Masyarakat Keluhkan Pelayanan Puskesmas Plus Kluet Utara

Masyarakat Keluhkan Pelayanan Puskesmas Plus Kluet Utara
Masyarakat Keluhkan Pelayanan Puskesmas Plus Kluet Utara

PM, TAPAKTUAN – Pelayanan kesehatan di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Plus Kota Fajar, Kecamatan Kluet Utara, Aceh Selatan, dikeluhkan oleh masyarakat setempat.

Komleksnya persoalan yang timbul mengakibatkan pelayanan terhadap masyarakat (pasien) tidak maksimal. Persoalan itu mulai dari krisis air bersih, ketersediaan obat-obatan hingga sulitnya masyarakat mengakses surat rujukan ke fasilitas kesehatan (Faskes) lebih tinggi.

“Air yang tersedia di Puskesmas ini berwarna kuning dan berbau tanah. Karena air ini memang dipasok dari fasilitas Irigasi sawah,” kata salah seorang keluarga pasien yang ditemui wartawan, Rabu (22/11).

Selain itu, ketersediaan air di instansi medis tersebut ternyata juga tidak selalu normal. Sebab, jika kondisi cuaca sedang diguyur hujan lebat disertai meluapnya air di persawahan, maka suplai air ke Puskesmas tersebut putus total. Kondisi serupa juga terjadi disaat cuaca sedang dilanda musim kemarau.

“Pasokan air sering putus-putus. Jikapun tersedia air berwarna kuning sehingga bak kamar mandi pun ikut berwarna kuning. Saat pasokan putus kami terpaksa memakai air galon yang dipasok sendiri,” ungkapnya.

Pasokan air bersih yang tidak maksimal tersebut selain mengakibatkan sulitnya pasien dan keluarga pasien untuk keperluan Mandi Cuci Kakus (MCK), juga menghambat mereka mendapatkan air bersih untuk keperluan wudhuk.

Kepala Puskesmas Plus Kota Fajar, Kecamatan Kluet Utara, Masribin membenarkan instansi medis yang dipimpinnya itu mengalami krisis air bersih sejak beberapa tahun lalu atau sejak Puskesmas dimaksud difungsikan.

Menurutnya, persoalan itu terjadi karena di lokasi dibangunnya gedung Puskesmas tersebut tidak bisa dimanfaatkan air melalui sumur galian, karena tanahnya rawa-rawa.
“Satu-satunya solusi untuk mendapatkan air bersih, harus dibangun sumur bor dengan kedalaman mencapai ratusan meter,” ujarnya.

Namun sayangnya, kata Masribin, proyek sumur bor yang telah beberapa kali dianggarkan oleh Pemkab Aceh Selatan melalui sumber APBK maupun Pemerintah Aceh melalui sumber APBA, justru gagal direalisasikan.

“Informasi saya dapat, sebelumnya sudah pernah dialokasikan anggaran untuk membangun sumur bor di Puskesmas ini, tapi anehnya sampai saat ini sumur bor itu justru tidak ada. Entah apa penyebabnya kami belum tahu,” sesal dia.

Untuk memenuhi kebutuhan air bagi pasien dan keluarga pasien yang menjalani rawat inap, pihaknya terpaksa menarik air menggunakan mesin sanyo dari fasilitas Irigasi sawah yang berjarak sekitar 150 meter dari Puskesmas tersebut.

Sedangkan untuk memasok air melalui SPAM IKK Kluet Utara juga mengalami kendala karena terlalu jauh. “Memang benar selama ini pihak pasien dan keluarga pasien sering mempertanyakan ketersediaan air bersih yang ada. Namun kami jawab bahwa inilah yang mampu kami usahakan. Menyangkut keperluan berwudhuk, kami pastikan tidak masalah karena sudah kami koordinasikan dengan pemuka agama di desa ini di bolehkan,” ujarnya.

Untuk mengatasi persoalan itu, kata Masribin, pihaknya telah mengajukan program pengadaan mesin pembersih air melalui APBK Aceh Selatan 2018.

“Pemkab Aceh Selatan melalui dinas terkait juga berencana akan memasang pipa untuk menyuplai air bersih dari sumber air di Gunung Punyi yang berjarak sekitar 1 Km dari Puskesmas. Rencana itu sudah ditinjau oleh Kadis Kesehatan, Keuchik dan sejumlah masyarakat desa,” tutupnya.()

Belum ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait