Belum pun difungsikan, masjid ini sudah menjadi kebanggaan masyarakat.
Oleh Riki Hamdani
Langit Kutacane, Aceh Tenggara, perlahan gelap. Sementara itu, Masjid At-Taqwa memancarkan cahaya biru dan kuning keemasan dari empat menaranya.
Tidak terdengar azan dari dalam masjid agung yang dibangun di lahan 1,5 hektare. Sebab masjid yang direnovasi sejak 2009 itu masih dalam tahap penyelesaian yang sudah mencapai 95 persen. Namun pesonanya mulai menarik perhatian warga lokal untuk menjadikan ia objek pelepas penat.
“Hingga awal tahun ini pengerjaannya sudah mencapai 95 persen dan sungguh sudah dapat memberikan aura yang positif bagi daerah ini. Sebagian masyarakat Aceh Tenggara beranggapan masjid ini sudah seperti ikon daerah,” tutur Kepala UPTD Khusus Masjid Agung At-Taqwa Kutacane, Sukri, kepada Pikiran Merdeka.
Masjid dengan satu menara induk dan empat menare kecil ini didesain dengan memadukan arsitektur Turki dan adat alas. Interiornya dipenuhi kaligrafi dan lampu-lampur gantung yang besar. Bentuknya minimalis namun letaknya stretegis di tengah-tengah Kota Kutacane.
Dari halaman masjid ini, barisan gunung dalam kawasan Taman Nasional Gunung Leuser pun terlihat menyejukkan mata. Tidak jauh dari bangunan masjid, ada tempat wudhu terpisah dengan bangunannya memiliki kubah-kubah mini.
Masjid Agung At-Taqwa menurut Sukri dirancang dengan konstruksi berkekuatan hingga 300 tahun ke depan dan diklaim tahan gempa 9,0 SR. Ia juga mampu menampung 4.000 jamaah dengan halaman parkir berkapasitas puluhan mobil dan seratusan sepeda motor.
Berbagai sarana pendukung juga dibangun guna memudahkan jamaah beribadah. Sedikitnya ada 10 fasilitas pendukung, mulai dari dua unit gapura, tempat wudhu, guest house, rumah imam besar, rumah muazzin, rumah staf UPTD, gudang, TPA (Taman Pendidikan Alquran), kantor dan perpustakaan, yang semuanya sudah mencapai 100 persen proses pembangunan fisik.
Kasubbag Umum dan Kepegawaian UPTD Masjid At-Taqwa, Hendra Syahputra, menambahkan, untuk memperindah komplek pelataran masjid akan dilengkapi dengan kolam air pancur warna-warni sebagaimana diarahkan Bupati Aceh Tenggara.
“Termasuk petugas kebersihan, masjid ini akan mempekerjakan mereka yang memang ahli di bidang tersebut,” sebut Hendra.
Saat ini masjid itu belum difungsikan sebagai sarana ibadah. Tapi ketika sudah dioperasionalkan nanti, masjid agung ini diharapkan menjadi modal besar bangkitnya islam secara kaffah, khususnya di Aceh Tenggara.
Harapan itu termaktub jelas dalam kerja dan visi UPTD Khusus Masjid Agung At-Taqwa Kutacane, yang mengelola masjid ini semenjak satu setengah bulan lalu.
Pembangunan masjid agung itu disebutkan juga menyerap biaya miliaran rupiah yang bersumber dari APBD Aceh Tenggara dan sejumlah donatur.
BEBERAPA KALI PERBAIKAN
Letkol Syahadat (patih) Kepala Perwakilan Kabupaten Aceh Tengah bersama Mayor Amin Komandan Sektor VII (Kodim), pada tahun 1956-1962, memimpin masyarakat Aceh Tenggara (saat itu masih tunduk ke Aceh Tengah) bergotong-royong membangun Masjid At-Taqwa dan Komplek Pelajar Babussalam.
Awalnya ia hanyalah masjid sederhana dibangun di atas tanah tak begitu luas. Berdekatan dengan Lapangan Jenderal Ahmad Yani juga di tengah-tengah kota, yang menjadi pusat pemerintahan dan perekonomian daerah. Masjid ini diperluas pada masa Bupati Aceh Tenggara T Johan Syahbudin, tahun 1985 atas bantuan Presiden Soeharto.
Sadar sudah memasuki zaman berbeda, Pemerintah Daerah Aceh Tenggara kembali membangun masjid ini mulai 2009 dan direncanakan selesai pada 2016. Sebentar lagi, masyarakat bumi Meutuah Sepakat Segenap akan menyambut wisatawan yang datang melihat kemegahan dan beribadah di Rumah Allah itu.[]
*Diterbitkan di Rubrik WISATA Tabloid Pikiran Merdeka edisi 109 (1-7 Februari 2016)
Belum ada komentar