Menilik Sejarah Teungku dan Organisasi Dayah di Aceh

Menilik Sejarah Teungku dan Organisasi Dayah di Aceh
Dok. Ist

PM, Banda Aceh – Bandar Publishing kembali menerbitkan buku penting untuk mendukung literasi di Aceh. Buku ini berjudul “Teungku Dayah: Syariat Islam dan Kontestasi Organisasi di Aceh”, ditulis Dr Firdaus M Yunus, peneliti dan Dosen UIN Ar-Raniry Banda Aceh.

“Di tengah pandemi Covid-19, kami terus berikhtiar dapat berkontribusi bagi pengembangan literasi di Aceh, dengan cara membantu proses penerbitan dan percetakan buku terkait spektrum dayah di Aceh,” kata Masyitah, Manager Bandar Publishing dalam keterangan pers, pekan lalu.

Lebih lanjut, Masyitah menekankan gerakan literasi Aceh harus membumi, upaya sekecil apapun sangat berguna di tengah situasi seperti pandemi ini. Kehadiran buku yang membahas Teungku Dayah, Syariat Islam dan organisasi seperti PUSA, MPU, Persatuan Inshafuddin, HUDA, RTA, dan MUNA ini, menjelaskan secara implisit bagaimana mereka menjadi kekuatan bagi penegakan Syariat Islam secara kaffah di Aceh.

“Secara tradisional, kiprah Tengku di Aceh hingga saat ini belum tergantikan bagi masyarakat yang menetap di gampong-gampong. Mereka masih menjadi rujukan utama atas berbagai persoalan agama dan persoalan-persoalan umum lainnya, makanya kehadiran buku ini menjadi penting dalam melihat sisi lain tentang Teungku Dayah di Aceh,” kata Masyitah.

Selain itu, lanjut dia, patut diakui bahwa Aceh dalam sejarahnya tidak bisa dipisahkan dari kiprah Teungku dan Dayah. Berbagai gerakan perjuangan sejak masa kolonial hingga awal kemerdekaan dimotori oleh teungku dan basis gerakannya dimulai dari dayah.

Sementara Profesor M Hasbi Amiruddin dalam testimoninya menyebutkan, buku ini memberi informasi detil tentang peran organisasi-organisasi Teungku Dayah dalam merumuskan system Syariat Islam di Aceh. “Sekaligus pengawasan pelaksanaannya,” ujar M Hasbi Amiruddin.

Dosen Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Airlangga (UNAIR) Surabaya, Listiyono Santoso menyebut, untuk bisa membaca Aceh, penting menilik keterlibatan para Teungku Dayah yang memberikan jejak positif dalam menentukan wajah masa depan Aceh. Buku yang ditulis Firdaus M Yunus, menurutnya, mampu menguraikan peran penting Teungku Dayah dalam kontestasi penentuan syariat Islam di Aceh.

“Buku ini layak direspon dan diapresiasi sebagai upaya menjelaskan keterlibatan para Teungku Dayah dalam warna peradaban islami, tanpa Teungku Dayah bukanlah Aceh,” pungkas Dr Listiyono Santoso. (*)

Belum ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait