PM, TAPAKTUAN – Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristek Dikti), Prof H. Mohammad Nasir Ph.D AK, berjanji akan mengupayakan penegerian Politeknik Aceh Selatan (Poltas) pada tahun 2016 bersama 15 Perguruan Tinggi swasta lainnya di seluruh Indonesia.
“Peningkatan status Perguruan Tinggi swasta menjadi PTN khususnya terhadap perguruan tinggi vokasi (politeknik), memang cita-cita atau program prioritas Kemenristek Dikti dalam rangka meningkatkan daya saing bangsa dikancah dunia internasional. Hal ini akan saya laporkan kepada Presiden Jokowi, jika mendapat persetujuan Presiden maka akan diupayakan penegerian bersama 15 PTS lainnya,” kata Mohammad Nasir di Tapaktuan, Sabtu (12/12).
Penegasan itu disampaikan Menristek Dikti, Prof H Mohammad Nasir Ph.D AK dalam sambutannya pada acara Seminar Nasional Teknologi Rekayasa (SNTR) ke-2 yang diselenggarakan oleh Kampus Politeknik Aceh Selatan (Poltas) bekerjasama dengan Pemkab setempat, di Gedung Pertemuan Rumoh Agam Tapaktuan.
Untuk mewujudkan program itu, Menristek Dikti meminta kepada Ketua Komisi X DPR RI, Teuku Riefky Harsya, yang hadir pada acara itu untuk bersama-sama dengan pihaknya memperjuangkan penambahan anggaran terhadap Kemenristek Dikti sumber APBN.
Menurutnya, Kemenristek Dikti memprogramkan penegerian perguruan tinggi di Indonesia khusus terhadap daerah terdepan, terluar dan tertinggal.
“Di daerah terdepan, terluar dan tertinggal ini menjadi prioritas Kemenristek Dikti untuk mengakselerasi perguruan tingginya menjadi tanggungjawab negara. Sebab jika SDM yang dimiliki suatu daerah tersebut masih rendah bagaimana cara mengolah SDA yang ada guna memajukan daerah tersebut,” ucapnya.
“Karena itu, saya sangat mendukung permintaan Bupati Aceh Selatan dan Ketua Komisi X DPR RI, untuk menegerikan Kampus Poltas. Sebab kemajuan teknologi sebuah daerah harus didukung oleh Kampus Politeknik Negeri sehingga proses pendidikan yang diselenggarakan bisa lebih maksimal. Saya harap dengan adanya Politeknik Negeri, maka 10 tahun ke depan Aceh Selatan bisa lebih maju dan berkembang,” tambahnya.
Dijelaskan bahwa, sebuah perguruan tinggi vokasi (politeknik) dalam menyelenggarakan pendidikan harus mampu menempuh dua jalur keahlian yakni pertama menciptakan tenaga ahli yang terampil dan kedua menciptakan inovasi-inovasi baru melalui program rekayasa yang dilakukan terhadap sebuah sumber daya alam yang ada.
Tujuan itu baru bisa berhasil di implementasikan, kata Nasir, jika sebuah perguruan tinggi mampu menyelenggarakan proses pendidikan yang berkualitas sehingga berhasil menciptakan lulusannya menjadi tenaga kerja yang terampil dan handal sehingga siap diterima oleh pasar tenaga kerja atau mampu menghasilkan inovasi-inovasi baru melalui kemampuan yang dimilikinya.
Mohammad Nasir mengatakan, dengan potensi kekayaan sumber daya alam yang melimpah di Aceh Selatan seperti sektor kelautan dan perikanan, pertambangan, pertanian dan perkebunan, termasuk tanaman rempah-rempah seperti Pala, sangat strategis jika dikembangkan secara lebih luas dan lebih maju melalui langkah-langkah rekayasa yang dilakukan oleh tenaga-tenaga terampil.
“Aceh Selatan ini terdapat lahan pertanian yang cukup luas dan subur, saya minta kepada tenaga-tenaga terampil dari Poltas agar merekayasa tanaman padi tersebut dari sebelumnya masih ditanam secara tradisional maka jika berhasil di rekayasa misalnya dengan sistem tanam sejajar legowo 2 : 1, maka hasil produksi pangannya masih mencapai 10 ton/hektar seperti di daerah-daerah lain di Indonesia,” papar Menristek Dikti.
Tidak hanya itu, sambung Nasir, komoditas pala yang ada di Aceh Selatan jika mau direkayasa oleh tenaga ahli yang terampil, juga bisa menjadi obat-obatan. sehingga mampu berkontribusi terhadap kebutuhan obat-obatan secara nasional, dimana selama ini hampir 92 persen kebutuhan obat-obatan terpaksa diimpor dari luar negeri.
“Indonesia ini terkandung sumber daya alam yang melimpah, hanya saja tidak didukung dengan sumber daya manusia yang ahli dan terampil. Makanya untuk memajukan negeri ini harus di ciptakan tenaga ahli dari putra daerah masing-masing, sehingga Indonesia bisa bersaing dengan negara-negara maju,” pungkasnya.
Sebelumnya, Ketua Komisi X DPR RI, Teuku Riefky Harsya, mengatakan, melihat perkembangan pembangunan selama ini, maka wilayah pantai barat selatan Provinsi Aceh penting harus diperhatikan oleh Pemerintah Pusat, karena tergolong masih tertinggal.
“Alhamdulillah, berkat dorongan yang kami lakukan selama ini di Komisi X DPR RI, perhatian Pemerintah itu telah terlihat diantaranya telah di realisasikannya penegerian Kampus Universitas Teuku Umar (UTU) Meulaboh Aceh Barat dan pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Nagan Raya,” sebut legislator dari Partai Demokrat ini.
Ke depannya, Riefky meminta kepada Menristek Dikti agar menindaklanjuti permintaan Bupati Aceh Selatan HT Sama Indra SH, untuk penegerian Kampus Poltas sehingga mampu mendidik putra putri daerah itu menjadi lebih terampil dan diterima dipasar tenaga kerja khususnya menghadapi mulai diberlakukannya pasar bebas Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) mulai tahun 2016.
“Dari 15 Kabupaten/kota daerah pemilihan saya di Provinsi Aceh, Kabupaten Aceh Selatan ini merupakan satu-satunya daerah penyumbang suara terbanyak buat saya. Karena itu saya harapkan kepada Menristek Dikti, agar mengakomodir permintaan rakyat Aceh Selatan terkait penegerian Kampus Poltas,” pinta Riefky.
Dalam kesempatan tersebut, Bupati Aceh Selatan, HT Sama Indra SH, menyerahkan cenderamata “Rencong Aceh” kepada Menristek Dikti Prof Mohammad Nasir Ph.D AK di sela-sela acara Seminar Nasional Teknologi Rekayasa ke 2 di Gedung Pertemuan Rumoh Agam Tapaktuan. [PM007]
Belum ada komentar