PM, Banda Aceh – Pelaksana Tugas Gubernur Aceh, Nova Iriansyah meminta Perguruan Tinggi vokasi yang ada di Aceh untuk ‘mencetak’ lulusan yang mampu menciptakan lapangan kerja. Permintaan itu disampaikan Nova saat menerima audiensi dari Politeknik seluruh Provinsi Aceh, di rumah dinas Wakil Gubernur Aceh, Selasa (8/1).
Ada beberapa Perguruan Tinggi vokasi di Aceh di antaranya Politeknik Aceh, Politeknik Indonesia Venezuela, Politeknik Aceh Selatan, Politeknik Kutaraja dan Politeknik Negeri Lhokseumawe.
“Kalau full of skill harus menyediakan lapangan kerja, saya cenderung ingin ada penciptaan lapangan kerja, karena ada investment dari Aceh sendiri. Saya minta politeknik juga mengajarkan enterpreneurship agar dapat menciptakan lapangan kerja bukan mencari lapangan kerja. Nanti anak seperti ini (mampu ciptakan lapangan kerja) yang akan saya rekrut untuk mengembangkan sumber daya di Aceh,” kata Nova.
Ia mengatakan, terkait pengembangan pendidikan vokasi di Aceh dukungannya jelas seperti yang tertuang dalam visi misi Irwandi-Nova. Meskipun demikian Pemerintah Aceh tidak dapat mencampuri secara langsung pendanaan Perguruan Tinggi Negeri Politeknik di Aceh, sebab kewenangan terhadap Perguruan Tinggi diatur oleh Pemerintah Pusat berdasarkan undang-undang yang berlaku.
Oleh karena itu, agar pengembangan pendidikan vokasi tidak mangkrak, ia berharap pihak politeknik mampu berinovasi mencari berbagai sumber pendanaan selain dari APBA. Misalnya, menggunakan skema kerjasama dengan pihak swasta seperti yang telah dilakukan Rumah Sakit Umum Zainal Abidin.
Pada kesempatan itu, Nova mengimbau agar politeknik dapat memberikan masukan secara rutin kepada pihaknya. Kemudian ia mengajak semua pihakbekerja secara baik dan berintegritas serta loyal dalam membangun Aceh.
Sementara Perwakilan Politeknik seluruh Provinsi Aceh, Yuhanis Yunus memaparkan dalam memengembangkan suatu negara selain dari sumber daya alam, sumber daya manusia dari bakat dan skill sangatlah penting. Kemampuan tersebut, ujarnya, bisa diperoleh melalui pendidikan vokasi. Menurutnya, pendidikan vokasi berbeda dengan universitas karena 70 persen adalah praktik sementara teori hanya 30 persen.
“Kita berharap pendidikan vokasi dapat membantu kerja Pemerintah Aceh untuk periode 2017- 2022. Sampai dengan Februari 2018 Presiden masih sangat antusias membahas terkait pendidikan vokasi. Pendidikan vokasi diharapkam mampu untuk menggerakkan beberapa sektor motor ekonomi Indonesia. Di antaranya manufaktur, kesehatan, ekonomi digital, wisata,pekerja migran serta agribisnis,” ujar Yuhanis.
Meskipun demikian, dalam mengembangkan pendidikan vokasi di Aceh pihaknya kerap dihadapkan berbagai tantangan. Seperti terbenturnya dengan regulasi yang tidak memberikan wewenang kepada pemerintah daerah agar dapat terlibat langsung dalam pendanaan pengembangan Perguruan Tinggi Negeri vokasi di Aceh.
Yuhanis mengatakan, citra vokasi sebagai salah satu pendidikan unggulan dapat menjadi salah satu pendidikan untuk membangun Aceh yang lebih baik. Selain itu, ia berharap mahasiswa lulusan pendidikan vokasi yang memiliki skill dapat memajukan Kawasan Industri Aceh di Ladong dan KEK di Lhokseumawe. [REL]
Belum ada komentar