sebut terkait dengan legenda Sang Tuan Tapa,” ujarnya, di Tapaktuan, Jumat (02/10/2015).

Batu-batu itu, kata Ridho, sekilas tampak mirip hewan. Penduduk setempat menyebutnya dengan batu harimau, batu rusa, batu badaluang rajo, batu udang, dan batu tupai. Ridho yang kerap menjadi pemandu wisata itu menuturkan, pengunjung yang datang ke lokasi tersebut selain menikmati pemandangan yang indah dan nyaman, juga dapat menikmati fasilitas snorkeling, diving, fishing, camping, serta tracking to Pasir Setumpuk beach.

“Para pengunjung yang wisata snorkeling dan diving di Pasir Setumpuk dapat menikmati keindahan alam bawah laut seperti terumbu karang dan berbagai jenis ikan yang masih alami. Kondisi air laut yang biru dan tenang serta bersih sangat cocok untuk penyelaman bawah laut wisatawan,” ujarnya.

Untuk mendukung pengembangan objek wisata minat khusus Pasir Setumpuk, kata Ridho, pada tahun 2014 lalu Pemkab Aceh Selatan telah membangun dua unit pondok wisata di lokasi tersebut. Artinya, meskipun objek wisata itu masih “perawan”, Pemkab setempat sudah berusaha membuka Pasir Setumpuk sebagai objek wisata.

“Meskipun belum tergolong ramai pengunjung yang datang, setidaknya sejak beberapa tahun terakhir lokasi objek wisata ini telah mendapat perhatian dan menarik minat beberapa wisatawan baik lokal maupun mancanegara,” tuturnya.

Berdasarkan catatan Ridho, objek wisata Pasir Setumpuk telah dikunjungi beberapa wisatawan mancanegara yang mayoritasnya berasal dari Eropa. Adapun wisatawan lokal, terakhir kali pernah dikunjungi oleh tim Medan Adventure Community, akhir tahun 2014 lalu.

Untuk menciptakan kenyamanan bagi pengunjung, tambahnya, di Lhok Reukam telah terbentuk relawan sadar wisata. Masyarakat di sana, secara kompok dan bersatu siap memberikan kenyamanan kepada setiap wisatawan yang datang. Bagi wisatawan yang datang membutuhkan tempat penginapan, di gampông tersebut juga tersedia home stay.

 

Lhok Reukam

Gampông Lhok Reukam berjarak sekitar 8 km dari Kota Tapaktuan atau 15 km dari Bandara T Cut Ali, Kecamatan Pasie Raja. Lhok Reukam merupakan gampông wisata di Aceh Selatan yang sudah sangat terkenal sejak puluhan tahun silam. Tidak susah bagi siapa saja menuju gampông itu, karena di daerah itu tersedia kendaraan angkutan umum maupun travel yang siap antar-jemput penumpang. Apalagi, sarana jalan raya yang cukup mulus dan lebar, baik dari arah Tapaktuan maupun dari arah Pasie Raja.

Jika berangkat dari Bandara T Cut Ali, Kecamatan Pasie Raja, pengunjung sangat mudah menjumpai Gampông Lhok Reukam. Setelah menempuh perjalanan darat selama beberapa menit, pengunjung cukup menandai pondok persinggahan Jambo Hatta di puncak Gunung Panorama Hatta. Pondok yang juga merupakan salah satu objek wisata Aceh Selatan ini merupakan bangunan bersejarah, karena pada zaman dulu pernah disinggahi sang Proklamator Kemerdekaan RI, yang juga wakil presiden pertama RI, Bung Hatta.

Pada era tahun 1990-an sampai 1995, Gampông Lhok Reukam merupakan destinasi atau tujuan utama wisatawan, baik lokal maupun mancanegara. Hampir semua orang yang berkunjung ke Kabupaten Aceh Selatan, menyempatkan diri singgah sejenak di Lhok Reukam. Namun, masa kejayaan atau kegemilangan itu seketika redup pasca-Indonesia dilanda krisis moneter, disambung dengan konflik bersenjata antara RI-GAM.

Untuk mengembalikan masa keemasan seperti zaman dulu itu, sejak tahun 2012 lalu masyarakat bersama relawan yang tergabung dalam Kelompok Sadar Wisata Lhok Reukam Tapaktuan Taurism Assosiation (LTTA), berupaya mengembangkan kembali potensi yang ada di kampung tersebut. Walhasil, “lahirlah” objek wisata yang terkenal dan diminati para wisatawan baik lokal maupun mancanegara.

Objek wisata ini diharapkan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat setempat serta mampu memberikan kontribusi Pendapatan Asli Daerah (PAD) demi kemajuan pembangunan  Aceh Selatan kedepan.

 

Belum ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait

Gunung Alur Naga Tapaktuan Longsor, Lalulintas Lumpuh Total Selama 7 Jam
KENDARAAN roda dua dan empat sedang melintasi ruas jalan yang tertimbun longsor di Gunung Alur Naga, Desa Batu Itam, Kecamatan Tapaktuan. Kejadian tanah longsor di lokasi pembangunan proyek Jembatan Layang tersebut, Minggu (13/9) malam, mengakibatkan lalulintas lumpuh total selama 7 jam. Foto: Hendrik Meukek.

Gunung Alur Naga Tapaktuan Longsor, Lalulintas Lumpuh Total Selama 7 Jam

Pria Banglades Diamankan Imigrasi Lhokseumawe
Pria Banglades bersama istrinya saat diinterogasi di Kantor Imigrasi Lhokseumawe, Kamis(13/3/2014). [Pikiran Merdeka | Fahrizal Salim]

Pria Banglades Diamankan Imigrasi Lhokseumawe

Nenek ini Bawa 1,3 Kg Ganja Ke LP Lhokseumawe
Rosnani (50), warga Sawang, Aceh Utara ditangkap petugas Lembaga Pemasyarakatan Lhokseumawe, saat akan memasok 1,3 Kg Ganja kepada napi narkoba M.Ihsan Bin Jahidin, Kamis, (01/10/2015). Fahrizal Salim.

Nenek ini Bawa 1,3 Kg Ganja Ke LP Lhokseumawe