PM, Blangpidie – Nuraini (80), janda satu anak yang beralamat di Desa Kuta Tinggi, kecamatan Blangpidie, Aceh Barat Daya (Abdya), terpaksa tinggal di Meunasah desa setempat lantaran tidak memiliki rumah.
Perempuan ini mengaku, di usianya yang sudah senja ia menjalani hidup yang amat berat. “Kalau dulu ketika saya masih kuat, apapun saya kerjakan, mulai dari buruh nyuci, buruh kebun termasuk mengumpulkan batu di sungai untuk dijual keorang yang memerlukannya,” kata Nuraini lirih, Kamis (20/6) malam.
Selain itu, selama ini ia juga kerap membantu orang-orang di pasar Blangpidie. Pekerjaannya dari mengupas tangkai cabe sampai mencuci piring di warung-warung dengan imbalan hanya Rp 20 ribu.
“Uang itu saya gunakan untuk membeli lauk. Kalau untuk beras, Alhamdulillah masih ada, sebab beras fitrah pemberian warga kemarin masih banyak,” ungkapnya.
Dia juga menambahkan, semenjak suaminya meninggal dunia, tidak ada harta benda yang ditinggalkan.
“Jangankan rumah, sejengkal tanah pun tidak ada. Sehingga saya bersama anak, M Nasir, harus berpindah-pindah rumah dengan cara tinggal di rumah orang lain,” kata dia lagi.
Keadaan semakin berat, ketika anaknya, Nasir juga menderita gangguan jiwa.
“Sehingga saya harus merawat dia, saya sangat sayang padanya. Karena itulah harta satu-satunya yang di tinggal Almarhum kepada saya,” pungkasnya.
Meski hidup dalam kesulitan bertubi-tubi, Nuraini juga mengaku dirinya tidak ingin menyusahkan orang banyak.
“Yang paling penting, saya bisa merawat Nasir sekaligus bisa beribadah kepada Allah meskipun harus tinggal di Meunasah,” ucapnya.
Selain itu, ia juga berharap Pemerintah dapat membuka mata dengan kondisinya yang sudah tua.
“Semoga Pemerintah peduli dengan keadaan kami,” harapnya. []
Belum ada komentar