Merajut Rupiah Berlabel Knituroe

Merajut Rupiah Berlabel Knituroe
Merajut Rupiah Berlabel Knituroe

Aneka produk rajutan menjadi andalan UMKM Knituroe dalam meraup pundi-pundi rupiah.

Bermula dari mengikuti kelas keputrian di Sos Children Village, Hanum Indria memulai ide usahanya. Wanita berusia 32 tahun ini menciptakan lapangan kerja bagi rekan-rekannya dengan memproduksi sekaligus memasarkan produk rajutan.

“Awalnya saya ikut kelas keputrian bersama mbak Susi di sini (Sos Children Village, sebuah yayasan peduli anak) tahun 2012,” kata wanita yang akrab disapa Hanum saat ditemui di salah satu rumah di lingkungan Children Village.

Setelah belajar kurang lebih satu tahun, Hanum mulai menurunkan ilmunya kepada siswa di salah satu sekolah di Banda Aceh. “Waktu itu saya juga ngajar di sekolah-sekolah, kemudian mulai tertarik untuk membuka usaha produksi rajutan,” timpal Hanum yang juga mengajar kelas panjat dinding di Sos Children Village, Banda Aceh.

Pemilik UMKM dengan brand Knituroe ini menjelaskan, usaha yang dirintisnya sejak tahun 2015 ini merupakan produk usaha kecil-kecilan yang memasarkan beragam jenis handmade dan pakaian bayi dalam bentuk rajutan.

Nama Knituroe dipakai Hanum kerena dengan nama itu orang-orang akan langsung mengetahui jenis produksi yang dipasarkannya. “Knit itu kan artinya rajut, jadi orang-orang langsung tahu apa yang kami produksi,” sahutnya.

Diakuinya, saat ia memulai usaha tidak banyak handmade dari rajutan. “Dulu enggak banyak yang bikin tas-tas dari rajut, banyaknya dari bahan daur ulang,” ungkapnnya.

Namun, menurut Hanum, kini pesaingnya sangat banyak, terutama dari kalangan anak-anak sekolah. “Sekarang memang anak-anak SD pun banyak yang udah coba-coba bikin rajut.”

Meskipun produk rajutan kurang diminati oleh sebagian masyarakat, Hanum tetap yakin dengan usahanya tersebut. “Kita lebih fokus pada kegunaan produk, misalanya rajutan kan biasa digunakan pada produk-produk bayi, nah kita kembangin di situnya,” ujar wanita yang berdomisili di wilayah Darussalam tersebut.

Saat ini, Knituroe mempunyai rumah produksi di wilayah Tungkop, Darussalam. Di sana ia bersama lima pekerjanya menyelesaikan produk-produk Knituroe. “Biasanya setiap Kamis kami ngumpul di situ untuk merajut bareng-bareng. Di sana ada lima pekerja tapi enggak semua bisa finishing, hanya ada dua orang saja yang bisa.”

Untuk menjahit pakaian seperti baju bayi, biasanya Hanum merajutnya secara terpisah-pisah. “Awalnya aku rajut dulu dengan bentuk persegi kecil-kecil, terus baru aku sambung-sambung. Proses sambung-sambung itu namanya kniting. Dan biasanya pun itu bagian finishing yang ngerjain,” jelas dia.

Produk-produk Knituroe dipasarkan Hanum ke beberapa toko souvenir dan aksesoris yang ada di Banda Aceh. “Kami memasarkannya ke toko-toko. Saat ini ada lebih kurang 5 toko yang kami titipkan produk kami,” ujarnya.

VARIAN PRODUK

Semula Knituroe hanya menawarkan handmade dalam bentuk rajutan. Namun kini sudah mulai menawarkan produk lainnya seperti handmade dengan bahan kanvas dan hammock. “Sekarang udah ada hammock juga,” kata dia.

Hal ini diakui Hanum karena melihat permintaan pasar yang mulai menurun untuk produk rajutan. “Kebanyakan produksi rajut lebih ke pakaian bayi, karena kan itu yang banyak digunain. Jadi kami mulai mengembangkan ke produk handmade juga, tapi dengan bahan yang lain.”

Beberapa produksinya yang kini dipasarkan yakni tas, sepatu, pakaian, popok bayi, bandana, hammock dan lainnya. Untuk pakaian bayi, satu set dibandrol dengan harga Rp250.000. “Harganya tergantung ukuran bayinya. Kalau untuk satu set perlengkapan bayi seperti popok, baju dan topinya, itu bisa Rp250 ribu,” ungkap Hanum.

Sedangkan untuk tas, Hanum membandrol harga Rp300.000 sampai Rp400.000. Tas yang diproduksi Hanum juga pernah dibeli oleh istri orang nomor satu di Aceh saat ini yakni Darwati A Gani. “Buk Darwati itu belinya waktu acara perempuan berkarya di AAC lalu. Kebetulan saya tidak ada di sana, tapi pekerja saya bilang begitu. Saat itu Nova Eliza juga ada,” cerita dia.

Mengenai prospek ke depan, Hanum menilai, usahanya kini sangat menjanjikan. Terlebih, selama ini pemerintah sangat mendukung usaha-usaha ekonomi mikro. Hal itu dakuinya dengan bantuan dari koperasi-koperasi dan PLUT KUMKM yang ada.

“Saya sangat yakin, usaha ini akan besar peluangnya, karena dukungan dari pemerintah dengan bantuan dana dari koperasi dan PLUT UMKM juga banyak sekarang,” timpal()

Belum ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait