Banda Aceh – Wakil Gubernur Aceh Muzakkir Manaf meminta Ulama Aceh tidak hanya sebagai pembimbing spiritual bagi masyarakat tapi ulama juga diharapkan berperan sebagai pejuang, pendorong perubahan dan pemimpin masyarakat dalam berbagai hal.
Hal itu disampaikan Wagub pada acara pembukaan Raker, Seminar, sekaligus Pelantikan Pengurus HUDA Periode 2013-2018, di Aceh Grand Nanggroe Hotel Banda Aceh, Jum’at, (14/3) malam.
“Peran ulama di Aceh tidak hanya sebatas kegiatan keagamaan, tapi juga bisa memberikan pertimbangan terhadap kebijakan daerah, baik itu meliputi bidang pemerintahan, pembangunan, ekonomi, sosial budaya, dan kemasyarakatan,” katanya.
Peran ulama, tambah Wagub, semakin strategis lagi, sebab dalam 10 program prioritas yang dijalankan Pemerintah Aceh, sebagaimana tercantum dalam RPJM Aceh 2012-2017, salah satunya adalah Penguatan Dinul Islam, sosial dan budaya.
“Program ini penting mengingat Aceh adalah wilayah yang mewajibkan masyarakatnya menerapkan Syariat Islam dalam kehidupan sehari-hari,” pungkasnya.
Aceh merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki otonomi khusus dalam menerapkan hukum/peraturan Syariat Islam sesuai Undang Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintah Aceh (UUPA). Dalam menjalankan progam ini, tambah Mualem, Pemerintah Aceh tidak mungkin berjalan sendiri.
Dalam hal ini, peran ulama sebagai motor penggerak sangatlah strategis. Itu pula sebabnya Pemerintah Aceh sangat berkepentingan agar wadah ulama seperti HUDA terus diperkuat, didukung dan difasilitasi, demi berjalannya program pembangunan spritual dan pembangunan kesejahteraan rakyat.
Selain memimpin masyarakat ke arah kebaikan, Wakil Gubernur Muzakkir Manaf juga berharap Ulama Aceh untuk dapat memberikan saran, nasehat serta pertimbangan dalam berbagai kebijakan yang akan dijalankan.
“Kontribusi sangat diharapkan, agar program pembangunan berjalan lancar, semua ini untuk mewujudkan rakyat sejahtera,” tutur Mualem
Mualem juga berharap melalui kegiatan Raker dan seminar, lahir pikiran-pikiran bijak dan cerdas, bukan hanya untuk jajaran HUDA dan para ulama serta santri di Aceh, “tapi juga untuk kepentingan masyarakat Aceh secara umum,” ujar Wagub.
Sebagaimana diwartakan, kepengurusan HUDA Periode 2013-2018 dipimpin oleh Tgk. H. Hasanoel Bashry atau Abu MUDI (Ketua Umum) dan Tu Bulqaini Yahya sebagai Sekjen.
Seminar HUDA yang digelar 14-15 Maret 2014 di Grand Aceh Hotel ini menghadirkan Ulama besar Lebanon, Prof Dr Syaikh Samir Abdurrahman al-Khouli yang menyampaikan materi “Memperteguh solidititas ulama dan Ummat untuk mewujudkan Aceh yang bersyari’at dan bermartabat”.
Selain itu, dari Aceh, Tgk.H. M.Yusuf A.Wahab, pimpinan Dayah Babussalam al-Aziziyah Bireuen juga akan memberi materi dengan tema “Memperkuat pergerakan ulama Aceh untuk mengembalikan kejayaan Islam di Aceh”.
Pengurus HUDA yang berjumlah 180 tersebut, dilantik oleh Ketua Majelis Syuyukh HUDA, yaitu Abu Tumin Blang Blahdeh, kemudian pemberian Tausyiah oleh Abu Kuta Krueng dan ditutup dengan do’a oleh Abu Matangkeh Matangkuli Aceh Utara. Acara tersebut dihadiri lebih 300 ulama dan santri dayah se Aceh. Aceh, saat ini memiliki sekitar 80 ribu santri yang tersebar lebih dari 1.000 unit dayah (ponpes) di 23 kabupaten/kota. [Rel/ridha]
Belum ada komentar