Netizen Ini Sentil Rustam Effendi Soal Salah Analisa DIPA Aceh 2018

Netizen Ini Sentil Rustam Effendi Soal Salah Analisa DIPA Aceh 2018
Netizen Ini Sentil Rustam Effendi Soal Salah Analisa DIPA Aceh 2018

PM, Banda Aceh – Gubernur Aceh, Irwandi Yusuf, telah menyerahkan dokumen Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Dana Transfer Daerah dan Dana Desa Tahun Anggaran 2018 kepada instansi vertikal dan pimpinan daerah di seluruh Aceh, Kamis 14 Desember 2017.

Namun sebelumnya, pembahasan terkait DIPA Aceh ramai dibicarakan di media sosial terkait kabar berkurangnya DIPA untuk Aceh di tahun 2018 dari tahun sebelumnya. Kala itu, ulasan yang paling ramai dibicarakan adalah tulisan pakar ekonomi, Rustam Effendi di laman facebook nya.

Dalam tulisan yang diunggah pada 7 Desember lalu, Rustam memprediksi bahwa DIPA Aceh 2018 berkurang hingga Rp11,9 T dari tahun sebelumnya. Dalam analisanya, Rustam menyebut merosotnya dana yang diterima Aceh diakibatkan berbagai faktor, salah satunya ketidakmampuan Pemerintah Aceh membangun komunikasi dengan kementrian dan kurang solidnya SKPA dan pemerintah kabupaten/kota pasca Pilkada.

Namun, salah seorang netizen bernama Syakya Meirizal memberikan tanggapan atas ulasan pakar ekonomi Unsyiah Rustam Effendi. Ia mencoba meluruskan “kekeliruan” analisa Rustam dalam sebuah tulisan di laman facebooknya. Tak lupa, ia juga menandai Rustam, namun ekonom tersebut belum merespon tulisan itu.

Syakya juga coba membedah analisa pengajar di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah itu, yang disebutnya tak didukung data secara cermat sehingga tidak akurat.

Dia berani bahkan menyebut analisa Rustam tidak objektif dengan tujuan mendramatisasi dan mempolitisasi isu bahwa DIPA Aceh telah dipangkas seakan akan itu adalah blunder dan  kelemahan dari Pemerintah Aceh.

Sebenarnya, pada hari yang sama saat Rustam membuat status berkurangnya DIPA 2018, Syakya sudah memprediksinya. Status Syakya juga pada tanggal 7 Desember lalu yang mencoba mengkritisi Rustam Efendi ini jauh sebelum penyerahan DIPA 2018 secara keseluruhan diterima Irwandi hari ini.

BACA: DIPA Aceh 2018 Capai Rp48,6 Triliun

Berikut selengkapnya isi tulisan Syakya Meirizal di laman facebooknya yang diunggah pada Kamis, 14 Desember, sekira pukul 16.00 WIB.

DIPA Aceh 2018 Rp48,6 T

Ketika ramai orang berani berkesimpulan bahwa DIPA Aceh 2018 berkurang hingga Rp11,9 T dari tahun sebelumnya. Saya termasuk orang yang tidak langsung percaya bahwa DIPA Aceh tahun ini bisa terpangkas secara ekstrem (hampir 25%) seperti yg mereka sebutkan. Hari ini terbukti bahwa besaran DIPA Aceh 2018 sesuai dengan prediksi saya pekan lalu yaitu masih di atas Rp45 T. Tepatnya Rp 48,6 T, meningkat Rp 1,9 T dibanding DIPA tahun 2017 (46,7T)

Jauh berbeda dengan analisa Bapak Rustam Effendi, seorang akademisi yang juga seorang economic observer papan atas yang analisisnya sering dijadikan headline oleh media mainstream di Aceh. Bagi saya beliau adalah seorang analis ulung terhadap berbagai isu ekonomi Aceh. Namun untuk isu DIPA Aceh 2018 beliau telah terlalu gegabah mengambil kesimpulan bahwa Aceh akan kehilangan anggaran hingga Rp11,9 T.

Dugaan saya beliau tidak membaca data secara cermat dan mendalam sehingga hasil analisisnya jauh dari akurasi. Terbukti kemudian prediksinya sangat tidak presisi. Berbicara data, idealnya tidak hanya mencomot data dari satu sumber sebagai rujukan tunggal. Data dari satu sumber tak bisa serta merta dijadikan sebagai kebenaran yang absolut. Perlu ada data pendukung lainnya sebagai bahan komparasi.

Padahal untuk studi kecil soal DIPA Aceh cukup colecting beberapa data resmi dari Kementerian Keuangan RI. Di tambah beberapa jejak digital pemberitaan media massa terkait DIPA Aceh dan daerah lain dalam 2-3 tahun terakhir. Maka akan segera ditemukan beberapa kejanggalan terkait hal tersebut. Di sanalah ruang bagi pengamat/ analis menemukan missing nya dimana. Untuk kemudian memberikan pemahaman yang benar terhadap norma dan mekanisme alokasi DIPA APBN kepada masyarakat.

Bukan sebaliknya, hanya mengandalkan data yg tidak akurat kemudian mendramatisasi dan mempolitisasi isu seakan akan itu adalah blunder dan kelemahan serta ketidak mampuan dari Pemerintah Aceh.

Sebagai awam saya mengharapkan kalangan cerdik pandai agar jangan sekali-kali menanggalkan integritas intelektual nya dalam menganalisa suatu isu. Cermatilah secara objektif. Jangan hanya karena suatu informasi yang dapat dimanfaatkan sebagai konten negative campaign bagi pemerintah, langsung disambar secepat kilat. Seakan tak mau kehilangan momentum. Hasilnya bisa dibaca dengan gamblang oleh publik. Analisanya cenderung memiliki tendensi tertentu.

Prinsipnya, sebagai rakyat jelata saya berharap agar kami di suguhkan data yang benar dan akurat. Bukan data provokatif yg mengundang ketidak percayaan rakyat pada pemerintah Aceh. Serta memancing kecurigaan rakyat Aceh pada pemerintah pusat. Yang seakan telah mendzalimi hak rakyat Aceh karena tega memangkas anggaran yang menjadi hak Aceh secara besar-besaran.

Mohon maaf dan mohon klarifikasi jika ada salah data dan kata.

#DIPAACEH2018 #APBN2018

 

Belum ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait