PM, TAPAKTUAN – Bencana banjir dan tanah longsor yang melanda wilayah Kabupaten Aceh Selatan, sejak Jumat hingga Sabtu (11-12/12) pekan lalu, telah merusak dan menghancurkan puluhan sarana dan prasarana umum, pemukiman penduduk, harta benda masyarakat serta korban jiwa sebanyak dua orang.
Dua korban jiwa tersebut, satu diantaranya warga Desa Cacang, Kecamatan Labuhanhaji Tengah, Maskur (48), yang sebelumnya dilaporkan hilang, Jumat (11/12), akibat tertimbun tanah longsor saat mencari durian di Gunung Janjang Urek, Desa Pisang, telah ditemukan pada Selasa (15/12) dalam kondisi sudah tewas. Sementara satu orang lagi warga Desa Alai, Kecamatan Kluet Timur, Rahman (36), yang dilaporkan hilang pada Sabtu (12/12) akibat terseret arus banjir, sampai saat ini belum ditemukan.
Berdasarkan laporan data perhitungan sementara yang dirilis Pemkab Aceh Selatan, Jumat (18/12), taksiran kerugian sementara akibat bencana alam dimaksud mencapai Rp244 miliar lebih. Bencana alam banjir dan tanah longsor tersebut melanda seluruh wilayah Aceh Selatan.
Dari 18 Kecamatan yang ada di daerah itu, Kecamatan Meukek berada di urutan pertama sebagai wilayah yang paling banyak menderita kerugian, yakni mencapai Rp 35 miliar lebih. Jenis kerusakan yang ditimbulkan kategori rusak berat masing-masing adalah, pengaman tebing Krueng Meukek, pengaman tebing sungai Desa Kuta Buloh, jaringan irigasi Desa Rotteungoh, jaringan irigasi Desa Drien Jalo, jaringan irigasi Tuwi Timah, jaringan irigasi Desa Alue Meutuah, jaringan irigasi Alahan Panjang, jaringan irigasi Desa Jambo Papeun, jembatan Desa Blang Bladeh, jalan Desa Kuta Buloh – Arun Tunggai, jalan Desa Kuta Buloh – Simpang Ie Jeureneh.
Pengikisan badan jalan sepanjang 100 meter di Desa Jambo Papeun, sebanyak 335 batang pipa air bersih di Desa Jambo Papeun hanyut dibawa banjir serta rusaknya intake dan jaringan transmisi ND 150 mm, sebanyak 10 unit rumah masyarakat serta pesantren rusak, sebanyak 1,75 hektare tanaman padi puso di Desa Ladang Tuha dan Lhok Mamplam, sebanyak 1 hektare tanaman padi rusak di Desa Jambo Papeun dan tertimbun sedimen lumpur seluas 1 hektare di Desa Air Dingin, jalan produksi longsor sepanjang 50 meter di Desa Air Dingin, bangunan Tempat Pengajian Al-Quran di Desa Jambo Papeun roboh, rumah warga Desa Jambo Papeun 1 unit rusak, mobiler dan alat peraga SDN Alue Baro dan SDN 3 Kuta Buloh terendam banjir.
Urutan kedua wilayah yang paling banyak mengalami kerugian akibat banjir dan tanah longsor adalah Kecamatan Labuhanhaji Tengah yakni mencapai Rp 32 miliar lebih. Jenis kerusakan kategori berat antara lain adalah jembatan gantung sepanjang 70 meter di Desa Pawoh hancur total, jembatan Desa Kampung Pisang putus, jalan di Desa Pawoh hingga Tengah Baro dan Desa Hulu Pisang hingga Kampung Dalam sampai Kantor Camat Ujung Batu sepanjang 2.300 meter rusak, pengaman tebing sungai krueng Labuhanhaji Tengah, jaringan irigasi banda gadang, mobiler Poskesdes di Desa Pawoh, Desa Dalam, Desa Pisang dan Desa Padang Baru terendam banjir, jaringan intake Gip 200 mm rusak, rumah masyarakat rusak parah 9 unit, padi tertimbun sedimen lumpur seluas 2 hektare di Desa Hulu Pisang, tanaman Pala mati sebanyak 500 batang di Desa Pisang akibat tertimbun longsor serta pipa air PDAM sebanyak 12 batang hanyut di Desa Hulu Pisang.
Urutan ketiga wilayah yang paling banyak mengalami kerugian dampak banjir dan tanah longsor adalah Kecamatan Sawang yang mencapai Rp 28 miliar lebih. Adapun jenis kerusakan kategori berat antara lain adalah, jembatan gantung Desa Trieng Meduro Tunong sepanjang 70 meter putus, jembatan di Desa Panton Luas sebanyak 2 unit rusak, rumah masyarakat 11 unit dan Mushalla 2 unit rusak, jalan Desa Panton Luas dan Desa Mutiara sepanjang 1200 meter hancur, pipa PDAM di Desa Mutiara sebanyak 10 batang hanyut, pengaman tebing krueng Sikulat rusak, jaringan irigasi di Desa Mutiara, Desa Panton Luas, Desa Trieng Meduro dan Desa Blang Geulinggang rusak, jaringan intake Gip ND 200 MM sepanjang 200 meter rusak, tanaman padi puso seluas 22 hektare di Desa Panton Luas dan Desa Mutiara, lahan sawah tertimbun bebatuan dan kerikil di Desa Mutiara seluas 30 hektare, tanaman padi rusak umur 75 HST di Desa Panton Luas sebanyak 27 hektare dan TK AZ Zahab Panton Luas terendam banjir.
Kecamatan Labuhanhaji Timur mengalami kerugian mencapai Rp 27 miliar lebih dengan jenis kerusakan antara lain saluran air tersumbat, beronjong hanyut, tunggal irigasi rusak, jembatan, pengaman tebing, tanggul jalan, jalan desa, tebing dan tanggul sungai rusak, jaringan irigasi, rumah masyarakat, padi tertimbun sedimen lumpur, jalan produksi, tanaman pala dan bibit padi serta tanaman Kakao rusak.
Kecamatan Labuhanhaji Barat mengalami kerugian mencapai Rp 25 miliar lebih dengan jenis kerusakan antara lain pengaman tebing sungai, jaringan irigasi, jaringan intake, rumah masyarakat, padi tertimbun sedimen lumpur, jalan produksi serta pipa air PDAM.
Kecamatan Kluet Utara mengalami kerugian mencapai Rp 18 miliar dengan jenis kerusakan antara lain, pengaman tebing sungai, jembatan, jalan, rumah pompa dan pompa sentripugal PDAM, bibit padi 17 hektare hanyut, dan mobiler, buku dan alat peraga SMPN 1 Kluet Utara terendam.
Kecamatan Samadua mengalami kerugian mencapai Rp 14 miliar lebih dengan jenis kerusakan antara lain, jembatan, jalan rabat beton, tebing sungai, jaringan irigasi, pipa PDAM, jaringan intake, rumah masyarakat, tanaman padi dan jalan produksi.
Selanjutnya ,Kecamatan Kota Bahagia dengan jumlah kerugian mencapai Rp 10,6 miliar lebih, Kecamatan Kluet Selatan mencapai Rp 10 miliar lebih, Kluet Tengah Rp 9 miliar lebih, Kluet Timur Rp 8 miliar lebih, Pasie Raja Rp 6 miliar lebih, Bakongan Rp 6 miliar lebih, Tapaktuan Rp 4 miliar lebih, Trumon Tengah Rp 2 miliar lebih, Trumon Rp 1 miliar lebih, Trumon Timur Rp 117 juta dan Bakongan Timur Rp 45 juta.
Data jumlah kerugian sementara ini telah dilaporkan oleh Bupati Aceh Selatan HT Sama Indra SH kepada Gubernur Aceh, melalui suratnya Nomor : 362/1353/2015 tertanggal 14 Desember 2015 yang tembusannya turut disampaikan kepada Ketua DPRA, Ketua DPRK Aceh Selatan, Kepala BPBA, Kepala Bappeda Aceh, Kadis Bina Marga Aceh, Kadis Pengairan Aceh, Kadis Cipta Karya Aceh, Kadis Perkebunan Aceh, Kadis Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Aceh, Kadis Perikanan dan Kelautan Aceh, Kadis Pendidikan Aceh, Kadis Kesehatan Aceh, Kadis Sosial Aceh dan Kepala Bappeda Aceh Selatan.
Dalam surat itu, Bupati HT Sama Indra mengatakan, Pemkab Aceh Selatan telah berusaha memberikan bantuan untuk meringankan penderitaan masyarakat dan menormalkan kembali sarana transportasi yaitu dengan memberikan bantuan masa panik dan pengerahan alat berat untuk pembersihan jalan, pengerukan atau pembersihan sungai dan saluran irigasi serta saluran di pemukiman penduduk.
“Karena keterbatasan kemampuan keuangan daerah dan besarnya jumlah kerugian yang ditimbulkan, maka kami sangat mengharapkan bantuan dari Gubernur Aceh untuk memperbaiki kembali kerusakan yang terjadi dampak bencana banjir dan tanah longsor tersebut, sehingga dapat meringankan penderitaan masyarakat dan menghindari kerugian serta kerusakan yang lebih besar lagi ke depannya,” kata Sama Indra.
Sementara itu, Kepala Pelaksana BPBD Aceh Selatan, Erwiandi, mengatakan, selain laporan dan pengajuan bantuan di ajukan secara langsung kepada Gubernur Aceh oleh Bupati Aceh Selatan, beberapa Dinas terkait lainnya juga akan mengajukan proposal serupa baik kepada Dinas terkait di Provinsi maupun ke Kementerian terkait di Jakarta.
“Seperti kami, juga akan mengajukan proposal permintaan bantuan kepada Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di Jakarta. Dengan harapan, semoga dapat disalurkan dana bantuan tanggap darurat serta dana rehabilitasi dan rekonstruksi yang bersumber dri APBN,” tandas Erwiandi. [PM007]
Belum ada komentar