Jakarta – Setelah lengser dari jabatannya pekan lalu, mantan Perdana Menteri Belanda Mark Rutte meninggalkan jabatannya. Rutte meninggalkan kantor pusat pemerintahan di Den Haag dengan sepedanya pada saat yang tidak biasa.
Raja Willem-Alexander melantik Dick Schoof, seorang mantan kepala intelijen, sebagai perdana menteri baru, menggantikan Mark Rutte. Ia akan bertanggung jawab atas pemerintahan koalisi sayap kanan.
Schoof tidak berpihak pada partai mana pun dan tidak ada dalam daftar pemilih pada pemilihan bulan November.
Rutte menyerahkan kekuasaan kepada pemerintahan baru setelah menjabat selama 14 tahun. Ia ditetapkan menjadi sekretaris jenderal NATO, aliansi politik dan militer negara-negara dari Eropa dan Amerika Utara.
Pengangkatan Schoof menandai perubahan penting dari lanskap politik tradisional, karena ia memangku jabatan pemimpin tanpa afiliasi ke partai mana pun dan absen dari pertikaian pemilu baru-baru ini.
Transisi ini terjadi di tengah pelantikan pemerintahan sayap kanan pertama Belanda, menyusul pemilihan umum bersejarah yang mengubah arah politik negara tersebut. Dipimpin oleh partai Geert Wilders, koalisi tersebut menjanjikan perubahan dalam pemerintahan setelah masa jabatan perdana menteri Rutte yang lama.Perkembangan ini menggarisbawahi momen penting dalam politik Belanda, yang mencerminkan keberlanjutan dan perubahan dalam kepemimpinan dan arah kebijakan negara tersebut.
Perdana Menteri Belanda Dick Schoof menyampaikan pidato pelantikannya di parlemen pada Rabu. Ia berjanji untuk memprioritaskan salah satu tujuan utama pemerintahan barunya yaitu pengurangan imigrasi.
Sumber: Tempo.co
Belum ada komentar